Chapter 4

"permisi, kakak Sarah?" seorang pelayan menghampiri

Sarah pun menoleh melihat pelayan tersebut.

"iya, ada apa?" tanya Sarah

" maaf, didepan ada paketan untuk anda" ucap pelayan tersebut

"oh iya makasih, saya minta bill nya ini" Sarah menunjuk kopi dan roti yang sudah ia makan.

" kata pak Alan, gratis untuk kakak "

Sarah mengangkat alis nya.

" baik lah "

Sarah pun pergi meninggalkan cafe, ia melihat paketan yang sudah ia pesan. Sarah membeli sebuah sepeda anak untuk Lila. Ia pun menyimpan sepeda tersebut dahulu karena Lila masih belum pulang sekolah.

Sesuai dengan rencana nya, pagi ini ia akan melihat-lihat suasana desa. Ia sudah menyiapkan kamera nya untuk mengambil beberapa photo untuk koleksi nya.

Di sepanjang jalan ia melihat banyak bunga yang sedang bermekaran. Desa itu terlihat sangat cantik. Bibir Sarah terus tersenyum melihat pemandangan tersebut.

Kabut tipis masih terlihat oleh nya, Sarah menghirup udara segar, udara yang tidak bisa ia rasakan bila berada di kota.

Ia bertemu dengan beberapa warga lokal yang ramah, mereka pun saling menyapa, tak lupa Sarah juga memotret mereka, dan mereka tampak senang. Sesekali Sarah juga membantu warga yang sedang melakukan kegiatan atau aktifitas sehari-hari mereka.

"nona nginap dimana?" tanya salah seorang warga pada Sarah

" nama saya Sarah, panggil saya Sarah saja. Ngga perlu pakai nona. Dan saya menginap di Amore"

"ooh, tempat pak Alan"

"jadi nama nya Alan" gumam Sarah

Sarah dan Alan tidak pernah saling berkenalan secara formal, Alan mengenal nama Sarah lewat putri nya dan sekarang Sarah mengetahui nama Alan dari warga sekitar desa.

"Pak Alan orang nya baik, dia sudah membantu membangun desa ini, desa ini dulu tidak pernah di datangi turis. Tapi dia bersama mendiang istri nya membangun penginapan disini. Serta membantu UMKM desa, agar bisa di lihat oleh orang lain" cerita mereka.

Sarah hanya tersenyum mendengar cerita mereka. Ia tidak ingin bertanya apa-apa tentang Alan.

" Kasian, dia mengalami kecelakaan 5 tahun yang lalu bersama istri nya, istri nya meninggal dan melahirkan Lila, dan ia sendiri kehilangan penglihatan nya. Lila dibesarkan oleh warga desa" mereka melanjutkan cerita tentang Alan.

"jadi dia buta karena sebuah kecelakaan, malang sekali nasib nya" lagi-lagi Sarah bergumam mendengar cerita warga tersebut.

Sarah melihat langit yang tiba-tiba mendung, seperti nya akan turun hujan, ia pun pamit untuk segera kembali ke penginapan.

Namun belum sampai penginapan, hujan turun, ia melihat ada sebuah gubuk kecil, Sarah pun berlari menuju gubuk tersebut untuk berteduh, sampai hujan nya reda.

"kenapa tiba-tiba jadi hujan"

Sarah melihat tidak ada orang sekitar yang lewat, jalan itu tampak sepi, ia sedikit was-was.

"ayo lah berhenti hujan"

Dalam penantian nya menunggu hujan reda, mata nya menangkap seseorang yang ia kenal. Ia berjalan membawa payung serta tongkat penuntun nya

"itu pak Alan"

Mata Sarah terus mengikuti kemana Alan pergi, tanpa Sarah sadari Alan semakin dekat dengan diri nya. Alan menuju gubuk dimana Sarah sedang berteduh.

Sarah diam tak bersuara. Entah kenapa Sarah selalu tidak ingin menyapa Alan lebih dulu, ia hanya ingin lebih leluasa melihat wajah Alan secara diam-diam. Wajah yang tidak bosan dilihat, dan Sarah menyukai itu.

" kalau tidak buta kamu pasti banyak yang naksir" Sarah terus bergumam dalam hati nya.

Alan menghentikan langkahnya di tepi gubuk tersebut, ia mencium aroma parfum Sarah. Dimatanya pun menangkap bayangan Sarah. Ia terdiam, dan hati nya berdebar, ingatan nya kembali ke moment dimana Sarah mengucapkan kan kata "sayang" .

Sarah nampak bingung dengan Alan

"kenapa ia berhenti disitu??"

Alan masih belum bergeming, ia berdiri disana, Alan masih belum bisa mengontrol diri nya. Sarah melihat baju Alan yang mulai basah karena Alan menggunakan payung yang tidak tepat.

Tanpa disadari, Sarah menarik lengan Alan, agar Alan bisa lebih mendekat dan masuk ke dalam gubuk.

Sentuhan tangan Sarah, membuat jantung Alan semakin berdegup kencang. Sarah melihat wajah Alan yang sedikit memerah.

"pak Alan sakit?" tanya Sarah polos.

" ehmm, ngga "

"ooh, bapak mau kemana hujan-hujan gini?"

" mau ke tempat salah satu warga, kemarin dia minta tolong"

" emang ngga bisa ditunda nanti habis hujan?"

" saya sudah janji ke rumah nya jam 9 pagi, jadi saya harus sudah sampai sana tepat waktu"

" tapi ini hujan, mereka pasti ngerti "

" tadi sebelum berangkat, dirumah belum hujan "

" tapi kok bapak sudah bawa payung?"

Alan tidak menjawab pertanyaan Sarah, ia langsung teringat pada putri kecil nya. Sarah mirip seperti Lila, ia selalu banyak tanya.

"Kok diam pak?"

" saya memang selalu membawa nya kalau berpergian"

"ooohhh"

Mereka kembali terdiam, hanya suara rintik hujan yang terdengar di telinga mereka. Tubuh Sarah mulai merasakan dingin, ia terus menggosokan lengan nya, serta meniup telapak tangan nya.

Suara hembusan nafas dari mulut Sarah terdengar ditelinga Alan. Alan melepaskan cardigan yang ia kenakan, lalu memberikan nya pada Sarah.

" ini pakai lah "

Sarah menoleh melihat Alan meminjamkan cardigan milik nya kepada Sarah. Sarah ragu untuk mengambil cardigan tersebut, karena Alan hanya menggunakan kaos saja.

Entah apa yang dipikirkan Sarah, ia duduk mendekat pada Alan lalu berbagi cardigan pada Alan. Alan pun terkejut, ia bergeser sedikit menjauh dari Sarah.

" kamu saja yang pakai, aku tidak apa-apa" ucap Alan

Sarah melihat Alan sedikit menjauh dari nya, ia lalu mengembalikan cardigan tersebut pada Alan.

" ini tidak usah, aku masih bisa menahan nya " ucap Sarah bohong. Sebenarnya ia sudah tidak kuat menahan dingin nya berada di lereng gunung di temani rintik hujan.

Alan ragu untuk duduk berdekatan dengan Sarah. Ia takut tidak bisa mengontrol diri nya. sehingga ia memutuskan tidak menggunakan cardigan nya agar dia juga merasakan dingin nya suhu udara di lereng gunung bersama Sarah.

Sarah melirik melihat Alan tidak mengenakan kembali cardigan nya.

" kenapa ngga dipakai cardigan nya?" tanya Sarah heran.

" ngga apa-apa " ucap singkat Alan

Mereka masih terus menunggu hujan reda

*kriing*

Suara handphone Sarah berbunyi

"halo"

" kamu dimana?"

" untuk apa kamu menanyakan aku dimana?"

" aku di hotel Amore"

" Hah !!"

Percakapan Sarah dengan seorang pria di telpon tersebut terdengar oleh Alan. Semenjak ia kehilangan penglihatan nya, telinga Alan menjadi sangat sensitif.

"bawalah ini, hujan nya sudah tidak terlalu deras" Alan memberikan payung milik nya.

"terus pak Alan gimana?"

"saya akan menunggu disini sampai hujan nya reda"

Sarah kembali melihat cardigan milik Alan, tanpa kembali ia sadari, ia mengambil cardigan tersebut untuk di kenakan kembali oleh Alan. Alan kembali terkejut dengan sikap Sarah tersebut. Karena ia bisa merasakan wajah Sarah sangat dengan nya.

" biar saya saja " ucap Alan yang tanpa sadar juga telah memegang tangan Sarah agar tidak meneruskan untuk membantu Alan menggunakan cardigan miliknya.

"ok, tapi harus dipakai nanti bapak bisa sakit " ucap Sarah

Alan hanya mengangguk, menurut pada Sarah.

" kalau begitu saya pinjam dulu payung nya, dan saya balik duluan" ucap Sarah pamit pada Alan.

Alan kembali mengangguk kan kepalanya. dan Sarah pun pergi meninggalkan Alan sendirian di gubuk tersebut.

Kepergian Sarah membuat nafas Alan menjadi sedikit lega. Karena sedari tadi ia seperti menahan nafas karena takut tidak bisa mengontrol diri nya saat berdua dengan Sarah.

Bersambung ......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!