"Loh suka genit sama cewek kali" cetus, Syifa saat, Vigo sudah selesai bercerita
"Apaan. Loh pikir gue playboy" ketus, Vigo
"Yah... Soalnya, Viona waktu itu pernah ngatain loh 'ulat bulu jelalatan'. Jadi gue pikir mungkin loh suka genit sama cewek termasuk, Viona" tukas, Syifa
"Gue bilang juga apa. Dia pasti salah paham, karna perhatian loh untuk dia loh samain sama sahabat loh" ujar, Luthfi
"Bentar-bentar. Maksudnya sahabat gimana?", Syifa bingung karna, Vigo belum menceritakan tentang sahabat
"Oh gue lupa. Dulu gue punya sahabat cewek, Vio juga tau dia. Tiap gue sama, Vio mau jalan bareng, dia pasti selalu ikut. Tapi, Viona waktu itu bilang ngga apa-apa. Apa yang gue kasih ke, Vio, itu juga gue kasih ke sahabat gue. Gue ngga pernah ngebedain barang yang gue kasih ke mereka.... ", Vigo belum selesai berbicara
"Termasuk kasih sayang loh?", Syifa sudah memotong pembicaraan, Vigo
"Nggalah. Rasa sayang gue ke, Vio lebih besar" tukas, Vigo
"Tapi sayangnya, loh ngga ngelakuin itu. Kalau loh lebih sayang ke, Viona. Seenggaknya bedain cara perhatian loh untuk sahabat juga pasangan" tutur, Luthfi
"Gue juga kalau jadi, Viona udah pasti marah. Gue aja yang dengar cerita loh kesal, apalagi, Viona yang ngerasain" ucap, Syifa
"Makanya bantuin gue dong. Jangan nyalahin gue mulu" pasrah, Vigo
"Loh udah minta maaf belum ke, Viona?" tanya, Syifa
"Syifa? Emang ngga ada pertanyaan lain selain itu? Basi banget. Dari awal, Vio mulai judes ke gue, udah ratusan kali gue minta maaf ke dia kalau gue ada salah. Tapi dia ngga pernah nanggepin" papar, Vigo
"Trus sahabat loh itu sekarang dimana? Kenapa ngga dia aja yang loh suruh buat jelasin ke, Viona?", Syifa semakin penasaran
"Sepemikiran", Luthfi menyahut walau tanpa menoleh dan tetap fokus menyetir
"Dia sekarang di luar kota. Tapi sebelum acara perpisahan sekolah gue dulu, gue sempat nyuruh sahabat gue itu buat ngomong ke, Vio alasan kenapa dia ngejauh dari gue. Tapi gue ngga tau kenapa, setelah mereka ketemu, Vio malah tambah judes ke gue. Ngeliat gue aja dia ogah. Gue kan tambah bingung jadinya" ujar, Vigo
"Kok janggal", Luthfi menggaruk-garuk pelipisnya dengan jari telunjuknya
"Janggal gimana?", Vigo melirik, Luthfi
"Yah janggal aja. Masa sahabat loh udah ketemu sama, Viona, tapi sih, Viona malah tambah marah. Aneh jadinya" ucap, Luthfi
"Sahabat loh ngomong apa ke, Viona?" cetus, Syifa
"Yah, dia sih bilangnya nanya ke, Vio, dia kenapa? Alasan dia ngejauh dari gue apa? Tapi katanya, Vio malah marah-marah ngga jelas" ketus, Vigo
"Ngga mungkin sih. Setau gue, cewek ngga akan marah-marah tanpa sebab. Mungkin sahabat loh nyinggung perasaan, Viona kali" seru, Syifa
"Ngga mungkin sih. Sahabat gue baik banget orangnya. Ngga mungkin dia nyinggung perasaan, Vio. Vio sih emang sedikit sensi" ujar, Vigo
"Loh ngikutin sahabat loh tiap saat ngga?", Luthfi melirik, Vigo
"Ya ngga sih. Tapi gue yakin, sahabat gue ngga mungkin ngelakuin itu", Vigo masih tetap dengan pendiriannya
"Vigo. Gue mau tanya satu hal sama loh. Loh lebih percaya sama sahabat loh atau, Viona?" tanya, Syifa dengan serius
"Udah pasti gue lebih percaya sama...... " ucapan, Vigo tiba-toba menggantung
Syifa dan Luthfi saling melirik satu sama lain saat, Vigo tak kunjung melanjutkan ucapannya. Luthfi akhirnya menghentikan mobilnya dipinggir jalan dekat rumah, Syifa
"Ini sebelum kita sampai dirumah, Syifa dan loh ketemu, Viona. Loh harus jawab, loh lebih percaya sama sahabat loh atau sama, Viona?", Luthfi mengulang pertanyaan, Syifa
"Gue bingung. Tadinya gue mau bilang lebih percaya sama, Vio. Tapi disisi lain, gue juga ngerasa percaya sama sahabat gue", Vigo terlihat bingung dengan pikirannya sendiri
"Tau kenapa, Viona jadi kayak sekarang?" ucap, Syifa tiba-tiba
"Kenapa?", Vigo semakin penasaran
"Karna loh ngga ada saat, Viona terpuruk. Loh tetap jalan sama sahabat loh, bahkan saat, Viona mulai ngejauhin loh. Loh ngga peka kalau, Viona ngga suka loh jalan sama sahabat loh. Ngga ada cewek yang baik-baik aja, Vigo, saat melihat cowok mereka jalan sama cewek lain, meski itu sahabat sekalipun. Dan parahnya, loh malah nyamain sahabat sama cewek loh. Trus bedanya mereka apa? Hanya di status? Sebagian orang ngga menginginkan status, yang mereka butuh, perhatian dan kasih sayang dari pasangan mereka. Untuk apa mereka menjalin status tapi diabaikan?" tutur, Syifa yang membuat, Vigo merasa bersalah dengan sikapnya selama ini
"Loh harus lebih bisa memahami mereka", Luthfi menepuk pundak, Vigo. "Saat loh ketemu, Viona nanti. Loh harus jelasin baik-baik ke dia. Beri dia pengertian, ajak ngobrol baik-baik. Jangan ikutan marah kalau dia lagi marah. Ingat pesan gue", Vigo hanya mengangguk
Syifa terus menatap, Luthfi tanpa berkedip saat, Luthfi memberikan nasihat kepada, Vigo. Syifa sampai bengong saking terlenanya dengan ucapan, Luthfi. Cowok secuek dan sedingin seperti, Luthfi, nyatanya lebih bisa memahami wanita ketimbang, Vigo yang sudah berpengalaman
"Lanjut jalan?", Luthfi melirik, Syifa di kursi belakang
Syifa yang salah tingkah karna ketahuan oleh, Luthfi yang terus memandangi dirinya, hanya membuang muka dengan santai padahal sangat gemetar, ia kemudian mengiyakan pertanyaan, Luthfi
Saat mobil tersebut sudah memasuki area parkir dihalaman rumah, Syifa segera mengajak, Luthfi dan Vigo untuk masuk kedalam rumah. Sekaligus membantu, Vigo menjelaskan kesalah pahamannya dengan, Viona selama setahun terakhir
Ceklek
Syifa langsung membuka pintu rumah tersebut yang disambut teriakan riuh dari, Risa dan Viona yang terus berlari kearahnya. Risa dan Viona menghentikan langkah mereka saat melihat orang yang datang bersama, Syifa
"Ayo masuk", Syifa mempersilakan, Luthfi dan Vigo masuk
"Kalian kok bisa bareng? Fa, tadi bukannya loh diajak jalan sama, Reza? Kok pulangnya malah tiba-tiba sama mereka?" tanya, Risa yang terus menunjuk, Luthfi dan Vigo
"Ia. Tadi ketemu mereka di mall. Jadinya pulangnya sekalian sama mereka. Soalnya, Vigo mau ngomong sesuatu sama, Viona", Syifa melirik, Viona yang memasang raut wajah tak senang ada, Vigo disana
"Vio? Gue mau ngomong sesuatu sama loh", Vigo mendekati, Viona
"Stop disitu. Jangan dekat-dekat sama gue", Viona mengisyaratkan dengan kelima jarinya menghentikan, Vigo
"Vio. Gue mau ngejelasin semuanya. Loh salah paham, Vio" tutur, Vigo dengan lembut
"Ngga", Viona menggeleng, "Gue ngga pernah salah paham. Karna emang kenyataannya, loh khianatin gue", Viona sudah tidak bisa menahan emosinya
Syifa, Risa dan Luthfi memilih diam dan duduk di sofa meski, Risa tidak tau apa-apa. Tapi dia tidak ingin ikut campur dalam masalah mereka.
"Ngga, Vio. Gue ngga pernah ngehianatin loh. Loh salah paham", Vigo mencoba menjelaskan ke, Viona
"Loh pikir gue ngga tau tentang hubungan loh sama dia yang loh anggap sahabat depan gue?", Viona meluapkan amarahnya
"Loh ngomong apa sih, Vio. Loh kan tau, gue sama, Lury cuma sahabatan, ngga lebih", Vigo semakin bingung dengan arah pembicaraan, Viona
"Alah!!!! Ngga usah munafik loh. Loh pikir gue ngga tau, kalau kalian udah jadian? Bahkan kalian jadian, saat loh masih sama gue", Viona setengah berteriak kesal
"Vio, gue ngga pernah jadian sama, Lury", Vigo menjelaskan dengan rendah untuk tidak membuat, Viona tambah kesal
"Udahlah, Go. Loh sendiri yang nyuruh dia buat ngomong ke gue saat perpisahan sekolah, kalau kalian udah jadian, jauh sebelum hari itu", Viona tidak bisa lagi menahan air matanya
Syifa dan Risa kemudian berhambur memeluk, Viona yang sudah berderai air mata
"Vio. Gue ngga pernah nyuruh, Lury buat ngomong itu. Loh salah paham, Vio", Vigo menuturkan dengan lembut
Viona sudah tidak menjawab lagi perkataan, Vigo. Hanya air mata yang mewakili perasaan kacaunya saat ini
"Viona. Tadi, Vigo udah ngejelasin semuanya ke gue. Termasuk sahabat dia. Dan, Vigo ngga pernah nyuruh sahabatnya buat ngomong ke loh kalau mereka udah jadian. Vigo cuma mau tau alasan kenapa loh tiba-tiba ngejauh dari dia. Itu aja" tutur, Syifa yang terus membelai pundak, Viona
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Ernie 0115
si lury tuh yg ulat bulu jelalatan mah
2020-10-18
5
Lutfiani
Bagus novelnya
2020-08-11
3