Part 4 Kabur dari Rumah

Mohon saran dan kritiknya....

°

°

°

Di kediaman keluarga Jaya terlihat panik karena nona yang centil dan cerewet menghilang sejak subuh tadi. Tak ada seorangpun yang tahu ke mana perginya sang nona kecil. Mira pelayan setiapun tidak tahu. Ketika Mira ke kamar majikan kecilnya membangunkan untuk siap-siap berangkat sekolah agar tidak telat, Ave sudah tidak ada. Mira teriak memanggil nona kecilnya sehingga membangunkan seisi rumah.

"Ave ke mana, Pak?" Tangis Ambar tak terbendung lagi karena putri bungsunya hilang.

"Sabar toh, Bu. Pasti Ave ditemukan." Pak Brata menenangkan istrinya yang menangis.

"Bagaimana mau sabar toh, Pak? Aku nggak mau sampai Ave mengalami hal serupa dengan Mustika. Sudah cukup Mustika yang meninggal." Ambar semakin histeris saat mengingat anak ketiganya meninggal di usia muda karena penculikan.

"Tidak akan terjadi lagi seperti itu, Bu. Bapak janji akan menemukan Ave."

Eyang Yaya dan eyang Uti terlihat gelisah dan menerawang jauh saat mengingat kejadian 17 tahun yang lalu di mana cucu ketiganya Rahma Mustika Dewi meninggal karena penculikan oleh orang yang berniat jahat untuk meminta tebusan dari keluarga Jaya. Para polisi tak bisa menyelamatkan balita tersebut dari tangan penjahat. Ketika Ambar hamil anak keempat maka anak yang dilahirkannya menjadi anak kesayangan dan dijaga. Mereka tak ingin mengulang kejadian itu. Apalagi Ave memiliki masalah dengan jantungnya. Ia berada dalam pengawasan keluarga dan dokternya.

"Le,wes nelpon polisi?" Eyang Yaya  membuka suara. (Nak, sudah telepon polisi)

"Sudah romo. Kata Polisi jika mencari orang hilang harus 1x24. Ave menghilang baru 3 jam."

"Aku nggak mau tahu, Pak. Cari Ave sampai ketemu." Ambar menangis sesenggukan.

"Bagaimana jika sakitnya kambuh?" Ambar panik saat mengetahui putri kecilnya belum minum obatnya.

"Biar aku yang mencarinya". Ambar segera lari, tetapi dicegah oleh Brata.

Salim yang baru datang dari ronda terlihat bingung dengan keadaan ini.

"Mbok Sum ada apa ini?"

"Non Ave hilang, Salim."

Rasanya Salim ingin tertawa tapi ia tahan karena melihat mimik wajah mbok Sum yang panik.

"Loh kok bisa mbok Sum."

"Piye toh arek iki. Ilang yo ilang. Mbok pisan ora ngerti." Rasanya Mbok Sum kesal dengan Salim yang tak mengerti. (Bagaimana sih anak ini? Hilang ya hilang. Mbok juga tidak paham)

"Biar Salim yang mencari nona Ave."

"Tolong temukan dan bawa Ave dengan selamat ya, Salim," ucap Ambar sebelum Salim pergi.

Salim segera melajukan mobil pak Brata untuk mencari nona kecilnya. Salim ingat biasanya Ave jika merasa kesal nona-nya akan mengelilingi perkebunan dengan sepeda. Namun, Salim lupa betapa luasnya perkebunan milik keluarga Jaya. Tak mungkin ia mencarinya menggunakan kaki. Maka ia mengerahkan semua pekerja di perkebunan untuk mencari nona kecilnya.

"Bagaimana pak Rizal? Apa anda sudah menemukan nona Ave?" Salim menanyakan setiap orang yang mencari nona Ave.

"Belum Salim. Bapak tidak tahu ke mana lagi mencari nona Ave," katanya putus asa.

"Terus saja cari, Pak. Nanti kita saling berhubung melalui telepon ya, Pak."

"Baik Salim."

"Dirimu di mana, Nonaku?" Bisik Salim di hatinya.

Ujung sana di bekas bangunan yang sudah kosong. Terlihat seorang gadis menahan sesak di dadanya. Ia seakan merasa sakit di dada kirinya. Memanggil nama seseorang dengan lirih.

"Salim, kamu dimana?"

*****

Salim's Pov

Hampir satu jam aku mencari nona Ave di setiap sela-sela tanaman teh, tetapi hasilnya nihil. Sedangkan keadaan di rumah semakin kacau. Ibu Ambar jatuh pingsan.

Samar-samar aku mendengar seseorang memanggil namaku, tetapi saat aku menoleh ke belakang tak ada seorangpun yang memanggilku. Sadar akan sesuatu aku langsung teringat bangunan kosong di hilir sungai dekat perkebunan teh. Kami pernah ke sana waktu kecil ketika kami dimarahi oleh eyang Yaya. Aku segera meminjam sepeda milik pekerja dan mengajak salah satu anak buah pak Rizal untuk mengikutiku.

Sudah lama aku tak menginjakkan kaki menuju hilir sungai ini. Kenangan yang indah bersama nona kecilku.

"Salim aku rasa tak mungkin nona Ave ke sini," kata Lukman pekerja perkebunan dengan pesimis.

"Kita harus tetap mencarinya, Lukman," jawabku teguh.

Aku melihat di sekeliling hilir sungai sampai aku menemukan sepeda berwarna ungu dengan keranjang berisi bunga. Sepeda itu milik Ave.

Aku berlari seperti orang gila dan tak ingin nona kecilku dapat celaka. Aku menghampiri bangunan kosong. Mataku tak lepas untuk melihat sekitar. Akhirnya aku menemukan sesosok gadis dengan balutan baju berwarna ungu dan celana panjang selutut sedang terbaring. Bukan. Bukan terbaring, tetapi ia pingsan.

"Lukman, cepat panggil pak Rizal. Bawakan mobil ke sini." Aku berteriak panik melihat tubuh nona kecilku memucat dan dingin.

"Nona, ini Salim. Sadar nona," panggilku dengan mendekap tubuh dinginnya.

"Non, buka matanya. Ini Salim sudah datang." Aku memanggil namanya sekali lagi.

"Dingin ..." Nona Ave membuka suaranya dengan lirih.

Aku segera melepas jaketku dan memakaikan ke tubuh nona Ave.

"Salim ..."Ia memanggilku lirih.

"Iya Non. Salim di sini." Aku mendekap tubuhnya dengan erat.

"Aku mengantuk," kata nona Ave dengan menutup matanya.

"Tidurlah, Non. Salim akan membawa nona pulang." Aku menggendong dan mengangkat tubuh mungilnya masuk ke mobil.

"Biar Antok saja yang menyetir. Kamu di belakang jaga nona Ave, Salim," perintah Pak Rizal.

Dalam perjalanan menuju rumah. Aku menidurkan kepalanya di bahuku. Aku memberikan juga syal untuk menutupi lehernya yang dingin. Sungguh aku tak mau ia sakit. Aku mencintainya.

*****

Dengan sigap Salim membawa Ave menuju kamarnya yang di dominasi warna ungu. Kesukaan Ave.

"Ya Allah, Nak. Kenapa kamu seperti ini?" Ambar sangat panik melihat putri kecilnya terlihat pucat.

"Pakde cepat panggilkan dokter Rudi,ya." Raras juga terlihat cemas melihat kondisi adiknya.

Pak Malik segera menghubungi dokter keluarga yang sudah menangani Ave sejak kecil.

"Si Ave mah bohong tuh. Mungkin dia sengaja." Bagas terlihat tak senang.

Semua menatap tajam ke arah Bagas.

"Ayah bukannya sudah tahu jika keinginannya tidak dikabulkan maka ia akan kabur. Kemudian sakit," jawab Bagas tenang.

"Kamu bicara apa toh Bagas? Adikmu ini sakit. Kok tega sih kamu bicara seperti itu?" Raras tak suka dengan perkataan adik lelakinya.

"Tapi benar kan mbakyu," sanggahnya.

"Sudah hentikan! Ayah tak ingin melihat kalian bertengkar."

Bagas tak terima dengan perkataan kakaknya. Ia tahu adiknya pasti ada keinginan yang ditolak oleh eyang Yaya atau ayah. Bagas ingat sewaktu Ave ingin masuk SMP yang sama dengan Salim. Eyang Yaya melarangnya. Akhirnya Ave kabur dari rumah. Kabur di tempat yang sama. Dasar Ave.

"Kenapa romo tidak mengijinkan Ave kuliah, Pak?" Ambar berkeluh kesah dengan suaminya.

"Coba jika Romo mengijinkan pasti tidak akan seperti ini," lanjut Ambar lagi.

"Sudah toh, Bu. Jangan dibahas lagi."

Eyang Yaya yang mendengar anak menantunya sedang membicarakannya segera menghampiri mereka berdua dengan jalannya yang memakai tongkat.

"Romo ijinkan Cah Ayu kuliah asal ada dua syarat yang kalian penuhi. Pertama tempat kuliahnya harus sama dengan Salim kedua perjodohan harus tetap dilaksanakan." Eyang Yaya memakai Bahasa Indonesia yang halus.

"Benarkah romo?"Ambar terlihat  senang.

"Iyo Nduk. Wes ojo ngamuk karo Romo maneh." Eyang Yaya akhirnya mengalah. (Iya. Sudah jangan marah lagi sama romo)

Ambar membelai rambut panjang anak kesayangannya yang tertidur menghadap samping.

Ambar tak tahu jika Ave tersenyum senang saat eyang Yaya mengijinkan kuliah. Ave berpikir jika rencana kaburnya berhasil.

Tbc.....

Rencana Ave berhasil ya. Dasar Ave nakal.

Nantikan kelanjutan cerita saya ya.

Terpopuler

Comments

delissaa

delissaa

aq mampir lagi Thor suka sama suaranya 😍 semangat berkarya Thor 💪

2021-07-11

0

Sangdyah Ayu Pranandari

Sangdyah Ayu Pranandari

tadi eyang itu, kok ayah Ace manggilnya Romo?

2021-02-24

0

Julian alex

Julian alex

benar kata bagas biasa lw keinginan tidak dipenuhi pasti kabur, biasa laki2 lebih peka hal2 licik begitu..🤣🤣

2021-02-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!