Bab 3 - Apa Kamu Sedang Hamil ?

"Bukankah sepuluh itu angka sebelum sebelas dan setelah angka sembilan. Di pelajaran matematika dasar sekolah begitu kan, Kak?" jawab Lintang dengan mimik wajah polosnya. "Apa kakak enggak pernah diajari bu guru matematika dasar di sekolah?" imbuhnya.

Gubrakk !!

Rasanya Alan ingin sekali menepuk jidatnya sendiri dengan kencang saat ini usai mendengar jawaban dari Lintang barusan.

"Astaga, perempuan ini beneran asli masih bocah bukan abal-abal atau bohongan." Batin Alan.

Tidak ada yang salah sebenarnya dengan jawaban Lintang, hanya saja bukan itu yang dimaksud oleh Alan. Ibarat kata otak Alan pergi invasi ke Planet Mars. Nah, otak Lintang pergi invasinya cukup jauh sampai ke Planet Pluto.

"Kakak kenapa? Kok diem,"

"Enggak," sahut Alan.

"Apa jawabanku tadi salah?" tanya Lintang yang sedikit gugup seakan tengah melaksanakan ujian sekolah dan ia salah menjawabnya.

"Jawabanmu enggak salah, tapi bukan itu yang ku maksud."

"Maafkan aku yang bodoh ini. Kak Alan mohon bimbing aku,"

"Aku bukan kakakmu, apalagi guru bimbelmu yang harus membimbingmu!" ketus Alan.

Lintang tak marah dengan sikap ketus Alan. Ia terus tersenyum manis di depan calon suaminya itu.

"Kak Alan, aku cinta kakak."

"Cintaku bukan kamu!"

Deg...

Seketika jantung Lintang seakan dihantam batu besar mendengar pria yang diam-diam ia cintai sejak lama, berucap mencintai orang lain. Padahal Alan akan menikah dengannya, pikir Lintang.

Raut wajah Lintang pun seketika berubah. Awalnya yang selalu tersenyum manis, kini pudar dan hilang entah ke mana. Alan tentu melihat jelas perubahan mimik wajah Lintang.

"Siapa ??"

Alan masih terdiam dan tak menjawabnya.

"Apa wanita itu lebih pintar daripada aku?" tanya Lintang. Alan masih belum meresponnya.

"Maaf, otakku yang bodoh ini urusan pelajaran di sekolah. Maaf, sudah buat kakak kecewa karena punya calon istri yang enggak pintar." Ucap Lintang terdengar sendu seraya jari-jemarinya saling bertautan.

Bibirnya terus berucap maaf pada Alan dan kepalanya tertunduk malu. Ia merasa bagai bumi dan langit dengan Alan soal urusan pendidikan sekolah dan isi otak.

"Wanita itu cinta pertamaku. Aku sangat mencintainya melebihi apapun di dunia ini. Kamu tau dia siapa?"

Lintang hanya tertunduk lesu dan menggelengkan kepalanya karena ia tak tau sosok wanita yang dimaksud oleh Alan.

"Wanita itu ya tentu saja ibuku, calon mertuamu sendiri."

"Hah?" Lintang terkejut.

"Kamu pikir siapa?"

"A_ku pikir..."

"Buang pikiranmu itu jauh-jauh!" desis Alan.

"Hehe..." Lintang pun nyengir dengan deretan gigi putihnya di depan Alan.

Alan memilih untuk menutupi rahasia cintanya. Melihat raut wajah Lintang yang sendu, Alan tak sampai hati untuk jujur.

Padahal sejatinya dalam sebuah hubungan terutama mereka akan memasuki bahtera rumah tangga alias menikah, sebuah kejujuran itu sangatlah penting. Walaupun kejujuran itu pahit, akan jauh lebih baik diutarakan daripada disembunyikan dari pasangan kita.

Dikarenakan dari hal sepele yang dirahasiakan justru bisa menjadi bumerang tak terduga di masa depan bila terkuak.

☘️☘️

"Kenapa kita menikah tidak menunggu kamu lulus SMA atau kuliah?" tanya Alan. Lintang masih terdiam.

"Apa kamu sedang hamil?" tanya Alan.

"Hamil?"

"Iya, hamil duluan."

"Adek enggak pernah tidur dengan teman sekolah laki-laki. Teman perempuan saja, adek enggak punya. Adek cuma pernah tidur beberapa kali sih sama laki-laki. Tapi, apa kalau begitu bisa hamil ya?"

"Pria dan wanita kalau tidur satu ranjang bersama dan begituan ya bisa hamil, Lintang!" desis Alan mendadak nada suaranya sudah naik beberapa oktaf.

Emosinya yang awalnya sleeping beauty mendadak bersiap jadi gunung meletus yang memuntahkan laharnya.

"Tapi perutku kok enggak buncit kayak Mbak Rara sewaktu hamil Radit dan Rizal?" ujar Lintang dengan mimik wajah lugunya.

Alan tentu mengenal nama kakak ipar Lintang yakni Mbak Rara. Wanita itu adalah istri dari kakak pertama Lintang bernama Hendri Sutedjo. Rara dan Hendri dikaruniai anak kembar laki-laki yang bernama Radit dan Rizal berusia lima tahun.

"Siapa saja laki-laki yang sudah meniduri kamu?"

"Papi, Mas Hendri dan Mas Dewa," jawab Lintang dengan raut kejujuran dan polosnya.

Gubrakk !!

Alan kali ini ingin sekali melarikan diri ke Hutan Amazone yang banyak binatang buasnya. Daripada harus menghadapi anak bau kencur yang otaknya hanya sebiji kecambah sehingga sering membuatnya darting.

"Belum jadi istri, sudah bikin darting. Kalau dia sudah jadi istriku, mungkin aku langsung masuk IGD tiap detik." Batin Alan.

Bagaimana Alan tidak darting mendengar jawaban Lintang tadi ?

Ketiga pria yang disebutkannya adalah keluarga kandung Lintang sendiri mulai dari ayah dan kedua kakak lelakinya.

"Kami tidur di kamar rame-rame, Kak. Seringnya pas kita liburan di vila keluarga waktu Lintang masih kecil. Hehe..." ucap Lintang seraya terkekeh sendiri di depan Alan.

"Tapi sekarang kita udah jarang tidur bersama. Soalnya kan Lintang udah gede dan Mas Hendri sama Mas Dewa kata mami sudah punya guling hidup. Jadi, Lintang enggak boleh tidur sama mereka lagi. Kakak mau kan jadi guling hidup aku?"

Alan malas menjawab pertanyaan itu. Ia hanya diam tanpa merespon. Justru Alan memilih balik bertanya pada Lintang.

"Jadi alasanmu menikah denganku apa?"

"Adek cinta kakak," jawab Lintang dengan cepat.

Alan tak menggubris untaian kalimat perasaan cinta Lintang yang baginya mirip seperti cinta monyet abege labil. Ungkapan cinta Lintang padanya, bagaikan masuk telinga kanan dan langsung keluar dari kuping kiri tanpa mampir ke hati maupun jantungnya apalagi otaknya.

"Kenapa harus dua minggu lagi kita cepat-cepat menikah?"

"Sebulan lagi kakak kan diwisuda, aku mau menemani di Jakarta. Kata mami, adek baru boleh pergi jauh sama kakak kalau sudah menikah."

"Kamu boleh ke Jakarta tanpa kita harus menikah dulu," ujar Alan.

"Papi, mami, Mas Hendri dan Mas Dewa gak ngizinin aku ke Jakarta kalau kita belum menikah,"

"Kenapa begitu?"

"Karena Kak Alan belum resmi jadi guling hidup adek," jawab Lintang sesuai dengan apa yang orang tuanya katakan padanya.

Alan menghela nafas beratnya. Keduanya memutuskan untuk minum sembari menikmati cemilan yang telah tersaji di meja.

Setelah hampir lima belas menit meja mereka hening tanpa percakapan, Alan pun memutuskan bersuara.

"Kita akan menikah dua minggu lagi, tapi aku punya syarat. Apa kamu mau mengabulkannya?"

Bersambung...

🍁🍁🍁

*Tolong belikan obat sakit kepala merek Budrekk buat Dokter Alan ya biar enggak pusing menghadapi Lintang yang otaknya cuma sebiji kecambah. 😭😭

Terpopuler

Comments

Fitri Yaningsih

Fitri Yaningsih

alan telalu menyepelekan lintang nich....rang pikiran adek lintang masi suci ko ngarepnya yg sudah terkontaminasi malahan suatu saat nanti kamu akan bersukur bersanding ama lintang karna kamu bakalan awet muda loh....makanya jangan dikit dikit darting wong si adek aja santai dalam menjalani hidup heran nich ama alan.....sehebat apa sich cinta pertamamu sehingga menyepelekan lintang tak tunggu ama part cinta pertama alan nongol

2025-09-11

5

ayudya

ayudya

jangan gitu alan apa yg kita lihat belum tentu dia tidak bisa baik di kemudian hari, kamu sama wanita dewasa, pintar dan cantik tapi itu semua tidak menjamin kamu bisa bahagia, ingat manusia tidak ada yg sempurna.

2025-10-18

0

Akhmad Soimun

Akhmad Soimun

Ada apa gerangan Kak Othor buat cerita macam ini... apa rahasianya menikahkan Anak yg bau anak kencur sma si Alan..kan sayang dewasanya Alan, pinter ya Alan..

2025-09-11

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Rencana Perjodohan
2 Bab 2 - Kencan Perdana
3 Bab 3 - Apa Kamu Sedang Hamil ?
4 Bab 4 - Pernikahan
5 Bab 5 - Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
6 Bab 6 - Wejangan Orang Tua
7 Bab 7 - Alergi
8 Bab 8 - Minta Peluk
9 Bab 9 - Gara-Gara Doi
10 Bab 10 - Menahan Malu
11 Bab 11 - Berpisah Sementara
12 Bab 12 - Adek Bocil
13 Bab 13 - Wisuda
14 Bab 14 - Gendhis Hadijoyo
15 Bab 15 - Kabar Kehamilan Gendhis
16 Bab 16 - Sebuah Foto
17 Bab 17 - Dapur dan Kasur
18 Bab 18 - Perdana Memasak untuk Suami (Lintang)
19 Bab 19 - Witing Tresno Jalaran Soko Kulino
20 Bab 20 - Tujuh Tahun yang Lalu (Alan-Lintang)
21 Bab 21 - Beruntung vs Sial
22 Bab 22 - Pindah ke Bandung
23 Bab 23 - Teman Baru
24 Bab 24 - Nonton Film
25 Bab 25 - Menghubungi Alan
26 Bab 26 - Pengakuan Lintang
27 Bab 27 - Pentingnya Komunikasi dan Kejujuran
28 Bab 28 - Aksi Mogok Istri Kecil
29 Bab 29 - Usaha Alan Membujuk Lintang
30 Bab 30 - Pergi Kak !!
31 Bab 31 - Seberapa Besar Cintamu Padaku, Lin ?
32 Bab 32 - Malam Mingguan
33 Bab 33 - Alin
34 Bab 34 - Malu-Malu Meong
35 Bab 35 - Sebuah Ciuman
36 Bab 36 - Resepsi Pernikahan (Alan-Lintang)
37 Bab 37 - Pakai Sayap
38 Bab 38 - Enak dan Asyik
39 Bab 39 - Mengurai Kebencian
40 Bab 40 - Masa Lalu (Maya-Reza-Dotok)
41 Bab 41 - Terdesak Kebutuhan dan Gaya Hidup
42 Bab 42 - Gelayut Mendung Keluarga Sutedjo
43 Bab 43 - Cantiknya Istriku
44 Bab 44 - Pelan-Pelan
45 Bab 45 - Agenda Pak Dokter
46 Bab 46 - Permintaan Istri Kecil Pak Dokter
47 Bab 47 - Berbagi Bahagia di Panti Asuhan
48 Bab 48 - Apa Mau Pulang Bareng ?
49 Bab 49 - Di Bawah Rintik Hujan
50 Bab 50 - Kanebo Kering
51 Bab 51 - Gendhis Menemui Alan
52 Bab 52 - Deep Talk
53 Bab 53 - Jauhi Suamiku !!
54 Bab 54 - Penyesalan Gendhis
55 Bab 55 - Ungkapan Hati
56 Bab 56 - GILA KAU, DHIS !!
57 Bab 57 - Lintang Menghilang
58 Bab 58 - Apartemen
59 Bab 59 - Biarkan Aku Peluk Kamu
60 Bab 60 - Pergi Belanja Bersama
61 Bab 61 - Rekaman Suara
62 Bab 62 - Makasih Sayangku
63 Bab 63 - Kedatangan Tamu
64 Bab 64 - Tawaran Poligami
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab 1 - Rencana Perjodohan
2
Bab 2 - Kencan Perdana
3
Bab 3 - Apa Kamu Sedang Hamil ?
4
Bab 4 - Pernikahan
5
Bab 5 - Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
6
Bab 6 - Wejangan Orang Tua
7
Bab 7 - Alergi
8
Bab 8 - Minta Peluk
9
Bab 9 - Gara-Gara Doi
10
Bab 10 - Menahan Malu
11
Bab 11 - Berpisah Sementara
12
Bab 12 - Adek Bocil
13
Bab 13 - Wisuda
14
Bab 14 - Gendhis Hadijoyo
15
Bab 15 - Kabar Kehamilan Gendhis
16
Bab 16 - Sebuah Foto
17
Bab 17 - Dapur dan Kasur
18
Bab 18 - Perdana Memasak untuk Suami (Lintang)
19
Bab 19 - Witing Tresno Jalaran Soko Kulino
20
Bab 20 - Tujuh Tahun yang Lalu (Alan-Lintang)
21
Bab 21 - Beruntung vs Sial
22
Bab 22 - Pindah ke Bandung
23
Bab 23 - Teman Baru
24
Bab 24 - Nonton Film
25
Bab 25 - Menghubungi Alan
26
Bab 26 - Pengakuan Lintang
27
Bab 27 - Pentingnya Komunikasi dan Kejujuran
28
Bab 28 - Aksi Mogok Istri Kecil
29
Bab 29 - Usaha Alan Membujuk Lintang
30
Bab 30 - Pergi Kak !!
31
Bab 31 - Seberapa Besar Cintamu Padaku, Lin ?
32
Bab 32 - Malam Mingguan
33
Bab 33 - Alin
34
Bab 34 - Malu-Malu Meong
35
Bab 35 - Sebuah Ciuman
36
Bab 36 - Resepsi Pernikahan (Alan-Lintang)
37
Bab 37 - Pakai Sayap
38
Bab 38 - Enak dan Asyik
39
Bab 39 - Mengurai Kebencian
40
Bab 40 - Masa Lalu (Maya-Reza-Dotok)
41
Bab 41 - Terdesak Kebutuhan dan Gaya Hidup
42
Bab 42 - Gelayut Mendung Keluarga Sutedjo
43
Bab 43 - Cantiknya Istriku
44
Bab 44 - Pelan-Pelan
45
Bab 45 - Agenda Pak Dokter
46
Bab 46 - Permintaan Istri Kecil Pak Dokter
47
Bab 47 - Berbagi Bahagia di Panti Asuhan
48
Bab 48 - Apa Mau Pulang Bareng ?
49
Bab 49 - Di Bawah Rintik Hujan
50
Bab 50 - Kanebo Kering
51
Bab 51 - Gendhis Menemui Alan
52
Bab 52 - Deep Talk
53
Bab 53 - Jauhi Suamiku !!
54
Bab 54 - Penyesalan Gendhis
55
Bab 55 - Ungkapan Hati
56
Bab 56 - GILA KAU, DHIS !!
57
Bab 57 - Lintang Menghilang
58
Bab 58 - Apartemen
59
Bab 59 - Biarkan Aku Peluk Kamu
60
Bab 60 - Pergi Belanja Bersama
61
Bab 61 - Rekaman Suara
62
Bab 62 - Makasih Sayangku
63
Bab 63 - Kedatangan Tamu
64
Bab 64 - Tawaran Poligami

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!