Pangeran Ly berdiri tepat di tengah pintu, tatapannya tajam bak pedang yang menusuk hingga kejantung.
Laki-laki yang menaungi Nia itu lekas menegakkan tubuhnya, tatapan keduanya bertemu, tubuh keduanya menegang.
Pangeran Ly melesat cepat kearah laki-laki yang ada di dekat Nia.
Bug... sebuah pukulan mendarat sempurna di pertengahan dadanya, bertepatan dengan saat itu juga darah segar menyembur keluar dari mulutnya, membuat jeritan kencang Nia keluar begitu saja.
Nia yang seumur hidupnya belum pernah menyaksikan hal mengerikan seperti itu di depan mata, kini hanya bisa berjongkok sambil memejamkan matanya dengan sempurna.
"Bedebah berani sekali kau mengusik milikku." pangeran Ly membentak pangeran Elvandr Yang merupakan pangeran kedua, anak raja dari sang selirnya. yang sampai saat ini begitu berambisi ingin menggeser posisi pangeran Ly yang merupakan seorang putra mahkota, karena Ly adalah putra pertama sekaligus anak dari sang permaisuri.
"Milikmu?" pangeran El terkekeh sinis, lalu dia kembali berkata, "Dia milikku aku menemukannya di lorong." ucap pangeran El.
Pangeran Ly menatap datar pangeran El.
"Ini peringatan pertama sekaligus terakhir untukmu, jangan pernah mengusiknya lagi jika tidak...aku tidak akan segan-segan untuk memenggal kepalamu!" setelah memberikan peringatan terhadap pangeran El, pangeran Ly segera menggendong Nia membawanya keluar dari kamar pangeran El.
Nia hanya diam membiarkan dirinya tenggelam di dalam gendongan pangeran Ly. Nia tidak menyangka jika saat ini pangeran Ly malah membawanya kembali ke kamar yang tadi pagi dia tempati.
Sampai di sana pangeran Ly membaringkan Nia di kasur, dengan posisi sedekat ini pangeran Ly menatap lekat wajah Nia, wajah cantik yang memikat di tambah dengan aroma darah yang wangi menjadikan Nia sosok yang sangat istimewa bagi pangeran Ly.
Pangeran Ly mulai mengikis jarak antara mereka, pelan tapi pasti jarak kian terkikis, jarak semakin dekat oksigen kian menipis Nia menahan nafas, dingin....itulah yang Nia rasakan saat jari tangan pangeran Ly menyentuh kulit wajahnya, laki-laki itu menyentuh pipi membelai pelan merasakan lembutnya kulit wajah Nia, perlahan gerakan turun hingga ke dagu, di sini gerakan pangeran Ly berhenti. Nia tetap diam mematung di posisinya dengan rasa takut dan bingung yang melebur jadi satu, dan ternyata adegan hanya sampai disitu saja, pangeran Ly sudah menegakkan tubuhnya kembali.
Setelah merapikan kembali jubah kebesarannya yang tidak kusut sama sekali dia pun segera melangkahkan kaki meninggalkan Nia sendiri di kamar itu.
Nia bangkit...dengan posisi duduk di pinggir kasur dia menatap punggung pangeran Ly yang perlahan menghilang di balik pintu yang kini sudah tertutup rapat.
Nia menghela nafas lelah, sekarang dia merasa terjebak di tempat yang sama sekali tidak dia ketahui tempat apanya, bahkan yang lebih parahnya disini semua orangnya terasa aneh.
Di posisi pangeran Ly.
Dia sedang berjalan kearah istana utama, di sana ayahnya yang bernama Darmawijaylysander sudah menunggu kedatangannya.
"siang ayahanda, Ly datang menghadap untuk memenuhi panggilan ayahanda."
"Iya, duduklah ada yang ingin ayah bicarakan denganmu!"
Pangeran Ly segera mengambil posisi dan duduk di kursi dekat ayahnya itu.
"masalah apa itu ayah?"
"Tentang perjodohan mu dengan putri Agni dari Kerajaan timur, bagaimana apa kau sudah mengambil keputusan?"
Pangeran Ly diam dengan tatapan datar.
"Ly sudah ribuan kali ayah bilang padamu, sudah waktunya kamu naik tahta dan menikah, ayah sudah tua Ly, ayah capek ingin istirahat."
"Ly akan menikah tapi dengan pilihan Ly sendiri."
"jawaban yang sama, selalu itu yang kau katakan setiap kali ayah memintamu untuk menikah, gadis seperti apa yang sebenarnya kau cari Ly, selama ini ayah selalu membebaskanmu berpetualang kesana kemari seperti yang kamu inginkan, tapi nyatanya sampai saat ini kamu belum juga membawakan ayah seorang calon menantu."
Pangeran Ly kembali terdiam, dia bingung selama ini dia memang selalu mencari tapi tak satupun wanita yang membuatnya tertarik, rata-rata dari mereka menggilai pangeran Ly, sedangkan pangeran Ly ingin yang dia cintai, bukan yang menginginkan dirinya.
"Tempo hari ayah sudah memberimu waktu satu purnama dan hari ini waktumu sudah habis dan sesuai perjanjian hari itu, karena kau tidak membawakan calon menantu untuk ayah, maka suka tidak suka, mau tidak mau kau harus mau menikah dengan gadis pilihan ayah, jika tidak maka kamu akan ayah coret dari pewaris tahta."
Mendengar ucapan sang ayah yang terus menyudutkannya, pangeran Ly teringat akan gadis yang kini sedang terkurung di kediamannya.
"kali ini Ly tidak bohong ayah, Ly punya calon istri dan saat ini dia sedang ada paviliun Ly." jawab pangeran Ly dengan yakin.
"benarkah...kamu tidak bohong?"
"tidak ayahanda bisa menemuinya nanti."
"kenapa harus menunggu nanti, kenapa kau tidak membawanya tadi, tapi sudahlah ayah akan mengutus pengawal untuk menjemputnya." ucap Darma penuh semangat.
Dalam hati pangeran Ly meringis melihat semangat ayahnya, tapiiiii..... tentunya saat ini bukanlah waktu yang tepat bagi ayahnya untuk bertemu dengan Nia, karena tentunya pangeran Ly harus melakukan persiapan lebih dulu.
"ayahanda tolong jangan sekarang, hari ini dia sedang kurang enak badan, Ly janji... besok pagi Ly akan membawanya menemui ayahanda.
Untuk beberapa saat Darma terdiam. " baiklah besok pagi ayah tunggu kalian di sini."
"baik ayah, kalau begitu Ly pulang dulu."
"mm..."
Dengan gagah Pangeran Ly pulang ke kediamannya. Di perjalanan dia berpapasan dengan pangeran El, tak ada tergur sapa antara keduanya, mereka hanya saling melemparkan tatapan sinis dan berlalu begitu saja.
Sampai di kediamannya pangeran Ly menemui Nia di kamarnya.
Tek.... pintu terbuka pangeran Ly masuk kedalam dan mendapati Nia sedang duduk di kasur sambil menangis,
Pangeran Ly berdiri dan menatap datar kearah Nia.
Nia mengangkat pandangannya dan mendapati pangeran Ly berdiri di depannya.
Dengan air mata yang membasahi pipi Nia berkata, "tuan tolong aku, aku mau pulang, tolong antarkan aku!"
"Dengan syarat kamu harus jadi istriku!" jawab pangeran Ly dengan ekpresi datar.
Melebar sempurna kelopak mata Nia, "Menikah apa kamu gila, kita tidak saling mengenal sama sekali, bagaimana ceritanya kita bisa menikah?"
"kamu bisa memanggilku Ly, besok kita akan menemui ayahku, untuk membicarakan masalah pernikahan kita."
"Apa katamu...kita, tidak aku tidak mau menikah denganmu, aku hanya ingin pulang!"
"aku tidak menerima penolakan!" pangeran Ly segera berbalik badan dan bersiap ingin pergi dari kamar itu, namun ucapan Nia menghentikannya.
"apa setelah itu aku boleh pergi dari sini?" tanya Nia.
Untuk beberapa saat pangeran Ly terdiam di posisinya, hingga beberapa detik kemudian dia menjawab.
"apapun itu yang kamu inginkan."
"benarkah?" ucap Nia dengan antusias.
"mm..." jawab pangeran Ly sambil berlalu pergi dari kamar Nia.
Di posisi Nia dia merasa sangat bahagia dan rencana akan kehidupan indah di kotanya langsung menari indah di otaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments