Whisper Of The Sea
kenangan antara kita di tengah lautan akan selalu hidup lama setelah jejak telapak kaki kita di pasir pantai menghilang..
Seorang pria berlari tergopoh-gopoh dengan mantel yang tertutup rapat ditubuhnya. Dia berjalan di tengah salju yang sudah mencapai lututnya yang panjang. Dia memeluk bungkusan panjang yang tebal, wajahnya terlihat sumringah tatapannya seketika berbinar melihat bungkusan besar itu, hal itu membuatnya senang.
"Carlotta, carlotta Lihat ! lihatlah apa yang kubawa, lihat !" teriaknya dari luar rumah.
"Apa dia mabuk lagi! Pria itu benar-benar tidak mendengarku, harusnya kucuri saja uangnya supaya dia berhenti datang ke kedai rose."
Wanita gemuk berisi dengan celemek menempel di pinggul besarnya, dia membuang kain lap lalu berkacak pinggang didepan pintu memandang pria yang berteriak-teriak itu.
"Apa yang kau teriakkan Rough, kau mabuk lagi? dan apa yang kau bawa di pelukanmu itu?" teriaknya. Pria bernama rough mencoba berlari tetapi sepertinya dia takut jika bungkusan itu nanti akan terjatuh di salju yang dingin.
Akhirnya dia mendekati pria kurus berkumis tebal itu, dan matanya seketika membulat menatap bungkusan tebal. Dia bergerak, pipinya yang merah merona, dengan rambut coklat yang terang dengan bibir kecil berwarna semerah mawar.
"Bayi?? seorang bayi rough? dimana, dimana kau mendapatkannya?" Wanita bernama Carlotta lalu menutup mulutnya rapat-rapat, takut jika tetangganya keluar dari rumah, dia menarik pria bernama rough masuk kedalam rumah.
"Apa kau tahu yang telah kau lakukan rough?? kau membuat masalah kepada kita? kenapa kau mengambil bayi itu?" teriaknya dengan berdesis.
"Sangat cantikkan carlotta? dia seperti peri kecil." Senyum tidak pernah terlepas dari wajah pria paruh baya itu. Pernikahannya sudah menginjak 20 tahun tetapi mereka sama sekali tidak dikaruniai seorang anakpun meskipun rough sangat mendambakan keturunannya sendiri, tapi melihat bayi mungil itu membuatnya rapuh dan tanpa berpikir panjang dia mengambilnya dari tepi laut di malam yang berombak.
Tangan bayi itu menggapai-gapai membuatnya seperti seorang ayah yang ingin segera memeluknya dan menenangkannya di pelukannya.
"Astaga rough, dimana kau menemukannya? kau tidak mencurinya kan?" teriaknya lagi, tapi cepat-cepat menutup mulutnya. lalu melirik ke samping jendelanya, dia takut Mrs. Chessy mendengarnya, dia wanita tua tukang gosip.
"Dia anakku, dia akan menjadi bayiku." matanya yang sayu terus memainkan jarinya yang besar ke jari mungil yang menggenggamnya. "Lihat ! lihat, Charlotte dia memegang jariku."
Wanita bernama Charlotte memukul jidatnya, putus asa menghadapi suaminya. Dia tahu suaminya sangat mendambakan seorang bayi. Dia sangat senang dengan anak kecil.
"Katakan padaku, dimana kau menemukannya rough sebelum masalah membawa kita ke jeruji Sherif Ron." Bentaknya.
Rough mengernyitkan alisnya, "Dia menangis seorang diri di tepi laut, jika aku tidak mengambilnya dengan segera ombak akan menggulung bayi malang ini."
Charlotte mencoba mendekati bayi itu, menatapnya lekat-lekat, bayi dengan warna mata tosca cerah, rambut hitam coklat yang terang, pipi merah merona.
"Siapa yang membuang bayi cantik ini, mereka sungguh dungu." Kata Charlotte yang mulai terpesona dengan bayi mungil di gendongan rough.
"Lihat ! Namanya ada di liontin ini, namanya Laura?"
"Stop ! jangan menyebutnya rough, lihat ! jangan menyebut nama belakangnya, ganti dengan nama lainnya. Lihat ! tertulis di surat kecil ini."
Mereka menatap kertas kecil yang dirobek sembarangan, sepertinya ditulis dengan tergesa-gesa. "Nama depannya Laura, Hm, bagaimana dengan Laura Scarlett? namanya Laura Scarlett Johansson diambil dari namaku rough Johansson." Serunya tertawa senang, Charlotte mau tidak mau dia ikut senang dan tertawa melihat betapa bahagianya suaminya.
~
Wanita itu teriak histeris, memukul-mukul pria dihadapannya dengan tangisan yang bertubi-tubi.
"Kau betul-betul seorang ayah yang kejam, dimana kau membawa anakku, dimana !" Wanita itu terjatuh dan menangis di lantai.
"Aku harus melakukannya, kau boleh membenciku, bencilah aku seumur hidupmu, aku tidak rela kehilanganmu, aku harus melakukannya."
Pria itu keluar dari kamar, dia berhenti di depan jendela, menutup matanya yang berwarna coklat terang, setitik air matanya jatuh di pipinya.
"Maafkan aku."
~
Desa itu begitu terpencil, letaknya disebelah utara Eropa tepatnya negara estonia dengan ibukota tallin.
tetapi desa yang mereka tempati jauh dari kata kota bahkan begitu terpencil dan jarang sekali orang-orang pergi ke desa itu. Mereka hidup tidak jauh dari pantai, meskipun sekarang musim dingin tetapi masyarakat yang tinggal di sana tetap beraktivitas seperti biasanya, mereka bekerja setengah hari saja, karena salju yang menumpuk membuat orang-orang berpikir dua kali untuk melanjutkan pekerjaannya di tengah badai salju.
"Aku tidak tahu kalau kalian memiliki bayi perempuan Charlotte?" kata seorang wanita dengan rambut yang digelung seperti sarang burung, dia mengintip-ngintip melihat bayi yang ada di pelukan Charlotte.
"Dia keponakan kami, orang tuanya telah wafat jadi kami yang merawatnya." Jelas Charlotte lalu memalingkan wajahnya dari wanita penggosip itu.
"Beruntung benar kau Charlotte, akhirnya ada bayi dirumahmu setelah sekian lama rumah kalian sepi tanpa suara anak-anak, meskipun kalian sudah lama menikah." Semburnya.
Charlotte hanya menggeleng jengkel, dia pergi dan masuk kembali ke dalam rumahnya, "Dasar perempuan culas, sebentar lagi pasti seluruh desa tahu tentang Laura." Dia melotot jengkel sambil memandang jendela ingin memantau Chessy yang sedang bergosip lagi.
~
Tanpa terasa Charlotte sudah sangat sayang kepada Laura kecil, dia sudah menganggapnya seperti anak sendiri, kini Laura sudah tumbuh menjadi gadis kecil yang begitu cantik, warna kulitnya yang begitu kontras dengan rough dan Charlotte yang memiliki warna kulit berwarna coklat, sedangkan Laura dengan warna kulit pucat begitu kontras dengan bibir dan pipinya yang merona merah.
"Ayah? kapan kita ke pantai?" tanya Laura yang sedang bermain-main dengan bonekanya.
"Setelah kau selesai menyulam gadis kecilku, dan ibu memastikan sulamanmu yang terbaik." Laura lalu tertunduk dengan wajah cemberut.
"Lihat sulamanku ayah, tidak akan selesai tepat waktu." Katanya sambil menggeleng. Mr.rough tersenyum lalu menggendong Laura di pelukannya, "kalau begitu sulamannya bisa menunggu besok saja, bagaimana kalau kita pergi sekarang?"
Laura lalu bersorak dan memeluk ayahnya erat. "Let's go." Teriaknya gembira, hari itu cuaca sangat cerah, musim panas telah datang membuat segalanya menjadi lebih berwarna, begitupun kehidupan Laura nantinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Noviza Tehuayo
Dan cerita ini ku baca ulang lagi😄😍
2025-01-05
0
Besse Sulfiani
sy baca tahun 2020. balik lagi bacany THN 2024. alurnya menarik. Karakter pembawaan luar negeri. Semoga banyak yang baca nantinya. sukses selalu thorr.
2024-05-21
1
Yani Cuhayanih
Aku suka lannjuut....
2023-05-28
0