Sabtu hari yang paling ditunggu tunggu oleh seluruh keluarga besar Naira tapi tidak bagi Naira. Biasanya hari Sabtu adalah hari yang paling membahagiakan bagi Naira tapi kini tidak. Naira merasa Sabtu ini adalah hari yang paling tidak ingin ia lalui. Naira melihat jam dinding kamar pukul 16.00 wib. Hendak keluar dari gelungan selimut pun rasanya masih malas. Ingin rasanya ia tidur sampai besok tanpa tahu apa yang akan terjadi.
#flash back 30 menit yang lalu#
"Halo, Assalamualaikum Naira udah bangun?"
"udah Bu", jawab ku masih dengan suara serak khas orang bangun tidur..
" Naira tidak lupakan janji untuk pulang hari ini?", ibu sepertinya memastikan kedatangan ku, " Ya Bu tidak lupa tapi masih malas gerak", aku menyahut seadanya. Kudengar Ibu mendesah diseberang sana.
"Sayang, paling tidak kamu harus kenal. Apa kamu mau langsung akad nikah aja tanpa tahu wajahnya?", ibu mengingat kan. " Ya nggak juga sich Bu tapi Naira kan belum mau berumah tangga. Niatnya udah ada tapi gak dalam waktu dekat juga Bu", aku menyahut tanpa aku sadari pasti ibu sudah jengkel di sana.
" Biasanya Naira sampe rumah sebelum Maghrib juga Bu. Kenapa sekarang harus diuber-uber Bu masih setengah empat ni Bu", Naira memperpanjang alasan.
"Gak apa-apa Naira, biar kamu sempat didandani sama Kak Nay", ibu masih kekeh.
" Ya kali segitunya Bu,cuma mau kenalan doang pake acara dandan Bu", aku menyahuti ibu. "Udah Kamu nggak usah ngeyel dikasih tahu. Cepat gih siap-siap biar cepat juga sampe rumah atau kalau kamu masih malas biar dijemput sama Bg Nabil aja gimana?",Ibu menyahut...
Naira semakin kesal mendengar saran Ibunya . Memang jarak kosan Naira dengan rumah lebih kurang 75 menitan kalau tidak macet. " Ihh Ibu makin lebay deh pake acara jemput segala. Udah Naira pulang seperti biasa aja Bu naik angkutan umum. Ya udah Naira tutup telpon nya Bu", aku menyahut sudah setengah jengkel. Kudengar Ibu malah tertawa diseberang sana, " ya sudah nanti kamunya hati-hati dijalan, Assalamualaikum".
" Y Bu, waalaikumsalam".
#Flashback off#
Setelah menempuh perjalan lebih kurang 80 menit akhirnya Naira sampai didepan rumah dengan angkutan online. Rumah Orangtua Naira adalah bangunan yang terdiri dari 2 lantai. Lantai pertama terdiri dari ruang tamu, kamar utama, ruang sholat, ruang keluarga ada sekat sekitar satu meteran dapur dan
ruang makan. Sedangkan di lantai 2 adalah kamar mereka 4 bersaudara serta balkon yang lumayan luas untuk bermain untuk anak-anak atau bagi kami yang sering ngumpul berempat disana sambil menghabiskan waktu jika sudah berkumpul.
Suasana rumah sudah ramai. Bg Nabil serta istri dan ketiga anaknya, Kak Naysila,suami serta anak kembarnya, adikku Nazlan, istri dan baby-nya masih berusia 3 bulan. Naira melangkahkan kakinya mendekati Bapak yang sedang ngopi di teras rumah sambil melihat si kembar bermain ayunan.. "Assalamualaikum Pak",ucapku seraya mencium tangan Bapak.
"Waalaikumsalam ", Bapak menyahut.
"Udah sampai Naira",
"Hmm, jawab Naira dengan malas dan langsung merosot duduk di kursi sebelah Bapak. Tak lama si kembar Kenzia berlari kearah Naira serta bertanya
" Onty mau nikah y?", Naira terbengong belum sempat menjawab. Kenzia berucap lagi " cepat ya Onty nikahannya jangan lama-lama biar adik Kenzia makin banyak.
Wah ni anak makin menambah pusing pikiran. Bapak menegur " Kenzia, sana main dulu Ato mau ngomong sama Onty". "Baik , To" , setelahnya bocah itu berlari masuk kedalam rumah mengabari seisi rumah bahwa aku telan tiba.
"Mau kenalan sama calon imam kok cemberut aja sih". "Senang dong gak susah nyari udah dibantu Ibu nyarinya. Ucapkan makasih gih sama Ibu", ujar Bapak seraya mengusak rambut Naira..
"Ih Pak Naira lagi gak mood ini malah digodain lagi. Pak, apa gak bisa dibatalkan aja acaranya bilang aja calon istrinya kabur", aku bicara asal aja saking gak moodnya.
PLETAK...
Aku meringis menahan sakit dahiku. Walau tak keras disentil Bapak tapi lumayan sakit juga." Ihh sakit Pak, kdrt ini Pak", aku manyun...
" Kamu ini ngomong itu jangan ngawur. Ucapan itu adalah do'a. Sudah sana masuk udah ditunggu Ibu juga didalam", Bapak menyuruh ku masuk. Niat hati ingin mencari pembela sefrekuensi nyatanya nihil.
Naira pun masuk,"Assalamualaikum", "waalaikumsalam", Ibu menjawab salam ku dan langsung menghampiri Naira. Belum sempat Naira menyalami, Ibu sudah memeluk Naira dan berkata " Sudah jangan terlalu dipikirkan apa yang Ibu lakukan semata-mata untuk kebaikan kamu.
Anaknya baik, orangtua nya juga Wellcome jadi udah klop kan sama kamu. Bukankah kamu bilang pengen punya mertua yang baik dan penyayang".
Naira hanya mengangguk dan berkata " Naira ke kamar dulu y Bu, udah mau Maghrib juga", " oke kemungkinan mereka sampai bakda Maghrib jangan lupa dandan dikit ya sayang". Naira hanya mengangguk sebagai jawaban atas permintaan Ibunya.
Kamar Naira paling ujung menghadap balkon. Naira bergegas menunaikan sholat Maghrib. Tak lupa Naira bermunajat agar diberi petunjuk dan dimudahkan segala yang menjadi urusannya.
Naira memandangi gaun brokat warna navy dengan hijab senada yang ada diatas kasurnya. Ia pun bergegas memakainya. Memberi riasan tipis diwajahnya dan disempurnakan dengan Bros hijab.
Naira mendengar ketukan pintu, " Naira boleh kak masuk?",suara kak Nay. " Masuk aja gak dikunci kak", aku menjawab. Kak Nay pun masuk. "Cantiknya adik kakak, gak sabar lihat calon adik ipar seganteng apa y".
Naira hanya manyun. "Kakak ngejek ya, kan tetap lebih cantik kakak ", aku menjawab godaan kak Nay. " Udah siap turun?","sepertinya sebentar lagi mereka akan sampai", ujar Kak Nay.
Naira pun mengangguk tanda sudah siap. Kemudian Kak Nay menggenggam tangan Naira untuk memberikan keyakinan. Naira tersenyum. Mereka melangkahkan kakinya keluar dari kamar dan menuruni anak tangga satu per satu. Ketika sudah sampai dibawah terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Vivi imut i love you
Ceritanya bikin aku merasakan banyak emosi, bagus bgt thor! 😭
2025-09-21
0