Bab 3 ~ Tiba-tiba Menikah

  Malam setelah Zira dilarikan ke rumah sakit , Zira tidak diizinkan untuk berpergian ia harus benar-benar dirumah dan beristirahat apalagi pernikahannya akan segera dilangsungkan dalam beberapa hari lagi .

 Zira merasa kesal , sudah beberapa hari ia seperti dikurung tidak boleh keluar dari rumah , kini disaat suasana rumah yang mulai ramai karena sudah kedatangan keluarga dari Ayah Syahdan dan juga bunda Zoya bahkan kini banyak tukang yang mulai merias rumah nya , iya acara pernikahan akan diadakan dirumah Ayah Syahdan .

Zira menggunakan kesempatan tersebut untuk melarikan diri dari rumah , Zira tidak mau kalau ia harus menikah dalam waktu dekat apalagi Zira belum pernah bertemu dengan calon suaminya ditambah Zira juga merasa berat untuk meninggalkan pacarnya .

Zira membuka pintu kamar nya mengintip situasi diluar dan ya semua orang tengah sibuk . Zira mulai melangkahkan kakinya keluar dari kamar .

Tep tep tep Zira berjalan perlahan , namun baru juga jalan beberapa langkah tiba-tiba ada suara yang memanggilnya .

" Kak " ,

" Aduh " , Zira menepuk jidatnya perlahan dan mulai membalikan badan menoleh ke sumber suara .

" Hai Bulan " , Sapa Zira kepada adik sepupunya .

" Hallo kak " , jawabnya seraya melambaikan tangan .

" Cie yang bentar lagi jadi istri orang " , canda Bulan seraya menyenggol bahu Zira .

" Apaan sih bul ? " , balas Zira sedikit sewot .

" Dih ko sewot sih kak ? " , tanya bulan lagi aneh .

" Udah udah aku mau keluar pusing " , Timpal Zira dan itu kesempatan nya untuk melarikan diri melanjutkan misinya .

Zira meninggalkan Bulan dan ia mulai kembali melangkahkan kaki seraya menundukkan kepala .

Akhirnya Zira sampai dipintu depan rumah , ia tersenyum senang artinya tinggal sedikit lagi ia bisa keluar dari rumah .

Beruntung semua orang tengah sibuk dengan tugasnya masing-masing , Bahkan Zira tidak melihat keberadaan bunda Zoya , Ayah Syahdan , Zulfa dan juga bang Zidan .

Zira tidak peduli yang terpenting ia bisa melarikan diri dari rumah .

Zira sudah sampai dipintu gerbang rumah , namun baru saja tangannya memegang kunci pintu gerbang ia dikagetkan oleh suara bang Zidan yang entah dari mana datang nya .

" Kak mau kemana ? " , bang Zidan sedikit berlari menghampiri Zira .

" Mmm ngga kemana kok cuman mau cari angin aja " , jawab Zira berbohong .

" Udah masuk kamar lagi aja , anginnya lagi ga bagus nanti kamu sakit lagi " , timpal bang Zidan lembut .

" Ya bagus dong kalau aku sakit , biar nikahnya ga jadi sekalian " , balas Zira sekenanya .

" Kak kok ngomong nya gitu ? , itu tandanya kamu tidak bersyukur dikasih kesehatan sama Allah SWT , banyak loh orang sakit yang lagi berjuang ingin sehat " , timpal bang Zidan mengingatkan .

" Mmm iya iya deh " , jawab Zira malas dan ia akhirnya kembali masuk ke dalam rumah karena tidak mau diceramahi lebih panjang oleh abangnya.

Zira masuk kamar dan kembali mengurung diri didalam kamar , Zira harus memikirkan cara lain agar ia bisa pergi dari rumah .

#

Malam hari sekitar pukul 10 malam , keadaan rumah mulai sepi mungkin semua orang sudah beristirahat .

Zira sudah menyiapkan dirinya untuk pergi dari rumah , ia hanya membawa tas gendongnya yang berisikan 2 potong pakaian gantinya , dompet dan juga ponsel .

Zira tidak membawa barang banyak karena itu bisa mempersulit untuk dirinya kabur dari rumah .

Walau ada perasaan takut harus keluar malam-malam seorang diri tapi Zira harus mengalahkan rasa takutnya karena tidak ada cara lain .

Kali ini Zira memutuskan pergi lewat jendela kamarnya , beruntung ia tidak menempati kamar dilantai atas .

Zira mengintip ke arah luar , cukup sepi dan membuat bulu pundaknya merinding namun lagi-lagi Zira menguatkan niatnya dan harus memberanikan diri .

Setelah melihat situasi aman , Zira membuka jendela kamarnya sedikit lebar , lalu menjatuhkan tasnya terlebih dulu sebelum ia melompat dari kamar .

Zira berhasil keluar dari kamarnya , ia berdiri dan menatap rumahnya sejenak , kedua matanya berkaca-kaca , rumah yang ditempati nya selama belasan tahun bahkan dari ia bayi sampai sekarang dan dengan berat hati ia harus meninggalkan nya .

" Ayah , bunda maaf Zira harus pergi , maaf kalau Zira membuat Ayah dan bunda kecewa " , ucap Zira dalam hati dan kedua matanya sudah tidak bisa menahan lagi untuk mengeluarkan cairan bening .

" Abang , adek tolong jaga Ayah dan bunda ya " , ucap Zira lagi dalam hati seraya mengelap air matanya yang tanpa permisi sudah membasahi kedua pipinya .

Zira menmbalikan badannya namun ia sangat terkejut karena harus bertabrakan dengan tubuh yang cukup besar dan kekar .

" Aahhh " , teriak Zira namun mulutnya langsung ditutup oleh telapak tangan .

" Kak jangan teriak ini Abang " , ucap bang Zidan seraya melepaskan Zira.

" Abang ? " , ucap Zira pelan seraya menatap bang Zidan memastikan kalau itu benar-benar bang Zidan .

" Hmmm" , dehem bang Zidan .

" Mau kemana malam-malam begini ? " , tanya bang Zidan dingin .

" Mmm itu bang mau pergi sama temen " , jawab Zira berbohong seraya menundukan kepala .

" Sejak kapan kamu suka pergi malam-malam kaya gini ? , dan kenapa harus lewat jendela kamar ? " , tanya bang Zidan beruntun .

Sejak kejadian tadi siang bang Zidan sudah menaruh curiga kalau Zira ingin melarikan diri dari rumah .

Zira menunduk , ia tidak bisa berkata apa-apa lagi karena seperti nya bang Zidan sudah mengetahui niatnya untuk melarikan diri dari rumah .

" Ekhem maaf bro sepertinya aku harus pamit masih ada urusan yang harus diselesaikan " , pamit seseorang yang sedari tadi ada dibelakang bang Zidan .

" Eh maaf bro jadi terganggu dengan adanya kejadian ini " , timpal bang Zidan merasa tidak enak .

" Santai santai gapapa " , jawab laki-laki tersebut seraya bersalaman dengan bang Zidan .

" Assalamualaikum " , ucap salamnya yang langsung dijawab oleh bang Zidan dan juga Zira .

Zira masih menundukkan kepala ia tidak berani menatap ke arah bang Zidan .

Bang Zidan mengajak Zira untuk duduk di bangku halaman , ia mengobrol dengan lembut dan juga memberi wejangan untuk Zira , Zira dibuat menangis dan mengakui kesalahannya , ia pun beberapa kali meminta maaf .

" Ya sudah sekarang kamu istirahat ya masuk kamar , udah jangan nangis lagi " , ucap Bang Zidan seraya mengusap lembut kepala Zira .

" Iya bang " , jawab Zira dengan mengangguk.

Sebelum Zira benar-benar pergi ia menyempatkan memeluk tubuh kekar abangnya , Abang yang selalu menjaganya , yang selalu ada , yang selalu sayang , yang selalu mengingatkan Zira dan yang selalu memanjakan nya , mungkin setelah menikah nanti Zira tidak bisa lagi sedekat ini dengan abangnya .

" Abang gak akan berubah kan walau Zira sudah nikah nanti ?, Abang akan tetap seperti ini ? " , tanya Zira beruntun .

" Abang akan tetap seperti ini kak " , jawab bang Zidan seraya membalas pelukan adiknya .

##

" SAYA TERIMA NIKAH DAN KAWINNYA ZIRA AZZIZAH AL-FATIH BIN SYAHDAN AL-FATIH DENGAN MAS KAWIN TERSEBUT DIBAYAR TUNAI " ,

" SAH " ,

" SAH " ,

" SAH " ,

" Alhamdulillah " ,

~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!