Wati mematikan handphonenya malam itu. Ibu yang baru melahirkan membutuhkan istirahat dia tidak mau diganggu dengan suara handphone lagi. Dia hanya akan bangun untuk menyusui bayinya.
Wati terbangun saat subuh. Dia sudah terbiasa dengan ritme harian. Sholat subuh, memasak dan segudang pekerjaan rumah tangga yang dia kerjakan sendiri. Tapi kini dia sendirian dikamar hotel berdua dengan anaknya dan bebas dari tugas-tugas yang melelahkan.
Dipandanginya bayi laki-lakinya yang masih tertidur.
“Anak ibu masih tidur…pulas sekali tidurnya nak. Nyaman ya panji tidur dihotel? Hari ini kita akan ketemu dengan tante Nadia ya setelah mama sarapan kita akan berjemur di taman.” Gumamnya pada bayi mungil itu.
Wati bergegas bangun dan membersihkan dirinya dia berdandan tipis dan mulai menyusui bayinya yang bergerak-gerak sambil mengeluarkan rengekan lucu.
Gorden yang menutupi pemandangan diluar hotel disibakkan dan terlihat kilau mentari mulai mewarnai langit yang kelabu.
Wati membersihkan bayinya dan memberinya bedak bayi, mengganti bajunya serta memasang popok lalu membedongnya supaya hangat.
Wati turun untuk menikmati sarapan paginya di hotel itu. Dia mengambil foto sedang sarapan bersama bayinya lalu mengupload di story nya.
“Sarapan dulu untuk booster ASI ku buat bayiku. Legaa rasanya keluar dari neraka rumah mertua bebas tugas memasak, mencuci pakaian seluruh penghuni rumah. Hidupku sekarang hanya untuk anakku. Bye-bye suami pengecut, bye-bye mertua dan ipar dajjal.”
Begitu selesai mengupload story nya handphone nya bergetar terus menerus, berhenti sejenak kemudian bergetar lagi.
Wati mendiamkan nya, kemudian membatin “nanti saja ya kulihat pesan kalian aku sedang menikmati sarapan ku.”
Setelah selesai sarapan Wati membawa bayinya untuk berjemur. Dia duduk kursi yang ada di tepi kolam renang. Beberapa kali dia selfi dan menguploadnya di story.
Salah seorang temannya mengomentari story nya dan Wati membalasnya serta mengundangnya untuk datang ke hotelnya.
Sambil menunggu temannya datang Wati melihat story ibu mertuanya.
“Hei menantu durhaka jangan sombong kamu ya mentang-mentang punya uang banyak. Kau masih istri sah dari Dony kau harus berbakti pada suamimu. Kau mau suamimu kecantol perempuan lain kalau dia kesepian karena istrinya minggat?”
Kali ini Wati membalas pesan mertuanya.
“Siapa yang minggat bu? Bukankah ibu sendiri yang mengusirku? Bahkan suamiku pun tidak membelaku dan membiarkan aku dan anak kami pergi. Silahkan mas Dony menikah lagi karena saya akan mengurus perceraian kami di pengadilan agama.”
“Aku merahasiakan pekerjaanku karena ibu sudah menguasai gaji suamiku. Aku tidak ingin memberikan penghasilanku barang sepeserpun kepada ibu karena aku harus mempersiapkan masa depan anakku.”
Setelah membalas pesan ibu mertuanya Wati memblokir nomor kontaknya.
Wati kembali menimang-nimang anaknya. Tak lama handphone nya berdering temannya sudah di lobby. Ia pun menemui temannya dan mengajaknya ke kamarnya.
“Apa yang terjadi Wati?” Nadia bertanya dengan nada cepat.
“Kau tidak memberiku ucapan selamat atas kelahiran bayiku?”
“Ah maaf…. selamat ya atas kelahiran bayiku siapa namanya?”
“Kuberi nama Panji Bagaskara. Jawab Wati sambil memberikan anaknya untuk digendong Nadia.
“Aku melahirkan secara Caesar karena ari-ari bayi ku menutupi jalan lahir. Mertuaku marah karena operasi ku membutuhkan biaya yang besar sampai anaknya berhutang untuk membayar biaya operasi caesar. Saat aku pulang dari rumah sakit belum sempat masuk rumah mertuaku sudah mengepak semua pakaianku dan mengusirku untunglah aku punya penghasilan dari menulis dan kami tidur di hotel untuk sementara.” Wati menjelaskan duduk persoalannya sambil membuat teh untuk tamunya.
“Tapi sampai kapan kau akan tinggal di hotel Wati biayanya kan mahal?”
“Itulah Nad bisakah kau membantuku mencari kos-kosan aku akan tinggal di kota ini sampai perceraian ku beres. Kemudian aku akan kembali ke rumah orang tuaku.”
“Apa kata orang kalau kau ngekos sendiri dengan anakmu tanpa suami? Apa kau siap jadi janda?” Nadia bertanya sambil menimang bayi mungil itu.
Wati mengambil anaknya dari gendongan Nadia lalu menyusui nya.
“Rumah mertua seperti neraka Nad gaji suamiku dia kuasai dan untuk keperluan pribadiku aku hanya diberi 200 ribu sebulan. Uang itulah yang selalu ku tabung barangkali aku butuh uang cash sementara gajiku dari menulis kubiarkan saja di rekeningku. Andaikan suamiku bisa membelaku mungkin masih bisa kuberi kesempatan tapi dia diam saja saat aku diusir dari rumah ibunya.”
“Baiklah aku akan mencari kos-kosan untukmu. Ada lagi yang kau perlukan?”
“Aku perlu berbelanja kebutuhanku dan bayiku aku butuh baju-baju bayi dan diapers biar tidak terlalu banyak cucian.”
“Baiklah aku antar kau belanja kita naik taxi online saja ya aku membawa motor kesini.”
Tadi pagi suamiku telpon menanyakan apakah aku tahu keberadaanmu. Suamimu menanyakanmu melalui suamiku di kantor aku harus menjawab apa kalau suamiku menanyakannya lagi?”
“Jawab saja tidak tahu. Aku tidak ingin bertemu dengan suamiku.”
Suami Nadia bekerja di kantor yang sama dengan suami Wati. Mereka berkenalan saat ada even kantor yang mengharuskan karyawan membawa pasangannya. Mereka bertukar nomor ponsel dan karena komunikasi yang cukup sering akhirnya Wati dan Nadia menjadi akrab.
"Aku sudah memesan taxi online sebaiknya kita menunggu di lobby."
Mereka bertiga turun ke lobby. Bayi mungil itu tidur dengan tenang di gendongan ibunya.
"Tidak usah ke mall ya kita langsung ke baby shop beli yang penting-penting saja."
"Iya tidak apa-apa. Aku juga belum terlalu kuat untuk berbelanja di Mall. Bayiku sebaiknya juga tidak bertemu dengan orang banyak dulu takutnya banyak virus di udara."
"Kalau waktunya kontrol kau telpon aku saja nanti akan aku antar naik mobilku."
"Iya terimakasih lho Nad, kau satu-satunya orang yang peduli sama aku dan bayiku."
"Sudah seharusnya sebagai sesama manusia kita harus menolong Wati. Aku sungguh merasa miris melihat kondisimu. Orang yang seharusnya melindungi kalian justru begitu tega membuang kalian seperti sampah. Pasangan lain lama menunggu momongan ini dikasih kepercayaan anak kok begitu tega ayahnya diam saja melihat anak dan istrinya diusir. Betul-betul ga habis pikir aku."
"Aku akan menggugat cerai Nad, kasihan anakku kalau harus hidup bersama dengan orang-orang toxic itu."
Mereka telah sampai di baby shop. Wati membeli Pampers, perlengkapan bayi, dan kereta dorong bayi. Wati menyempatkan diri untuk selfi semua belanjaannya sebelum kembali ke hotel.
Dia membuka blokir ibu mertuanya saat memposting stories wa shopping nya. Tak lama handphonenya bergetar tetapi dia tidak mengangkatnya. Sesampainya dihotel Wati memotret anaknya di kereta bayinya juga semua barang yang dia beli untuk bayinya.
Semua status wa nya dikecualikan untuk keluarga kandungnya. Wati tidak ingin membuat orangtuanya cemas apalagi ayahnya memiliki riwayat penyakit jantung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Wanita Aries
Mantap wati
2025-11-02
0