Seminggu berlalu, Nayla dan kedua orang tuanya berbicara di ruang keluarga. Andreas mengatakan bahwa Dhana memang seorang sopir taksi dan tidak memiliki orang tua lagi.
"Sekarang Papa percaya 'kan? Tidak ada yang ditutup-tutupi Dhana kepada kita," kata Nayla begitu lega.
"Apa dia berniat ingin menguras harta kita?" tanya Yuna menuding.
"Jika memang dia berniat ingin memanfaatkan aku, Dhana tak mungkin memanjakan aku dengan membeli barang-barang mewah," Nayla menjawab tudingan ibunya.
"Sayang, tidak mungkin seorang sopir mampu membeli barang-barang mewah. Apa kamu tidak curiga?" tanya Yuna dengan lembut.
"Memangnya berapa gaji sopir taksi, Ma? Bukankah gajinya sama seperti Pak Irwan?" Nayla balik bertanya dengan lugu.
"Beda, sayang. Bahkan, gajinya lebih rendah dari Pak Irwan," jawab Yuna menjelaskan.
"Tapi, kenapa dia mampu membelikan barang-barang semewah itu?" Nayla juga bingung karena tas, sepatu dan pakaian yang dibelikan khusus buatnya harganya jutaan bahkan puluhan juta.
"Nah itu, kamu harusnya curiga," kata Yuna tersenyum.
"Aku akan bertemu dengannya dan bertanya kepadanya!" janji Nayla.
Selesai makan malam, Nayla mengajak Dhana bertemu meskipun awalnya pria itu menolaknya dengan alasan capek sepulang bekerja.
Mereka janjian ketemu di taman, Nayla lebih dahulu tiba mengendarai mobil sedangkan Dhana sampai 5 menit kemudian. Pria itu datang menggunakan motor.
"Aku mengajakmu bertemu karena aku mau mendapatkan penjelasan dari mana kamu memiliki uang sebanyak itu buat membelanjakan aku?" Nayla segera bertanya tanpa basa-basi.
"Itu semua hasil kerja keras aku selama beberapa tahun ini. Kamu tidak percaya aku mempunyai uang sebanyak itu?" Dhana balik bertanya.
"Aku tidak percaya, apalagi kamu hanya seorang sopir taksi dan menurutku mustahil," jawab Nayla.
"Selama ini aku berhemat, aku sengaja menabung uangku buat membahagiakan wanitaku. Memangnya aku salah membelanjakan kamu?" tanya Dhana lagi.
"Tidak salah juga, 'sih!" jawab Nayla pelan.
"Nay, aku serius denganmu. Bahkan, aku menginginkan pesta pernikahan mewah!" Dhana menatap Nayla dan memegang kedua tangan gadis itu.
"Pesta? Mewah?" Nayla terbata-bata.
"Aku mampu mewujudkan impian pernikahan kamu!" ucap Dhana lagi.
"Aku sama sekali tidak terpikirkan buat menikah dengan pesta yang mewah!" kata Nayla dengan lugu.
"Jadi, kamu tidak mau menikah denganku?" Dhana menatap wajah Nayla dengan sendu.
"Aku mau, tapi...." Nayla berkata terbata-bata.
"Kamu tidak percaya aku mampu mewujudkannya?" Dhana menatap serius.
"Aku percaya, tapi aku tidak mau uangmu habis hanya dalam waktu sehari. Bukankah kamu mengumpulkan uang itu dengan susah payah? Aku tidak mau membuatmu repot!" ujar Nayla menolak keinginan pria dihadapannya.
"Aku bisa bekerja lagi, aku cuma mau membahagiakanmu!" kata Dhana.
"Bagaimana, ya?" Nayla tampak bingung.
"Aku akan bertemu dengan orang tuamu!" kata Dhana.
"Kamu benar-benar yakin mau menikahiku?" tanya Nayla dengan nada terbata-bata.
"Bukankah kamu yang menginginkan pertunangan? Daripada kita bertunangan lebih baik kita menikah!" jawab Dhana tersenyum meyakinkan gadis dihadapannya.
"Benar juga, 'sih. Kita bisa setiap hari bertemu!" ucap Nayla.
"Aku juga ingin melihat senyuman kamu setiap hari!" Dhana mengangkat telapak tangan kanannya dan mengelus lembut wajah Nayla.
"Besok malam datanglah ke rumah orang tuaku, kamu bicarakan ini kepada mereka!" kata Nayla dan Dhana mengangguk mengiyakan.
***
Esok malamnya, Dhana datang seorang diri mengendarai motornya. Dhana duduk berhadapan dengan kedua orang tuanya Nayla. Sementara, Nayla duduk di sebelahnya.
"Kami sudah mendengarkan penjelasan dari Nayla dan kami belum sepenuhnya percaya. Barang-barang yang kamu belikan buat putri kami bukannya harga murah dan terjangkau," kata Andreas membuka percakapan.
"Apalagi kamu juga menawarkan pernikahan mewah kepada Nayla!" sahut Yuna.
"Tuan, Nyonya, tidak perlu khawatir. Berapapun yang kalian minta buat acara pernikahan saya dan Nayla maka saya akan kabulkan!" ucap Dhana penuh yakin.
"Sebenarnya siapa kamu? Apa yang kamu inginkan dari putri kami?" Andreas menatap serius bakal calon menantunya.
"Bukankah saya sudah jelaskan kepada Tuan dan Nyonya? Apa Tuan dan Nyonya telah mencari tahu mengenai saya?" Dhana mengingatkan kembali rencana yang calon mertuanya.
"Kami sudah mencari tahu tentang kamu dan semua informasinya adalah benar. Tapi, dari mana kamu uang buat pesta mewah?" tanya Andreas.
"Saya sudah menjual tanah dan rumah milik orang tua di luar pulau. Saya rasa uang itu cukup buat biaya pernikahan kami!" jawab Dhana kemudian pandangannya sejenak ke arah kekasihnya.
"Lalu di mana kalian tinggal setelah menikah?" tanya Yuna.
"Saya mempunyai rumah meskipun tak sebesar rumah ini!" jawab Dhana mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya.
"Pa, Ma, Dhana adalah orang jujur dan bertanggung jawab. Maka, berikan restu kepada kami!" ucap Nayla memohon.
"Baiklah, jika memang dia mampu memberikan pesta mewah kepadamu. Papa akan merestui kalian!" kata Andreas.
"Mama juga!" sahut Yuna.
Nayla dan Dhana saling pandang serta tersenyum lalu berpegangan tangan. Hubungan mereka akhirnya mendapatkan persetujuan.
"Minggu depan, ajak keluargamu menemui kami. Kita akan membicarakan pernikahan kalian!" ucap Andreas mengakhiri obrolan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments