Di negara Y, negara di mana Berliana tinggal.
Di sana terkenal dengan ketiga Tuan muda tampan yang terkenal sangat berpengaruh. Di urutan pertama, yaitu Exsel Bernard Pratama. Marga keluarganya adalah Biaswa. Harusnya marga itu ada di belakang namanya, tapi entah mengapa Exsel tidak menggunakan marga dari keluarganya.
Di urutan kedua yaitu, Efron Remoni. Ia dari keluarga Remoni, terkenal ramah tapi juga mematikan di saat yang bersamaan.
Senyumnya yang selalu menambah kesan tampan di wajah tampannya, akan selalu muncul di saat ia merasa tertarik akan sesuatu hal. Efron adalah sekutu sekaligus lawan yang seimbang untuk Exsel.
Di urutan ketiga, Erland Safety, marga keluarganya yaitu Safety. Sama dengan marga keluarga Berliana. Karena Erland adalah kakak tiri Berliana. Hanya saja Berliana tidak menggunakan marga itu sejak ia memasuki dunia modelling di usia remaja
...*****...
Memang benar jika ketiga tuan muda tampan yang terkenal itu sangat sibuk, untuk bertemu mereka saja harus memiliki janji. Karena selain identitas mereka yang istimewa, mereka juga memiliki kesibukannya masing-masing.
Lalu mengapa kini satu dari tuan muda itu ada di sini?
Efron Remoni, salah satu dari tuan muda yang terkenal. Ia juga menjadi salah satu menantu idaman di negara Y.
“Untuk apa tuan Remoni datang ke sini?” Berliana sengaja menyebut marga dari Efron langsung.
Selain anak yang mendapatkan hak waris penuh atas kekayaan keluarga Remoni, dia juga anak yang terlalu di manjakan, lebih tepatnya terlalu bebas.
“Saya hanya ingin menawarkan sesuatu padamu.” Efron tersenyum manis, dengan pemikiran yang tidak bisa di tebak.
Berliana hanya diam dan menatap malas Efron yang duduk menghadap ke arahnya. Jika ini orang lain yang berada di posisi Berliana, mungkin saja mereka akan berteriak-teriak dan menjerit histeris saking senangnya.
Mungkin, Efron tidak bisa di bandingkan dengan Exsel dalam hal kekuasaan. Tapi, untuk menjadi lawan yang setara Efron adalah Tuan muda yang layak akan hal itu. Wajahnya yang sangat tampan juga menjadi daya tarik tersendiri. Hanya Saja, Berliana tidak suka dengan tatapan yang di tunjukkan Efron padanya.
“Tidak 'kah kamu merasa bangga?, setidaknya saya adalah salah satu dari tiga menantu idaman yang ada di negara ini?” Terdengar sedikit menyombongkan, walau hal itu memang kenyataannya.
“Lalu?” tanya Berliana terdengar acuh dan tidak peduli.
“Haha.., memang benar ini yang bernama Berliana, selain nama kamu yang sangat indah. Ternyata wajah kamu tidak kalah indah ya.” Dengan tatapan yang seakan menelisik, Efron menatap dalam Berliana.
Tatapan yang bagi Berliana sulit di tebak. Meskipun Berliana sudah sering bertemu dengan banyak lelaki yang sering menatapnya dengan tatapan kagum dan mesum. Tapi Efron terlihat lebih sedikit berwibawa.
“Oh ya?, saya baru tahu jika wajah saya seindah nama saya ini. Jangan berbelit-belit dan langsung saja katakan apa keinginan anda kemari!”
Berliana sangat tak menyukai basa-basi, ia memang terlihat sombong. Tapi apakah benar jika sikap aslinya seperti yang di perlihatkan?
“Haha ..., kamu terlihat menarik di mata saya.” Tawa Efron layaknya seseorang yang senang mendapat sesuatu. Tidak lama tawanya terhenti, Efron menatap Berliana dengan raut wajah yang kini telah berubah menjadi serius.
“Tidur sehari bersamaku, maka akan aku bayar kamu berapa pun.” Nada suaranya terdengar seakan sedang merendahkan, hingga Berliana mau tak mau merasa tersinggung karena hal itu.
Mendengar itu, wajah Berliana yang awalnya acuh terlihat sinis dan tak suka. “Oh ya?, anda berani bayar saya berapapun?” sinis nya dengan tangan terkepal.
“Ya berapa pun!, katakan berapa nominal yang ingin kamu sebutkan. Sepuluh angkat atau bahkan lebih, kamu bisa katakan langsung,” kata Efron semakin sombong, ia lalu membersihkan dasinya seolah kotor, padahal dasinya tidak kotor sama sekali.
Berliana diam sejenak, ia seolah tengah menghitung angka dengan wajah yang serius, hingga Efron menganggap jika Berliana sama dengan wanita kebanyakan yang dengan mudahnya memberikan tubuhnya.
“Oke kalau gitu,” putus Berliana. Ia bangkit dan menatap Efron yang kini sedang tersenyum seolah meremehkannya. “Sayangnya, uang yang saya miliki sudah lebih dari cukup.” Di sertai senyum sinis, Berliana menatap miring ke arah Efron, seolah ia kini balas mengejek.
Setelahnya, Berliana pergi meninggalkan Efron yang sempat terbengong. Suara ketukan langkah kaki yang semakin menjauh, membuat Efron tersadar.
Efron tersenyum.
Merasa tertarik akan sosok wanita yang baru kali ini menolak tawarannya.
...*****...
Anira, anak kecil yang kini sudah remaja, ia terlihat senang karena sesuatu hal. “Yeayyyyy,” berseru riang, Anira tidak henti-hentinya tertawa senang.
Melihat seseorang yang selalu menjadi objek untuk selalu ia gangguan, Anira langsung menghampiri orang itu dengan semangat. “Kakak.” memeluk kakaknya erat, Anira lalu tersenyum riang.
Exsel, lelaki itu tak mengatakan apapun. Ia lebih memilih membiarkan saja adiknya bersikap manja pada dirinya.
Itu sudah menjadi hal biasa baginya.
“Kak Exsel, Anira senang banget deh akhirnya Anira bisa diterima di SMA favorit Anira.” Walau memang sebuah hal sederhana, tapi Anira anak yang riang, hingga hal terkecil apapun bisa membuatnya senang.
“Selamat.” Satu kata yang berhasil membuat Anira langsung melepaskan pelukannya itu. “Kakak nggak senang ya Anira di terima di sekolah favorit Anira. Kakak jahat banget sih! kenapa kakak nggak senang kayak Anira?!”
Memanyunkan mulutnya, Anira menatap kakaknya yang kini langsung mengusap wajahnya sedikit kasar, Exsel merasa sedikit frustasi.
“Anira. Kakak senang.” Tiga kata yang tidak juga membuat Anira puas.
“Kalau senang kenapa Kakak nggak tersenyum kayak Anira?” tanya Anira yang seolah tak sadar jika apa yang ia ucapkan selalu berhasil membuat Exsel harus memiliki kesabaran lebih.
“Ini Kakak.” Maksudnya, kalau Exsel bersikap ramah dan tersenyum seperti apa yang Anira lakukan, itu berarti bukan dirinya. Mungkin jika hal itu terjadi, itu adalah Exsel yang sedang di masuki oleh setan?.
“Ah!, kakak nggak asik. Enakan Sama kak Arfan, dia kalau Anira cerita sesuatu bakal senang juga.”
Sedikit mendorong kakaknya karena refleks, hingga Exsel hanya menggeram menahan kesal. Seingat dirinya, Anira sudah berusia 16 tahun, tapi kenapa gadis remaja itu masih terlihat sangat aktif layaknya ia masih anak-anak?.
‘Itu karena dia Arfan,’ batin Exsel seakan menanggapi keluhan Anira, tapi ia hanya menyimpan kata-kata itu di hatinya.
“Ya! Kak Arfan.” Tanpa di duga Anira langsung memeluk Arfan karena senang. “Kak Arfan, Anira masuk ke sekolah favorit Anira,” ungkap Anira senang dengan mata berbinar.
Baru saja Arfan hendak mengelus pucuk kepala Anira dan tersenyum senang, tapi hal itu kalah cepat karena Exsel langsung menarik Anira agar berada sampingnya. “Jangan Terlalu dekat dengannya,” kata Exsel yang hanya di tanggapi dengan tatapan tak mengerti dari Anira.
“Kenapa kak?” tanya Anira polos.
“Dasar anak kecil. Apa yang kakak kamu katakan benar. Laki-laki dan perempuan tidak bisa untuk terlalu dekat, kecuali suami istri.” Bukan Exsel yang menjawab, melainkan Arfan yang berbicara.
“Kenapa?, kok bisa?, atau kak Arfan berharap jadi suami Anira?” Pertanyaan yang terlalu polos, membuat Arfan kebingungan untuk menjawab.
“Sudahlah, kamu tidak akan mengerti.”
“Tuan, kita memiliki janji temu dengan seorang klien. Mereka sudah menunggu anda.” Kini, Arfan bersikap hormat dan formal saat berbicara pada Exsel.
Merasa di abaikan, Anira yang merasa kesal hanya diam.
...*****...
“Berliana,” panggil Sinta begitu Berliana terliha memasuki apartemen miliknya. “Ada orang yang ingin segera bertemu dengan kamu,” lanjut Sinta.
Berbalik dan menatap ke arah Sinta. Berliana terlihat hanya diam dan tidak mengatakan apapun. “Baiklah,” jawabnya singkat, Berliana kembali melanjutkan langkahnya dan memasuki kamarnya.
Apartemen tempat tinggal mereka berdua memiliki dua kamar dengan kamar mandi yang berada di dalam kamar masing-masing. Setahu Sinta, selama dirinya tinggal bersama dengan Berliana, ia hanya tahu sedikit tentang Berliana. Itu karena Berliana orang yang benar-benar sangat tertutup, bahkan makan kesukaannya saja baru 3 tahun kemudian Sinta ketahui.
Menjadi asisten sekaligus manajer Berliana, itu sudah sangat lama, bahkan hampir sepuluh tahun. Hanya saja, karena sikap tertutup Berliana menyebabkan ia tidak dekat dengan siapapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments