Malam setelah Zira dilarikan ke rumah sakit , Zira tidak diizinkan untuk berpergian ia harus benar-benar dirumah dan beristirahat apalagi pernikahannya akan segera dilangsungkan dalam beberapa hari lagi .
Zira merasa kesal , sudah beberapa hari ia seperti dikurung tidak boleh keluar dari rumah , kini disaat suasana rumah yang mulai ramai karena sudah kedatangan keluarga dari Ayah Syahdan dan juga bunda Zoya bahkan kini banyak tukang yang mulai merias rumah nya , iya acara pernikahan akan diadakan dirumah Ayah Syahdan .
Zira menggunakan kesempatan tersebut untuk melarikan diri dari rumah , Zira tidak mau kalau ia harus menikah dalam waktu dekat apalagi Zira belum pernah bertemu dengan calon suaminya ditambah Zira juga merasa berat untuk meninggalkan pacarnya .
Zira membuka pintu kamar nya mengintip situasi diluar dan ya semua orang tengah sibuk . Zira mulai melangkahkan kakinya keluar dari kamar .
Tep tep tep Zira berjalan perlahan , namun baru juga jalan beberapa langkah tiba-tiba ada suara yang memanggilnya .
" Kak " ,
" Aduh " , Zira menepuk jidatnya perlahan dan mulai membalikan badan menoleh ke sumber suara .
" Hai Bulan " , Sapa Zira kepada adik sepupunya .
" Hallo kak " , jawabnya seraya melambaikan tangan .
" Cie yang bentar lagi jadi istri orang " , canda Bulan seraya menyenggol bahu Zira .
" Apaan sih bul ? " , balas Zira sedikit sewot .
" Dih ko sewot sih kak ? " , tanya bulan lagi aneh .
" Udah udah aku mau keluar pusing " , Timpal Zira dan itu kesempatan nya untuk melarikan diri melanjutkan misinya .
Zira meninggalkan Bulan dan ia mulai kembali melangkahkan kaki seraya menundukkan kepala .
Akhirnya Zira sampai dipintu depan rumah , ia tersenyum senang artinya tinggal sedikit lagi ia bisa keluar dari rumah .
Beruntung semua orang tengah sibuk dengan tugasnya masing-masing , Bahkan Zira tidak melihat keberadaan bunda Zoya , Ayah Syahdan , Zulfa dan juga bang Zidan .
Zira tidak peduli yang terpenting ia bisa melarikan diri dari rumah .
Zira sudah sampai dipintu gerbang rumah , namun baru saja tangannya memegang kunci pintu gerbang ia dikagetkan oleh suara bang Zidan yang entah dari mana datang nya .
" Kak mau kemana ? " , bang Zidan sedikit berlari menghampiri Zira .
" Mmm ngga kemana kok cuman mau cari angin aja " , jawab Zira berbohong .
" Udah masuk kamar lagi aja , anginnya lagi ga bagus nanti kamu sakit lagi " , timpal bang Zidan lembut .
" Ya bagus dong kalau aku sakit , biar nikahnya ga jadi sekalian " , balas Zira sekenanya .
" Kak kok ngomong nya gitu ? , itu tandanya kamu tidak bersyukur dikasih kesehatan sama Allah SWT , banyak loh orang sakit yang lagi berjuang ingin sehat " , timpal bang Zidan mengingatkan .
" Mmm iya iya deh " , jawab Zira malas dan ia akhirnya kembali masuk ke dalam rumah karena tidak mau diceramahi lebih panjang oleh abangnya.
Zira masuk kamar dan kembali mengurung diri didalam kamar , Zira harus memikirkan cara lain agar ia bisa pergi dari rumah .
#
Malam hari sekitar pukul 10 malam , keadaan rumah mulai sepi mungkin semua orang sudah beristirahat .
Zira sudah menyiapkan dirinya untuk pergi dari rumah , ia hanya membawa tas gendongnya yang berisikan 2 potong pakaian gantinya , dompet dan juga ponsel .
Zira tidak membawa barang banyak karena itu bisa mempersulit untuk dirinya kabur dari rumah .
Walau ada perasaan takut harus keluar malam-malam seorang diri tapi Zira harus mengalahkan rasa takutnya karena tidak ada cara lain .
Kali ini Zira memutuskan pergi lewat jendela kamarnya , beruntung ia tidak menempati kamar dilantai atas .
Zira mengintip ke arah luar , cukup sepi dan membuat bulu pundaknya merinding namun lagi-lagi Zira menguatkan niatnya dan harus memberanikan diri .
Setelah melihat situasi aman , Zira membuka jendela kamarnya sedikit lebar , lalu menjatuhkan tasnya terlebih dulu sebelum ia melompat dari kamar .
Zira berhasil keluar dari kamarnya , ia berdiri dan menatap rumahnya sejenak , kedua matanya berkaca-kaca , rumah yang ditempati nya selama belasan tahun bahkan dari ia bayi sampai sekarang dan dengan berat hati ia harus meninggalkan nya .
" Ayah , bunda maaf Zira harus pergi , maaf kalau Zira membuat Ayah dan bunda kecewa " , ucap Zira dalam hati dan kedua matanya sudah tidak bisa menahan lagi untuk mengeluarkan cairan bening .
" Abang , adek tolong jaga Ayah dan bunda ya " , ucap Zira lagi dalam hati seraya mengelap air matanya yang tanpa permisi sudah membasahi kedua pipinya .
Zira menmbalikan badannya namun ia sangat terkejut karena harus bertabrakan dengan tubuh yang cukup besar dan kekar .
" Aahhh " , teriak Zira namun mulutnya langsung ditutup oleh telapak tangan .
" Kak jangan teriak ini Abang " , ucap bang Zidan seraya melepaskan Zira.
" Abang ? " , ucap Zira pelan seraya menatap bang Zidan memastikan kalau itu benar-benar bang Zidan .
" Hmmm" , dehem bang Zidan .
" Mau kemana malam-malam begini ? " , tanya bang Zidan dingin .
" Mmm itu bang mau pergi sama temen " , jawab Zira berbohong seraya menundukan kepala .
" Sejak kapan kamu suka pergi malam-malam kaya gini ? , dan kenapa harus lewat jendela kamar ? " , tanya bang Zidan beruntun .
Sejak kejadian tadi siang bang Zidan sudah menaruh curiga kalau Zira ingin melarikan diri dari rumah .
Zira menunduk , ia tidak bisa berkata apa-apa lagi karena seperti nya bang Zidan sudah mengetahui niatnya untuk melarikan diri dari rumah .
" Ekhem maaf bro sepertinya aku harus pamit masih ada urusan yang harus diselesaikan " , pamit seseorang yang sedari tadi ada dibelakang bang Zidan .
" Eh maaf bro jadi terganggu dengan adanya kejadian ini " , timpal bang Zidan merasa tidak enak .
" Santai santai gapapa " , jawab laki-laki tersebut seraya bersalaman dengan bang Zidan .
" Assalamualaikum " , ucap salamnya yang langsung dijawab oleh bang Zidan dan juga Zira .
Zira masih menundukkan kepala ia tidak berani menatap ke arah bang Zidan .
Bang Zidan mengajak Zira untuk duduk di bangku halaman , ia mengobrol dengan lembut dan juga memberi wejangan untuk Zira , Zira dibuat menangis dan mengakui kesalahannya , ia pun beberapa kali meminta maaf .
" Ya sudah sekarang kamu istirahat ya masuk kamar , udah jangan nangis lagi " , ucap Bang Zidan seraya mengusap lembut kepala Zira .
" Iya bang " , jawab Zira dengan mengangguk.
Sebelum Zira benar-benar pergi ia menyempatkan memeluk tubuh kekar abangnya , Abang yang selalu menjaganya , yang selalu ada , yang selalu sayang , yang selalu mengingatkan Zira dan yang selalu memanjakan nya , mungkin setelah menikah nanti Zira tidak bisa lagi sedekat ini dengan abangnya .
" Abang gak akan berubah kan walau Zira sudah nikah nanti ?, Abang akan tetap seperti ini ? " , tanya Zira beruntun .
" Abang akan tetap seperti ini kak " , jawab bang Zidan seraya membalas pelukan adiknya .
##
" SAYA TERIMA NIKAH DAN KAWINNYA ZIRA AZZIZAH AL-FATIH BIN SYAHDAN AL-FATIH DENGAN MAS KAWIN TERSEBUT DIBAYAR TUNAI " ,
" SAH " ,
" SAH " ,
" SAH " ,
" Alhamdulillah " ,
~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments