"Senang kepala loh. Loh ngga tau aja tadi, Luthfi nanya apa ke gue", Syifa memelankan suaranya
"Pasti nyatain cinta" goda, Risa yang disambut tatapan tajam dari, Syifa
"Udah, bercanda. Ayo! Nanti, Luthfi curiga kita lama-lama disini" ajak, Risa yang kemudian menghampiri, Luthfi dan menaruh kantung plastik tersebut di meja
"Loh masih pengen lama kan disini?" tanya, Risa kepada, Luthfi
"Gue ngikut, Vigo aja. Soalnya gue mau nginap dirumahnya" jawab, Luthfi tanpa menoleh
"Ohhh", Risa membulatkan mulutnya
Risa kemudian mengode, Syifa untuk duduk disebelah, Luthfi. Namun, Syifa tidak mau, Risa terus mengode agar, Syifa mau duduk disebelah, Luthfi. Syifa menggeleng beberapa kali tanda dirinya tidak mau. Namun, Risa tidak kehabisan cara, ia malah sengaja menggoda, Syifa agar ia bisa duduk disebelah, Luthfi
"Syifa. Ngapain loh masih berdiri disitu. Duduk disebelah, Luthfi. Nanti kaki loh kram gimana", Risa mencoba menahan senyumnya
Luthfi menoleh kearah, Syifa yang masih berdiri dengan menenteng kantung plastik ditangannya. Ia kemudian menggeser duduknya agar, Syifa bisa duduk disebelahnya
"Duduk disini" cetus, Luthfi yang menggeser duduknya
"Hmmm. Ia", Syifa dengan gugup duduk disebelah, Luthfi. Matanya terus menatap tajam, Risa
"Kenapa, Fa?", Risa dengan tidak tau dirinya malah bertanya seakan tidak berbuat apa-apa
Luthfi juga menoleh kearah, Syifa setelah, Risa bertanya kepadanya. Syifa yang sedang kesal dengan, Risa harus menahan emosinya untuk tidak marah. Ia kemudian hanya memaksa seulas senyumnya
"Ngga apa-apa" sahut, Syifa
"Gue panggil, Viona sama Arvigo dulu yah buat gabung bareng kita disini", Risa sudah hendak berdiri
"Ngga usah, Risa. Banyak kesalahpahaman yang mereka harus selesaikan berdua" seru, Syifa
"Ia juga sih. Tapi gue pengen nanya, kok kalian bisa tau cerita tentang mereka berdua?" tanya, Risa kepada, Syifa dan Luthfi
Syifa memutar malas bola matanya dengan mendengus
"Loh pasang telinga loh tuh dimana sih, Sa?" kesal, Syifa
"Gue juga pengen nanya sama loh, loh tuh naro mata loh dimana sih, Fa? Sampai loh ngga bisa lihat telinga gue?" sahut, Risa dengan sewot
"Dih. Santai aja dong loh ngomong, ngga usah ngengas" ujar, Syifa yang tidak kalah sewot
"Sorry yah, Fa. Gue ngga lagi berkendara. Jadi gue ngga lagi ngegas dan ngga ngerem", Risa mengibaskan tangannya dengan gaya songongnya
Satu bungkusan cemilan mendarat di wajah, Risa yang membuat gadis itu merintih. Luthfi yang menyaksikan adegan perdebatan kedua sahabat itu hanya tersenyum dibuatnya
"Ngapain loh ngelempar ini ke gue?", Risa dengan nada sewotnya. "Gue tau, Fa. Loh itu perhatian banget sama gue. Tapi ngga mesti loh lempar juga kali makanannya"
"Malas banget gue ngeladenin otak ngga waras kayak loh", Syifa jengah dengan, Risa
"Ehem", Luthfi berdehem agar kehadirannya terlihat
"Astaga. Maaf" ucap, Syifa dengan kikuk
'Kok gue bisa sampai lupa sih kalau disini ada, Luthfi. Mana tadi gue ribut mulu lagi sama, Risa. Aduh, ini gue malu banget sumpah' - batin, Syifa dengan rona merah di wajahnya
'Mati kan loh. Hahhahaha' - batin, Risa dengan menahan tawanya melihat wajah pias, Syifa
Suara deringan ponsel milik, Risa terdengar. Risa kemudian meraih ponselnya didalam tas. Saat, Risa melihat siapa yang menelepon, ia kemudian menekan tombol icon hijau kemudian berusaha menjauh
"Siapa?" tanya, Syifa dengan pelan
"Mama. Gue ke kamar dulu yah", Risa pergi tanpa menunggu jawaban, Syifa
Kembali hanya tersisa, Luthfi dan Syifa diruangan tersebut. Syifa enggang memulai pembicaraan, ia hanya meraih botol minum yang ada diplastik tersebut. Tidak lupa memberikan, Luthfi satu botol minuman walau jus apel dihadapan, Luthfi belum habis
"Loh suka sama, Reza?", Luthfi meraih jus apel tersebut lalu meneguknya sampai habis
"Ngga", Syifa spontan menjawab karena terkejut, Luthfi bertanya tentang itu
"Hmm. Maksud gue. Gue ngga ada perasaan apa-apa sama dia", Syifa sudah bisa menguasai dirinya
Luthfi menoleh kearah, Syifa dengan tatapannya yang dalam. Syifa yang menyambut tatapan, Luthfi tidak sanggup bila harus berlama-lama bersitatap dengan pria di hadapannya ini. Ia kemudian berusaha mengalihkan pandangannya
"Kok loh nanya itu ke gue?", Syifa bertanya dengan nada santai
"Loh pernah bilang kan, kalau loh suka cowok yang senyumnya manis?", Luthfi terus menatap, Syifa
"Oh yah? Kapan gue pernah ngomong itu ke loh?", Syifa kembali menatap, Luthfi.
Syifa memang pernah mengatakan dia suka cowok yang punya senyum manis. Tapi ia merasa tidak pernah mengatakan itu kepada, Luthfi. Ia hanya pernah mengatakan itu kepada, Risa.
"Loh ngga pernah ngomong itu ke gue. Gue cuma pernah dengar loh ngomong ini ke, Risa. Gue ngga sengaja dengar", Luthfi memalingkan wajahnya
"Oh. Gue pikir gue pernah ngomong ke loh tentang ini", Syifa meraba tengkuknya
"Kalau dia suka sama loh?", Luthfi kembali menatap dalam, Syifa
Syifa merasakan keringat dingin mulai menjalar keseluruh tubuhnya saat ini. Peluhnya mulai keluar dari dahinya. Syifa bahkan merasa suhu tubuhnya naik sepuluh kali lipat menjadi panas dingin
Luthfi yang menyadari keringat, Syifa diarea dahinya terlalu banyak, ia segera mengelap keringat tersebut dengan tangannya. Aura panas dingin dalam tubuh, Syifa kembali memuncat.
Syifa setengah mati melawan debaran jantungnya yang entah dimana keberadaannya. Wajah merahnya mungkin kini sudah seperti ditaburi blus on sekilo.
"Loh sakit?", Luthfi panik melihat perubahan air muka, Syifa yang tiba-tiba mengeluarkan banyak keringat serta wajahnya yang memerah
"Hmm.. Ng.. Ngga. Gu.... Gue ngga apa-apa", Syifa gugup mejawab. Ia kemudian melap keringat di dahinya sendiri
"Ini. Minum dulu", Luthfi memberikan botol minum kepada, Syifa
Syifa meneguk minuman dari botol tersebut sampai tidak tersisa walau hanya setetes. Luthfi mengernyit keherangan dengan, Syifa yang bisa langsung menghabiskan botol minum tersebut tanpa jeda
"Loh beneran ngga apa-apa" raut panik di wajah, Luthfi masih terlihat. Syifa hanya mengangguk pelan
Syifa kemudian melirik, Luthfi. Ia terus mencerna maksud dari pertanyaan, Luthfi tadi. Kenapa, Luthfi harus menanyakan hal semacam itu? Konyol sekali. Mungkin begitulah gambaran dari isi kepala pikiran, Syifa saat ini
"Kenapa?", Luthfi ngelap sisa keringat di dahi, Syifa dengan lembut saat, Syifa melirik dirinya
Syifa menggeleng lalu dengan cepat menguasai dirinya agar kembali normal. Ia bahkan berkali-kali menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Kini, wajahnya sudah kembali normal seperti semula
"Syifa?" panggil, Luthfi
"Ia?", Syifa menoleh kearah, Luthfi
"Loh belum jawab pertanyaan gue tadi kan?" ucap, Luthfi dengan rendah
"Pertanyaan loh yang mana?", Syifa sudah seperti tidak ingin membahas pertanyaan itu lagi
Luthfi terdiam sejenak dengan masih menatap dalam mata, Syifa seperti sedang mencari jawaban dari mata tersebut
Deg!
Suara detakan jantung milik, Syifa kembali melunjak saat, Luthfi menatapnya dengan sangat dalam. Ingin sekali, Syifa memalingkan wajahnya, namun entah kenapa dia malah tidak bisa berbuat apa-apa selain membalas tatapan mata, Luthfi yang selalu membuatnya kaku sekaligus terpana
Luthfi mengakhiri tatapan tersebut. "Lupain aja pertanyaan gue tadi"
"Kenapa?", Syifa heran dengan, Luthfi saat ini
"Loh ngga pengen jawab kan?" seru, Luthfi tanpa menoleh
"Bukannya gue ngga mau jawab" jawab, Syifa dengan nada tidak enak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments