Aku bangkit, lalu menyodorkan tangan kepada Putri Asaru. "Kita harus segera pergi dari sini, Putri."
Uluran tanganku disambutnya. "Lalu bagaimana dengan Kord?" tanyanya saat sudah berdiri si sebelahku.
Benar juga. Di mana dia berada sekarang. Jelas kami tidak mungkin mencarinya di tengah hutan belantara, sementara ada bahaya mendekat.
"Tidak usah dipikirkan. Walau seperti itu, dia pintar melarikan diri. Yang penting sekarang, kita harus segera pergi dari sini." Aku berjalan cepat menghampiri Woofy. Menggendongnya dalam dekapan, lalu mengambil Shege yang terkapar lemas di lantai.
Walau pelan, masih kurasakan denyut kehidupan di tubuh mungil berbalut bulu merah tersebut. Membuatku sangat berhati-hati saat menyerahkannya ke tangkupan tangan Putri Asaru. Dia mendekapnya di dada dengan tangan bergetar.
Aku melongok keluar demi menyusuri keadaan sekitar. Dengan hanya dibantu cahaya bulan yang tak lagi penuh. Aman sejauh yang kulihat.
Kami keluar dari pondok singgah pemburu, dan langsung berbelok ke kanan. Mencoba melangkah secepat dan sesenyap mungkin. Dengan aku yang sesekali melirik ke belakang untuk mengecek kondisi. Memastikan kami belum terkejar dari apapun yang akan mendatangkan celaka.
"Akan ke mana kita?" tanyanya. Belum jauh kami melangkah.
"Ke tempat Artapatu." Aku menjawab sekenanya. Demi dapat menenangkan Putri Asaru. Selanjutnya, terserah ke mana kaki ini akan membawa, yang penting bisa segera menjauh dulu dari marabahaya di belakang.
"Berhenti di situ, penjahat!" sergah seseorang yang tiba-tiba saja muncul di belakang kami.
Aku merasa mengenal suara itu. Dan benar saja. Sosok seorang bangsawan berambut pirang berdiri angkuh di sana dengan pedang berpendar ungu teracung. Arson.
"Sam, kemarilah. Aku tahu kau sebenarnya terkena pengaruh jahat petapa tua bangka sialan itu. Sadarlah sobat. Dibalik paras cantiknya, pasti tersimpan sihir jahat!"
Si gendut itu! Jadi dia yang membawa gerombolan bangsawan Arson kemari!
"Lari! larilah, Putri! Biar aku yang menahan mereka di sini." Itu sebenarnya ucapan Sam yang sok jagoan. Padahal, aku sendiri tidak yakin bisa menghadapi dua orang prajurit bersenjata lengkap. Ditambah seorang bangsawan dengan senjata saktinya. Sementara aku, hanya bermodalkan sebilah pisau kecil.
"Tangkap Putri Palsu itu!" Dua prajurit kepercayaan Arson bergerak mengikuti perintah saat itu juga.
Aku mengeluarkan pisau dari dalam tas, hendak menahan mereka. Namun, pedang ungu itu teracung mendekat.
"Jangan berani-berani!" ancam Arson.
Aku terpaku ngeri. Melihat jeri ujung pedang yang berpendar ungu itu tepat berada di hadapan. Entah apa rasanya jika tertusuk.
"Tuan, tolong jangan sakiti temanku. Bukankah kau sudah berjanji?" pinta Kord dengan nada memelas.
"Diam kau gendut! Jangan coba kau membela dia, atau kau juga mau aku anggap sebagai pengkhianat kerajaan!"
"Tapi, Tuan, ingatkah janjimu untuk tidak menyakiti temanku."
"Diam kau!" Arson membentak. Sesaat perhatiannya teralihkan.
Aku lempar pisau di tangan. Sekuat mungkin. Dengan harapan dapat mengenai kepalanya.
Meleset! Pisau itu justru mengenai baju besinya dan terpelanting. Sial!
Karena hal itu, sumbu emosi Arson yang sudah pendek menjadi tersulut. Amarahnya meledak, dan mulai bersiap untuk melancarkan serangan. Ya, mengarah kepadaku. Siapa lagi?
"Wrough!" Woofy menyalak.
Momen sedetik di mana Arson sedang memasang ancang-ancang, kemudian dimanfaatkan Woofy. Dia melompat dari pelukanku untuk berubah menjadi gumpalan bulu perak besar. Langsung menerjang sang bangsawan hingga terjungkal.
Merasa sudah aman. Aku berbalik. Berlari menerjang prajurit yang terperangah melihat Woofy tengah berubah wujud. Memukul wajah pria berewok yang memegangi Putri Asaru, hingga dia terjungkal.
Aku kaget juga bisa memukulnya hingga seperti itu. Sakit sih, tapi setimpal. Kemudian, dengan masih memikirkan kondisi Putri Asaru, Aku berbalik hendak meladeni prajurit yang satunya. Meski belum reda denyut sakit di kepalan tangan.
Aku terperangah. Urung untuk kembali bertindak bak pahlawan, karena saat menoleh, aku melihat prajurit itu sudah tumbang. Mengerang kesakitan memegangi titik lemah di persimpangan dua kakinya. Lebih sadis lagi, putri anggun itu melakukan serangan penghabisan--di wilayah yang sama--hingga akhirnya membuat prajurit itu terkapar pingsan. Aku menelan ludah, dan merasa sedikit bersimpati pada prajurit itu.
"Kaing!" pekik kesakitan Woofy membuatku instan menoleh.
Arson sialan itu! Dia menujah dada Woofy dengan pedang berpendar ungunya. Melompat ke belakang sambil tersenyum puas. Demi menghindari ayunan cakar Woofy. Serangan terakhir menggunakan sisa tenaganya, sebelum tumbang tak sadarkan diri.
Lelaki pirang angkuh itu tertawa terbahak-bahak. Merasa hebat, melecehkan Woofy.
Kemarahanku memuncak. Hendak menerjangnya saat pedang pendar ungu mulai kembali diayunkannya. Didorong akumulasi ledakan emosiku dan Sam.
"Jangan bunuh, Woofy!"
Tidak disangka. Kord yang sedari tadi diam terpaku, menerjang Arson tanpa pikir panjang. Menyentak perhatian orang yang sebelumnya dia junjung setinggi langit. Nekat demi melindungi Woofy.
Kejadian itu berkelebat cepat di mataku. Kord menanduk Arson hingga terpental ke belakang. Sesaat dia berdiri dengan senyum puas menatapku. Sampai dia menunduk dan menemukan tepi perutnya robek tergores pedang si Arson sialan!
"Kord!" Aku berlari memekik melihat tubuh gempalnya terhuyung jatuh tanpa tenaga.
"Sobat!" Aku mengangkat tubuhnya yang terbaring di tanah. "Bertahanlah, kawan. Hei ... bukankah kau ingin kue cake keju besar di toko Madame Fonte? Bangunlah, aku janji akan membelikanmu. Bertahanlah!"
"Sobat, sakit. Luka ... di perutku ... uhuk."
"Tahan, tahan! Aku pasti akan menyelamatkanmu."
Aku panik. Hanya kata-kata itu yang bisa kuucap. Sekedar harap agar Kord bisa bertahan hidup. Entah bagaimana caranya.
"Sialan! Berani sekali pecundang sepertimu menggangguku. Lihat saja, akan aku bunuh kalian berdua!"
Aku terprovokasi ucapan kurang ajar Arson. Kutatap dia dengan mata terpicing. Rasa takut menguap tanpa bekas, dibakar amarah. Tidak peduli walau pedang saktinya yang sangat tajam itu sudah terangkat demi menyasarku.
"Orang yang kau panggil pecundang itu punya nama. Kord! Dan, dia adalah sobatku! Kau menyakitinya, itu berarti kau berurusan denganku, Bangsawan sialan!" Aku merogoh tas dan mengeluarkan pisau batu pemberian Artapatu. Memang tidak sebanding dengan pedang saktinya, tetapi hanya tersisa ini yang bisa kupakai.
Tidak peduli bagaimana caranya. Yang pasti, akan aku tumbangkan dia demi membalas perbuatannya kepada Kord.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
PotatoYubitisfira
Wuuu, jangan terpancing emosi. Tahan Sam. Tahan. Kepala dingin. Plis.
2020-12-17
0
Honey
Hiks. Hajar aja Si Arson.
2020-04-07
2
Nina Karmila
seneng ama gaya macho Sam di sini
2020-03-16
2