.......
CRACK!
"Aaarghh!.. Tidak! tolong a-ampuni aku!.. Ku mohon.." Jerit seseorang saat satu kukunya berhasil dicopot hingga darah segar mengalir. Nafasnya memburu akan rasa sakit dan perlakuan itu. Tidak, yang lebih menekan penuh cekaman adalah tatapan seseorang yang kini terasa begitu menusuk. Ia berdiri dengan tubuh tingginya yang proporsional, tak ada yang berani membantah akan kekuasaannya.
"Kenapa aku harus mengampuni mu?." Lirihnya dingin begitu menampar.
"Aku masih manusia! jika kau waras kau tak akan memperlakukan kami seperti binatang!.." Sergahnya tak kuasa, tubuh orang itu sudah sangat gemetar ditambah di sekelilingnya ada beberapa orang yang sudah kehilangan nyawanya dengan bau anyir darah yang menyengat. Kini hanya tinggal tersisa 4 orang termasuk dirinya.
Di lapangan khusus itu tepatnya di halaman kastil eksekusi, para pria berpakaian rapi berdiri tanpa ekspresi. Seolah sedang berjaga dan siap menunggu perintah selanjutnya dari sang atasan.
"Apa itu berarti bahwa aku tak waras?..." Timpalnya lagi yang mampu membuat bulu kuduk mereka berdiri. Terlebih kini sebilah pisau yang tajam telah berada dalam genggaman tangan kekarnya yang berbungkus rapat oleh sarung tangan hitam.
"Tidak!.. Jangan.. Kau benar-benar iblis jika melakukannya bajingan!!." Pekiknya yang sudah tak karuan akan ketakutan yang luar biasa. Ketenangan dan sorot matanya mampu membuat suasana di sana semakin mencekam, seolah ini adalah kesenangan yang mampu menghilangkan dahaganya.
"Dengan senang hati aku menerima panggilan itu.."
"Kau... T-tidak!."
BLESS!..
"A-aakh!!.." Mata orang itu mendelik dengan mulut terbuka saat tajamnya pisau kini tertanam pada titik vitalnya. Semakin di dorong semakin dalam dan menyakitkan. "K-khakk!.."
Pria yang dikenal berdarah dingin itu menunduk menatap tajam buruannya yang sedang sekarat. "Ingat satu hal.. Akan lebih bajingan jika aku membiarkan orang sepertimu tetap hidup. Bagaimana rasanya? bukankah kau memperlakukan orang-orang itu seperti ini?.."
Ia tak mampu menjawab, darah segar keluar dari mulutnya. Ia semakin tak berdaya saat pisau itu dicabut dan pendarahan hebat pun tak bisa dihindari.
Pria itu menatap dingin tanpa rasa belas kasih sedikitpun, seolah hal ini sudah biasa ia lakukan.
Seseorang dengan jas hitam menghampiri, ia menyerahkan sesuatu pada sosok yang sangat disegani itu. "Ini, silahkan tuan.." Sebuah senjata api yang mengkilap telah berada dalam genggamannya.
Tanpa ampun lagi ia mengarahkannya pada setiap target yang berbeda.
DOR!!
DOR!!
DOR!!
"Aaakhh!!!."
Peluru berjatuhan telah menembus meninggalkan asap pada ujung senjata api itu, suara kesakitan yang perlahan menghilang terasa begitu pilu namun itu bukan masalah bagi mereka.
Setelah semua selesai, orang-orang bertubuh tinggi itu segera membereskan semua sesuai kode dari atasannya. Dengan rasa hormat, sarung tangan penuh darah itu mereka lepaskan dari sang atasan.
Sementara dari dalam terdengar langkah kaki mendekat, suara heels yang terasa cepat begitu teratur memanjakan telinga.
Klotak..
Klotak..
BRAKH!
"Nicholas!.."
Pintu utama ruangan khusus itu terbuka, semua mata tertuju ke arahnya. Dan tidak ada yang berani membantah saat sosok wanita itu datang. Ya, Agatha Wilston.
Ia menghela nafas berat dan melemparkan tatapan menusuk pada putranya. Di sana tidak ada pemandangan indah, hanya para anak buah yang sedang membereskan mayat-mayat. "Bahkan mama sudah tak mual melihat kelakuan mu ini.. Nick!."
"Sekarang berhentilah dan bersihkan tubuhmu!.. Para kandidat asisten pribadi sudah datang untuk kau seleksi, tidak ada penolakan jika dalam hidupmu tak ada kata menikah." Sergah Agatha yang dibuat jengkel karena beberapa hari yang lalu ia mendapat kabar dari Sam kaki tangan Nick, bahwa asisten pribadi pilihannya telah kabur karena tak tahan dengan Nicholas.
Nick yang mendengar itu melirik Sam, Sam tak bisa membantah karena di satu sisi Nick memang membutuhkan asisten pribadi yang mengurusnya dalam hal lain.
"Aku tak membutuhkan itu, terlebih jika tak memuaskan.." Balasnya tenang namun terkesan dingin.
"Kau butuh!.." Potong Agatha. "Mama mencarikan asisten pribadi bukan untuk memuaskan mu tetapi untuk mengurus mu dalam setiap pekerjaan.. Sam tentu akan berbeda dengan asisten wanita, Nick."
"Mama kali ini tak menerima penolakan, jika menginginkan kepuasan cari saja wanita di luar sana terserah! tetapi kau harus ada yang mengurus." Timpal Agatha lagi yang sudah jengah, ia tak bisa menemani anaknya dalam setiap pekerjaan terlebih Nick memiliki selera masakan yang berbeda dan tentu mencarikan yang cocok tak akan mudah.
Nick yang mendengar itu tak langsung menjawab, membantah Agatha sama saja melemparkan diri pada pernikahan yang tak ia inginkan.
Sorot mata tajam itu melirik Sam, Sam yang paham maksudnya segera menghampiri dan menunjukkan sesuatu melalui ipad-nya. "Ada 10 kandidat yang dirasa cocok untukmu, mereka sudah datang dan ini identitasnya." Jelas Sam menunjukkan. "Silahkan lihat.."
Nick melihatnya satu persatu, hingga sorot mata tajam itu tampak mengunci saat menemukan data dari salah satu kandidat. Entah apa yang ada dalam pikirannya, ia terdiam.. dalam.. Dan menuntut. Seolah hal memuakkan ini telah memberinya warna sekaligus peringatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
Kayaknya kandidat asisten nick itu salah satu adalah helena,Helena sengaja melamar jd asisten agar mudah misinya balas dendam atas kematian suaminya...
Hati2 helena sm nick sangat kejam dan berbahaya skl musuh2 dihabisi tanpa ampuuun...
2025-09-07
1
Vlink Bataragunadi 👑
helena ya?
2025-09-06
0