Ruang pertemuan Star House menjadi hening karena para penghuninya sedang tercengang mendengar pernyataan Heru bahwa Hiko seorang perusak rumah tangga orang.
Hal itu tak dibiarkan begitu saja oleh para wartawan, itu akan menjadi sebuah berita heboh jika diketahui publik. Suara Blitz dari kamera wartawan mulai memecah keheningan dengan disusul riuh dari bisikan orang-orang yang menghakimi Hiko.
"Terserah apa yang mau lo bilang tentang gue, yang jelas Nara gak pernah cinta sama lo!" Balas Hiko setelah lama diam mendengar cacian Heru.
"Ko!" Genta dan Nara terkejut dengan pernyataan Hiko.
"Udah, kita balik aja!" Ajak Genta
Hiko masih berusaha menahan badannya, karena memang dia tidak pernah mempunyai niatan untuk menghindari Heru. Bahkan yang dia inginkan bertarung disana untuk menentukan siapa yang akan memiliki Nara.
"Ko! Wartawan Ko! " bisik Genta diantara usaha menarik Hiko
Akhirnya Hiko menuruti permintaan Genta untuk pergi. Namun sebelum ia membalikkan badan, ia menangkap sosok Ruby disana. Ia menatap tajam tepat dimata Ruby seakan memberi tanda bahwa ia tak akan melepaskan Ruby begitu saja.
***********
"Gue gak nyangka kalian menjalin hubungan selama ini!"
Teriakan Genta menggema ke seluruh ruang tamu rumah Hiko.
"Ini masa jaya Lo, Ko! Dan di puncak popularitas ini lo bikin scandal gak masuk akal kaya gini!" Genta masih sibuk berdiri memikirkan kejadian barusan.
Dua ponselnya berulang kali bergetar karena panggilan masuk dari orang-orang penting yang pasti ingin mengkonfirmasi scandal perselingkuhan Hiko dan Nara.
"Kita udah bentuk citra lo didepan semua orang kalau lo cowok baik-baik, Gue tutupin semua aib lo yang suka gonta ganti temen tidur lo! Gue kira lo udah tobat, ternyata lo malah bikin hal bodoh seperti ini!"
"Apa yang lo maksud hal bodoh?" Hiko berdiri tak terima dengan ucapan Genta.
"Sudah-sudah, aku gak mau kalian bertengkar!" Nara menarik tangan Hiko agar duduk kembali.
"Sekarang apa yang akan lo lakuin buat nyelesaiin masalah ini?" Tanya Genta, "Lihat semua panggilan itu! Lo tahu kan maksud mereka telpon mau apa!?"
"Yaudah, kalo memang mereka mau batalin kontrak ya batalin aja! Ganti rugi mereka semua! Gue gak akan jadi miskin hanya karena ngeluarin duit receh buat kontrak itu!" Ujar Hiko.
"Jadi, perjuangan gue sepuluh tahun besarin nama lo cuma lo hargai recehan itu? Harusnya gue dengerin apa kata bokap Lo! Gue gak harus ngebantuin orang yang gak tau terimakasih kaya lo!" Ucap Genta marah.
"Lo mau tinggalin gue? Gue gak peduli! Pergi aja! Gue bisa dapat manajer sepuluh kali lipat dari Lo!" Genta berdiri memaki-maki Genta.
Genta meletakkan dua ponsel dan kunci mobil diatas meja, "Gue berhenti jadi manajer Lo! Mulai sekarang urus semua urusan lo sendiri!"
"Lo kira gue gak bisa hidup tanpa lo! Pergi sana jauh-jauh b*ngs*t!" Hiko menendang meja didepannya untuk mengantar kepergian Genta.
"Sayang!" Nara mencoba menenangkan Hiko.
Hiko duduk menunduk, kedua tangannya memegang kepalanya yang sudah mau meledak menahan amarah.
Nara berulang kali mengusap punggung Hiko, "Kamu masih punya aku, sayang. Aku akan tetap ada disampingmu apapun yang terjadi." Kata Nara
"Pulanglah, bawa mobil gue. Gue mau sendiri dulu." pinta Hiko.
Nara menggeleng, "Aku akan tetap temenin kamu disini."
Hiko mengambil kunci mobil yang tergeletak di lantai lalu memberikannya pada Nara. "Gue mau sendiri, Ra!"
Melihat wajah Hiko yang serius membuat Nara mengurungkan niatnya untuk tetap tinggal. Dengan berat hati ia menerima kunci mobil Hiko.
"Aku akan pulang dulu. Besok pagi aku akan mengantarmu ke lokasi shooting."
Hiko hanya mengangguk, mengusap rambut Nara lalu mengecup keningnya. "Sorry, gue gak bisa nganter lo."
Nara mengangguk, "Jangan terlalu mikirin hari ini ya."
Hiko mengangguk, "Hati-hati ya, Sayang."
Nara pun pergi meninggalkan rumah Hiko.
**********
Ruby baru saja ingin merebahkan diri ketika ponselnya yang sedang ia carge berdering.
"Siapa sih?" Keluh Ruby
Sebenarnya ia malas untuk menerima telpon itu karena pasti bukan Iqbal, Sebab Iqbal baru saja mengakhiri panggilan telponnya dengan Ruby.
Dengan malas Ruby beranjak ke dekat meja belajarnya untuk mengambil ponselnya yang tidak mau berhenti berdering.
"Nara?" Cepat cepat Ruby menerima telpojln dari Sahabatnya itu.
"Hallo Ra? Kamu gak apa-apa kan, Ra?" Tanya Ruby khawatir, "Dari tadi aku coba hubungin kamu tapi gak bisa. Mas Heru gak ngapa-ngapain kamu kan?"
"Enggak, By. Aku gak nemuin Mas Heru, aku dari tadi nemenin Hiko trus pulang ke rumah ku sendiri." Jawab Nara
"Mas Heru gak bakal ngapa-ngapain kamu kan, Ra?"
"Entahlah, By."
Ruby tak bisa menjawab apa-apa ketika nada suara sahabatnya itu terdengar pasrah.
"By."
"Iya, Ra. Kenapa? Kamu mau aku kesana?" Tanya Ruby
"Enggak, Ra. Aku cuma mau tanya sesuatu ke kamu."
"Apa, Ra?"
"Bukan kamu kan yang ngasih tahu hubungan ku dengan Hiko ke Mas Heru?" Tanya Nara
"Astaqfirullah, Ra. Kamu tahu aku seperti apa kan? Walau aku tahu itu salah, aku juga sudah janji ke kamu kalau aku gak akan ikut campur masalah kalian." Jawab Ruby
Terdengar suara helaan nafas Nara, "Maaf ya, By. Aku tanya hal itu."
"Iya, Ra. Tapi demi Allah aku tidak pernah mengatakan hal apapun tentang kalian pada orang lain."
"Iya, By. Aku percaya itu."
"Kamu mau aku temani?" Tanya Ruby
"Enggak, By. Sebenarnya aku hanya sedang mengkhawatirkan karir Hiko dengan adanya pemberitaan ini."
Ruby terdiam tak bisa menjawab apa-apa.
"Doakan saja aku bisa melewati semua ini ya, By." pinta Nara.
"Aku doakan yang terbaik untuk kalian bertiga."
"Makasih, By. Aku tutup telponnya ya, Malam."
Sambungan telpon terputus, tetapi Ruby masih saja memandangi ponselnya. Ia merasa jika sebenarnya Heru sudah lama mengetahui hubungan Nara dan Hiko.
**********
Pagi ini sudah menjadi pagi yang sibuk bagi Nara dan Hiko, mereka harus melewati beberapa wartawan yang sudah menunggu didepan rumah Hiko maupun di lokasi shooting. Tentu saja hal itu membuat kru film merasa terganggu.
Sejak kedatangan Nara dan Hiko di lokasi shooting tak ada seorang pun yang bersikap ramah pada mereka. Semuanya bertindak acuh. Sekalinya melihat, mereka hanya menatap rendah dan sinis.
Tak ada lagi satu orang kru pun yang menawari Hiko tempat duduk, makanan bahkan minuman. Nara harus pergi mencari sendiri ketika Hiko membutuhkan sesuatu.
"Panggil tuh lead actor-nya, suruh cepat!"
Teriakan sutradara membuat Hiko geram, ia ingin sekali menghantamkan tinjunya dimuka pria paruh baya yang tidak bisa menghargainya. Namun Nara selalu mengingatkan untuk tetap bersabar
Proses Shooting kali ini menurut Hiko benar-benar lama. Bagaimanapun kondisinya, Hiko seorang actor profesional yang bisa meninggalkan egonya dan tetap ber-acting sesuai perannya. Namun kali ini ia sangat kesal ketika sutradara membuatnya harus berulangkali mengulang scene yang sama mulai pagi hingga menjelang sore.
"Lo kalo ada masalah jangan dibawa-bawa ke tempat kerja donk!" Protes salah seorang kru.
"Seharian cuma ngurusin lo doang, molor nih jadwal kita!" Protes yang lainnya.
"Heh Bangs*t, Anj*ng kalian! Lo kira gue gak tahu ini akal-akalan kalian!" Teriak Hiko marah melempar botol air minum pada kru yang memarahinya.
"Ko. Udah! Jangan ladenin mereka." Nara menahan Hiko.
"Oh. Jadi gini ya sifat asli lo! Ketahuan belang lo sekarang! Pantesan aja istri orang direbut juga."
"Bangs*t Lo! Kalo lo gak tau apa-apa mending diem jangan banyak bacot!" Teriak Hiko, ia menendang tempat duduknya kemudian meninggalkan lokasi shooting.
Seperti halnya tadi pagi, keluar dari lokasi shooting sudah membuat Hiko dikerumuni banyak wartawan.
"Nanti kita klarifikasi hal ini ya, cari waktu yang pas dulu." Hiko mencoba memecah kerumunan wartawan dengan melindungi Nara yang berjalan dibelakangnya.
Hiko dan Nara segera naik ke dalam mobil dan meninggalkan lokasi shooting beserta para wartawan yang mencecar mereka dengan berbagai pertanyaan.
Hiko membawa Nara kembali ke rumahnya, kali ini tak ada wartawan sama sekali disana. Namun Hiko melihat mobil sedan hitam beserta dua orang ajudan Papanya di halaman rumahnya.
"Ada Papa kamu." Kata Nara ketika Hiko menghentikan mobilnya tepat dibelakang mobil papanya. "Aku langsung pulang aja ya."
"Iya, bawa aja mobil gue lagi." Kata Hiko.
Nara dan Hiko keluar dari dalam mobil. Tiba tiba saja Handoko keluar dari pintu ruang tamu bersama Maria.
Dengan cepat Handoko menghampiri Hiko dengan kemarahan.
PLAK!!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Hiko.
-Bersambung-
.
.
.
.
.
Jangan lupa selalu like, comment, vote dan bintang limanya ya. dukung aiko terus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Henik Tuban
apa salah didikan itu bang Hiko?
2023-06-22
1
JunielVeloka
Sombong banget si Hiko Astaghfirullah sampe nyebut
2023-05-15
0
JunielVeloka
😱😱😱
2023-05-15
0