Pembalasan

Bragh!

Suasana mendadak tegang ketika seseorang ketika yang sedang berolahraga kaget saat pintu terbuka paksa. Dua wanita di ruangan itu panik, buru-buru menutup tubuh telanjang mereka dengan selimut tipis.

Di tengah kekacauan itu, Arya Kurniawan, pria berusia lima puluh tahun, segera mengenakan bajunya, berusaha menutupi diri. "Pengawal!" teriaknya, namun tak satu pun muncul untuk membantunya.

Sosok bertopeng dan ber-hoodie hitam itu melangkah semakin dekat, gerakannya tenang tapi penuh ancaman. Sebuah pukulan telak menghantam wajah Arya, menjatuhkannya ke lantai. "Sialan..." gerutu Arya sambil berusaha bangkit, namun pria bertopeng itu tak memberinya kesempatan sedikit pun, menakan dan terus mendesak dengan kecepatan yang sulit diantisipasi.

Arya mencoba mengumpulkan tenaga, matanya menatap penuh ketakutan pada sosok misterius yang kini tampak menguasai ruangan. Napasnya tersengal, dan rasa panik mulai menghimpit, seolah tidak ada jalan keluar.

Pria bertopeng itu tak memberi arya kesempatan sama sekali. Setiap pukulan menghantam tubuh dengan presisi, membuat pria baruh baya itu terhuyung-huyung. Wajahnya memerah, darah mulai menetes dari luka kecil dipelipisnya. "Siapa kau sebenarnya?!" teriak Arya, suaranya bergetar antara marah dan sakit.

Kedua wanita di sudut ruangan menahan napas, matanya melebar ketakutan. Mereka tidak berani bergerak, hanya menutup tubuh dengan selimut tipis, berharap serangan itu segera berhenti. Namun pria bertopeng itu tak peduli. Ia menyerang lagi, kali ini menendang perut Arya hingga Arya tersungkar ke lantai, terengah-engah.

"Iblis sepertimu pantas mati." suara pria itu terdengar berat, namun tenang, penuh ancaman. Arya mencoba menangkis, tapi tubuhnya sudah lelah dan serangan demi serangan terus menghujam. Tidak ada ruang untuk membalas, tidak ada tempat untuk lari. Hanya satu hal yang Arya sadari–pria bertopeng itu jauh lebih kuat dan lebih cepat dari yang ia perkirakan.

Pria bertopeng itu dengan cepat mencekik leher Arya, mengangkatnya tinggi-tinggi meski tubuh arya gemuk. Tubuh Arya tergantung lemas, napasnya tersengal. "Kau adalah iblis, dasar pembunuh,'' suara pria itu menggema, terdistorsi oleh alat canggih yang mengubah nada suaranya.

''S-aya bukan p-pembunuh." Arya berusaha membela diri,namun rasa sakit dari cekikan membuat suaranya tersendat. Di balik topeng, mata pria itu menatap tajam sebelum tiba-tiba melempar Arya ke lantai. Kepala Arya terbentur keras, darah mengalir deras dari luka di dahinya. "Arghhhh...." teriaknya, menahan sakit yang menjalar ke seluruh tubuh.

Pria bertopeng berjongkok di hadapannya, menatap Arya seakan menilai kebusukannya.

"Kau bisa menipu wartawan, menyuap hukum... tapi kau tak bisa lari dari semua kebusukanmu."

Kedua wanita di ruangan itu hanya bisa saling berpegangan, ketakutan membeku di wajah mereka. Salah satu menatap pistol di atas nakas, memberi kode diam-diam ke rekannya. Dengan cepat, tembakan dilepaskan. Dor! Dor! Namun pria bertopeng lebih gesit: keduanya jatuh terkapar di lantai, darah mulai mewarnai kasur putih yang kini memerah.

Arya Kurniawan terpana, matanya melebar, menatap kedua wanita yang kini terbaring tak bernyawa. Dengan napas tersengal, ia menjerit "Dasar brengsek... siapa kamu? Apa yang kamu mau? Uang? Katakan, saya akan berikan!"

Namun pria bertopeng itu tak gentar. Dengan satu tindakan keras, kepala Arya terbentur, tubuhnya terhuyung, dan kaku pria itu menekan dada Arya. "Kau pikir semua bisa dibeli dengan uang harammu itu, hah!" teriak pria bertopeng itu, menginjak lebih dalam dada Arya.

Arya, meski masih terengah berusaha bangkit. "Si... siapa kamu...? Apa maksud semua ini?" suaranya serak, gemetar ketakutan.

Pria bertopeng itu menatap Arya sekali lagi, tatapannya tajam dan dingin. "Ingat baik-baik... Jangan pernah main-main dengan mereka yang lemah. Kau sudah terlalu lama menikmati udara bebas. Saatnya kau membayar semua kebusukanmu," ucapnya pelan, namun menggetarkan, sebelum dengan cepat mencekik leher Arya.

Tubuh Arya melemas, napasnya tersengal, dan tak lama kemudian semuanya berhenti–dia sudah tak bernyawa. Pria bertopeng itu berdiri tegak, menatap mayat Arya dengan dingin, lalu tersenyum miring di balik topengnya, seakan puas dengan semua yang telah terjadi. Suasana sunyi menyelimuti ruangan, hanya suara angin yang terdengar samar dari jendela yang terbuka.

Episodes
1 Vonis Dendam
2 Saatnya Membalas
3 Pembalasan
4 Keadilan
5 AVENGERS
6 Jejak Perawat
7 Misteri di Dream Hospital
8 Mata yang Menyaksikan
9 Bayangan di Balik Luka
10 Amanat Kematian
11 Balapan Bayangan
12 Rahasia Gudang
13 Operasi Penyalamatan
14 Detik Terakhir
15 AVENGERS Rising
16 Hukum terpojok
17 Warisan Sunyi
18 Bayangan Pahlawan
19 Senyum Rahasia
20 Diam yang Berbicara
21 Pengawas
22 Kesempurnaan Palsu
23 Dalang di Balik Layar
24 Dekat Tanpa di Sadari
25 Doa di balik kesunyian
26 Langkah Terhitung
27 Jejak yang Terhapus
28 Janji yang terucap, Suara yang tersembunyi
29 Kebenaran yang Disiarkan
30 Saat Topeng Terlepas
31 Salam Sang Algojo
32 Pahlawan dalam Bayangan
33 Apa yang Disembunyikan
34 Misi Sunyi
35 Dua Dunia
36 Tatapan yang Tersembunyi
37 Ancaman Baru
38 Sandiwara Pasar Malam
39 Jejak Tersembunyi
40 Malam penuh Rahasia
41 Tatapan Terselubung
42 Doa dan Rahasia
43 Petunjuk Gelap
44 Benteng Data
45 Tidur Berhadiah
46 Teror Bendahara
47 Detik Kritis
48 Mata Pengawas
49 Akses Terlarang
50 Rencana Bayangan
51 Jejak Buntu
52 Idola Maya
53 Titik Awal
54 Pengambilan Alihan
55 Tarian Pisau dan Peluru
56 Jejak Pembantaian
57 Bangkitnya Pasukan Bayangan
58 Balas Dendam Sang Raja Gelap
59 Lenyap tanpa Jejak
60 Malam dua Wajah
61 Rekaman Berdarah
62 Perjalanan yang Diawasi
63 Tangis Diawasi
64 Mata yang Mengawasi
65 Kesadaran yang Ditunggu
66 Saksi yang Enggan Bicara
67 Kunjungan yang Tak Terduga
68 Dibalik Tawa, Ada Misi
69 Bayangan Pembalasan
70 Panggilan dari Bayangan
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Vonis Dendam
2
Saatnya Membalas
3
Pembalasan
4
Keadilan
5
AVENGERS
6
Jejak Perawat
7
Misteri di Dream Hospital
8
Mata yang Menyaksikan
9
Bayangan di Balik Luka
10
Amanat Kematian
11
Balapan Bayangan
12
Rahasia Gudang
13
Operasi Penyalamatan
14
Detik Terakhir
15
AVENGERS Rising
16
Hukum terpojok
17
Warisan Sunyi
18
Bayangan Pahlawan
19
Senyum Rahasia
20
Diam yang Berbicara
21
Pengawas
22
Kesempurnaan Palsu
23
Dalang di Balik Layar
24
Dekat Tanpa di Sadari
25
Doa di balik kesunyian
26
Langkah Terhitung
27
Jejak yang Terhapus
28
Janji yang terucap, Suara yang tersembunyi
29
Kebenaran yang Disiarkan
30
Saat Topeng Terlepas
31
Salam Sang Algojo
32
Pahlawan dalam Bayangan
33
Apa yang Disembunyikan
34
Misi Sunyi
35
Dua Dunia
36
Tatapan yang Tersembunyi
37
Ancaman Baru
38
Sandiwara Pasar Malam
39
Jejak Tersembunyi
40
Malam penuh Rahasia
41
Tatapan Terselubung
42
Doa dan Rahasia
43
Petunjuk Gelap
44
Benteng Data
45
Tidur Berhadiah
46
Teror Bendahara
47
Detik Kritis
48
Mata Pengawas
49
Akses Terlarang
50
Rencana Bayangan
51
Jejak Buntu
52
Idola Maya
53
Titik Awal
54
Pengambilan Alihan
55
Tarian Pisau dan Peluru
56
Jejak Pembantaian
57
Bangkitnya Pasukan Bayangan
58
Balas Dendam Sang Raja Gelap
59
Lenyap tanpa Jejak
60
Malam dua Wajah
61
Rekaman Berdarah
62
Perjalanan yang Diawasi
63
Tangis Diawasi
64
Mata yang Mengawasi
65
Kesadaran yang Ditunggu
66
Saksi yang Enggan Bicara
67
Kunjungan yang Tak Terduga
68
Dibalik Tawa, Ada Misi
69
Bayangan Pembalasan
70
Panggilan dari Bayangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!