Dengan berakhirnya kuliah hari ini, para mahasiswa sudah mulai bernapas lega. Satu persatu dari mereka sudah mulai keluar dari kelas, ada yang langsung pulang, ada yang masih tetap berada diarea kampus, dan ada pula yang sekedar jalan-jalan
"Fa. Jalan-jalan yuk, malas nih langsung pulang. Yah?", Risa mengatupkan kedua tangannya didepan dagunya
"Kan gue pengen nginap dirumah loh, masa loh mau jalan trus ninggalin gue" sahut, Viona dengan polosnya
"Astaga, Viona sayang. Yakali gue ninggalin loh sendirian. Kita jalan bertiga" ujar, Risa
"Oh. Hehe, kirain kalian bakal ninggalin gue", Viona menggaruk kepalanya yang tidak gatal
"Hufth", Risa memutar malas bola matanya dengan mendengus
"Mau jalan kemana coba?" tanya, Syifa
"Kemana aja kek yang penting jalan dulu, jangan langsung pulang kerumah. Bosan tau dirumah terus", Risa memajukan bibirnya hingga membuat, Syifa gemas dibuatnya
"Uuuuuuuhhhh", Syifa mencubit keduan pipi, Risa dengan gemas
"Aa... Syifa sakit ih" kesal, Risa
"Hehe. Makanya jangan pasang wajah yang bakal bikin gue gemas", Syifa tertawa pelan
Saat ketiga gadis itu sedang asyik berbicara dan bercanda satu sama lain , Reza menghampiri mereka
"Sorry, gue ganggu" ucap, Reza
"Oh, Reza. Ngga kok. Ada apa, Za?", Syifa membalikkan tubuhnya menghadap, Reza
"Loh punya waktu ngga?" tanya, Reza kepada, Syifa
Syifa tidak langsung menjawab, ia kemudian bersitatap dengan, Risa juga Viona. Wajah, Syifa nampak kebingungan dengan pertanyaan, Reza
"Gue?", Syifa menunjuk dirinya sendiri
"Ia. Loh ada waktu luang ngga hari ini?", Reza memperjelas pertanyaannya
"Waktu luang sih ada. Cuma sekarang gue lagi pengen jalan bareng, Risa dan Viona. Loh ada perlu apa? Kalau penting gue mungkin bisa bantu loh kok" ujar, Syifa
Reza terlihat menggaruk tengkuknya dengan salah tingkah. Risa dan Viona yang menyadari kesalah tingakahan, Reza langsung mengerti. Risa dan Viona kemudian saling mengode satu sama lain
"Ngga apa-apa, Fa. Loh pergi aja sama, Reza. Biar gue sama, Viona aja jalannya" cetus, Risa
"Ia, Fa. Loh pergi aja sama, Reza. Siapa tau, Reza ada hal penting yang mau diomongin sama loh. Risa biar gue aja nemenin jalan" timpal, Viona
"Hmm... Ya uda deh", Syifa terpaksa mengiyakan, padahal dirinya sudah mengode, Risa dan Viona namun mereka malah menyuruhnya pergi, "Tapi ingat! Kabarin gue kalau kalian sudah sampai rumah"
"Siip", Risa dan Viona menjawab kompak dengan mengacungkan jempolnya
"Ya udah gue duluan yah. Ingat pesan gue", Syifa sudah berdiri dari tempat duduknya
"Ia ia. Sana pergi", Risa seperti sedang mengusir hewan
Syifa melangkah malas namun ia juga tidak bisa menolak ajakan, Reza karna sudah tidak punya pilihan lain. kedua temannya itu juga sama tidak taunya saat, Syifa sudah mengode mereka untuk meminta tolong
"Mau kemana, Za?", Syifa bersuara saat mereka sudah sampai di parkiran
"Temenin gue ke mall yah? Gue pengen minta tolong sama loh buat pilihan kado untuk adik gue yang mau ulang tahun" ucap, Reza saat dirinya kini membukakan pintu, Syifa. Syifa hanya mengiyakan perkataan, Reza
'Itu yang, Risa sama Viona bilang penting? Apa hubungannya sama gue coba? Dia pikir gue ahli apa dalam memilih kado' - gerutu, Syifa dalam hati
"Loh kenapa, Fa?", Reza memperhatikan perubahan wajah, Syifa saat dirinya sudah mengambil alih kemudi
"Eh. Ngga kok. Gue ngga apa" Syifa memaksa untuk tersenyum
'Gue musti gimana coba? Hufth, tarik nafas, buang. Jangan menampilkan raut wajah kesal. Reza pasti sayang banget sama adiknya, makanya dia sampai rela ngajak gue buat beliin kado adiknya' - Batin, Syifa
"Adik loh cewek?", Syifa menoleh kearah, Reza yang sedang fokus mengemudi
Reza tersenyum menoleh sekilas kearah, Syifa, "Kan ngga mungkin gue ngajak loh buat milih kado kalau adik gue cowok"
"Eh ia yah", Syifa menggaruk-garuk pelipisnya karena malu
Sesampainya di mall, Reza dan Syifa segera menuju beberapa tempat yang di mall. Mereka sibuk mencari-cari kado yang cocok untuk adik, Reza
"Reza. Usia adik loh sekarang berapa?" tanya, Syifa sambil terus menelusuri tempat perbelanjaan yang ada disana
"14 thn. Dia baru kelas VIII" jawab, Reza
"Oh. Beliin sepatu aja. Biasanya anak sekolah itu suka mengoleksi sepatu atau tas gitu", Syifa memberi usul kepada, Reza agar mereka tidak berlama-lama disana
"Ok. Tapi loh bantu milih yah?" seru, Reza. Syifa hanya mengiyakan
Saat mereka hendak masuk kedalam toko sepatu, Syifa dikejutkan dengan seseorang yang berada disana. Dia melihat seseorang yang dia kenal juga berada di toko sepatu tersebut. Syifa hendak berbalik, namun seseorang tersebut sudah melihat, Syifa terlebih dahulu
"Syifa?" ternyata dia adalah, Luthfi
"Luthfi?", Syifa seperti enggang menyapa namun, Luthfi sudah melihatnya terlebih dahulu
Luthfi datang bersama, Arvigo. Ia kemudian menghampiri, Syifa dan juga, Reza yang terlihat datang bersama
"Loh ngapain disini?" tatapan, Luthfi berhenti di, Reza
"Loh datang bareng dia?", Luthfi menunjuk, Reza
"Ia. Gue cuma bantuin, Reza buat milihin kado untuk adiknya yang mau ulang tahun" Syifa berusaha menutupi kegugupannya
"Oh"
Hanya satu kata itu yang diucapkan, Luthfi sebelum dirinya kembali masuk kedalam toko
'Aaaaaa..... Gue boleh teriak ngga sih ini? Gue pengen teriak sekencang-kencangnya. Kenapa gue harus ketemu, Luthfi sih disini? Mana gue bareng sama, Reza lagi. Aaaa...... Siapapun tolongin gue' - jerit, Syifa dalam hati
Syifa memang menampakkan raut wajah yang biasa saja, namun siapa sangka, jantungnya saat ini ingin segera berlari melepas diri. Debaran jantung, Syifa seperti sedang berdebat dengan tempatnya saat ini.
"Ayo masuk", Reza membuyarkan lamunan, Syifa
"Oh. Hmm. Ia. Ayo", Syifa mengusir rasa gugup dalam dadanya
"Loh kenapa?" tanya, Reza tiba-tiba
"Hmm? Oh, ngga. Gue ngga apa-apa kok. Ayo masuk", Syifa memaksa senyumnya
Syifa dan Reza kemudian masuk kedalam toko tersebut. Reza berkeliling untuk mencari sepatu yang cocok untuk adiknya. Sedangkan, Syifa, pikirannya kini dipenuhi dengan rasa yang tidak bisa, Syifa jelaskan. Perasaan tidak enak dalam dadanya berkecamuk hingga membuatnya tidak fokus. Namun dirinya harus segera mendapatkan sepatu yang cocok tersebut agar dirinya bisa cepat-cepat pergi dari sana
Syifa lupa menanyakan ukuran sepatu adik, Reza. Ia kemudian mencari-cari, Reza. Namun karena toko tersebut lumayan luas, Syifa kesusahan mencari dimana, Reza. Syifa bahkan berpasangan dengan, Arvigo
"Syifa? Loh disini juga? Sama siapa? Vio sama Risa?", Arvigo celingak-celinguk mencari kedua teman, Syifa
"Ngga. Gue ngga datang bareng mereka" ucapan, Syifa berhasil membuat kening, Arvigo berkerut
"Terus loh datang sama siapa kalau bukan sama mereka?" tanya, Arvigo
Syifa hendak menjawab, namun, Reza sudah menghampiri mereka berdua
"Syifa? Arvigo?", Reza memegang dua sepatu ditangannya
"Reza?", Arvigo terlihat kebingungan, "Jadi, yang datang bareng, Syifa loh?", Arvigo memastikan ucapannya
"Ia. Gue ngajakin, Syifa buat bantuin gue milih kado, bentar lagi adik gue ulang tahun" tutur, Reza
"Oh", Arvigo menganggukkan kepalanya
"Loh sendirian?" tanya, Reza
"Ngga. Gue bareng sama, Luthfi" saat menyebut nama, Luthfi, Arvigo melirik, Syifa
"Oh, Luthfi. Tadi gue ketemu dia di depan" seru, Reza
"Kalian udah ketemu, Luthfi?", Arvigo melirik, Syifa
"Sudah" jawab, Reza
"Hmm. Reza, ayo kita kesana. Tadi gue lihat ada sepatu yang cocok buat anak SMP, cuma gue ngga tau ukuran sepatu adik loh", Syifa terlihat mengalihkan pembicaraan
"Ok. Hmm, Arvigo gue duluan yah", Reza menepuk pundak, Arvigo kemudian berlalu
Arvigo segera mencari, Luthfi saat ia sudah tidak melihat, Reza dan Syifa lagi
"Kemana sih dia?", Arvigo terus mencari-cari, Luthfi
Satu tangan dari belakang tiba-tiba berada di pundak, Arvigo yang membuatnya terkejut
"Hah.. Ngagetin gue aja loh", Arvigo memegang dadanya
"Sudah selesai?" tanya, Luthfi dengan wajah cuek miliknya
"Loh tadi ketemu, Syifa di depan yah?" tanya, Arvigo
"Ia. Dia datang sama, Reza" jawab, Luthfi acuh tak acuh
"Loh ngga apa-apa kan?", Arvigo sedikit gugup untuk menanyakannya
"Loh lihatnya gue kenapa?" masih dengan raut wajah tanpa ekspresi, Luthfi melirik, Arvigo
"Yah ngga kenapa-kenapa sih", Arvigo menggaruk pelipisnya
"Ayo pulang" ajak, Luthfi, Arvigo pun mengiyakannya
Saat hendak keluar dari toko itu, Syifa dan Reza juga tampak sudah selesai berbelanja. Mereka berempat kemudian bertemu kembali didepan toko tersebut
"Syifa? Loh mau pulang?" tanya, Arvigo
"Ia. Soalnya, Risa Sama Viona pasti udah nungguin gue" ucap, Syifa
"Pulang bareng kita yuk" ajak, Arvigo tiba-tiba
Syifa yang terkejut dengan ajakan, Arvigo hanya melirik kearah, Luthfi yang tanpa ekspresi apapun. Luthfi hanya menatap, Arvigo dengan penuh pertanyaan dikepalanya. Sedangkan, Reza, ia seperti enggang menyerahkan, Syifa untuk pulang bersama mereka
"Kenapa? Gue kan kesini sama, Reza" cetus, Syifa
"Ia. Biar gue yang nganterin, Syifa pulang. Lagian kan, dia kesini bareng gue" timpal, Reza
"Gue cuma pengen ketemu, Vio. Boleh kan?" alasan tepat diberikan oleh, Arvigo
"Viona?", Syifa memiringkan kepalanya
"Ia, Vio. Vio dirumah loh kan sekarang?" cetus, Arvigo
"Ia", Syifa mengangguk, "Viona sekarang ada dirumah. Loh mau ketemu, Viona?"
"Boleh kan?", Arvigo menaikkan alisnya
"Boleh sih. Tapi nanti, Viona marah gimana?" ucap, Syifa
"Justru gue pengen ngomong sesuatu sama loh juga" ujar, Arvigo
"Sama gue?", Syifa menunjuk dirinya lalu, Arvigo mengiyakannya
"Gue cuma pengen cerita sama loh tentang, Vio" seru, Arvigo
"Maksud loh? Hubungan loh sama, Viona?" tanya, Syifa, Arvigo pun mengangguk
"Boleh. Hmm, Reza. Loh ngga perlu repot-repot nganterin gue pulang. Gue pulang bareng mereka ngga apa-apa kan?", Syifa sedikit tidak enak hati
"Hmm. Ya ngga apa-apa kok. Hati-hati yah. Terima kasih juga loh udah ngebantuin gue milih kado buat adik gue. Kalau gitu, gue duluan", Reza kemudian berlalu dari hadapan mereka
"Ayo", Arvigo kemudian mengajak, Syifa menuju parkiran
Luthfi hanya mengikuti mereka berdua tanpa bersuara sedikit pun. Luthfi mengambil alih kemudi, Arvigo duduk disebelah, Luthfi, sedangkan, Syifa duduk dikursi belakang sendiri
"Arvigo" panggil, Syifa
"Panjang amat loh nyebut nama gue", Arvigo hanya terkekeh
"Terus gue mesti manggil loh apa?" tanya, Syifa dengan polosnya. Luthfi hanya melirik melalui kaca spion didepannya
"Panggil gue, Vigo" cetus, Arvigo
"Ok, Vigo. Jadi apa yang loh mau omongan tentang, Viona ke gue?", Syifa sudah sangat penasaran
"Tapi loh harus janji buat bantuin gue? Gimana?", Vigo mengubah posisi duduknya menghadap kearah, Syifa
"Bantuin loh?", Syifa tampak kebingungan
"Pokoknya setelah gue ceritain semuanya ke loh. Loh harus janji bantuin gue" ujar, Vigo
"Hmmm... Gue kan belum tau masalah kalian apa" seru, Syifa
"Makanya gue mau cerita. Tapi loh harus janji dulu" ucap, Syifa
"Hmmm. Ok", Syifa mengiyakan dengan penuh pertimbangan
"Luthfi? Loh aja deh yang cerita", Vigo tiba-tiba menyuruh, Luthfi untuk menceritakan hubungannya dengan, Viona
"Gila. Loh yang punya hubungan kenapa gue yang harus cerita" akhirnya, Luthfi bersuara juga setelah beberapa saat lalu dirinya terus saja bungkam
"Loh kan udah tau semuanya", Vigo menatap, Luthfi
"Apa hubungannya sama gue?", Luthfi sekilas menatap kesal, Vigo
"Karna loh teman gue", Vigo terkekeh
Luthfi mendengus kesal tanpa menatap, Vigo lagi yang membuat dirinya kesal. Sedangkan, Syifa masih bingung dibuatnya mereka berdua
"Luthfi juga udah tau?", Syifa bertanya kepada, Vigo namun matanya melirik, Luthfi
"Kemarin gue udah cerita sama, Luthfi" cetus, Vigo
"Oh", Syifa membulatkan mulutnya, "Jadi hubungan kalian sebenarnya apa" lanjutnya
"Viona pacar gue" ucap, Vigo
"Apa???!!!!!!" saking terkejutnya, Syifa spontan berteriak, kemudian dengan cepat menutup mulutnya
"Sorry sorry, gue kaget" ujar, Syifa yang langsung menjadi salah tingkah
"Ngga apa-apa kok. Santai aja", Vigo mencoba menahan tawanya
"Tapi loh malah ngetawain gue", Syifa tiba-tiba cemberut
"Ekspresi loh lucu banget" tawa, Vigo sudah meledak
Luthfi yang melihat perubahan raut wajah, Syifa yang tadinya terkejut tiba-tiba beralih ke cemberut, hanya tersenyum dibuatnya.
"Dengar sendiri kan? Siapa pun ngga akan percaya, Viona pacar loh" cetus, Luthfi
"He'em. Padahal kalau, Viona lihat loh, dia pasti kesal banget. Gue malah mikirnya loh sering jahilin dia disekolah dulu" tutur, Syifa
"Loh mau gue ceritain dari awal ngga?", Vigo menoleh kearah, Syifa
"Mau-mau" jawab, Syifa dengan semangat
Luthfi memperhatikan, Syifa dari balik kaca yang sangat bersemangat mendengarkan cerita, Vigo. Syifa yang sadar kalau, Luthfi sedang menatapnya menjadi salah tingkah
"Loh......? Ngga akan ngatain gue tukang gosip kan?" tanya, Syifa dengan pelan kepada, Luthfi
Luthfi kemudian tertawa pelan, "Ngga. Lagian, Viona kan teman loh. Loh berhak tau tentang teman loh sendiri"
Syifa hanya tersenyum mendengar penjelasan, Luthfi. Vigo kemudian menceritakan awal mula hubungannya dengan, Viona. Sampai setahun belakangan ini yang membuat, Vigo heran dengan perubahan sikap, Viona terhadap dirinya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments