Woofy berlari sekuat tenaga. Tidak peduli lukanya, yang masih menganga akibat pertarungan dengan para kadal di tepi jurang. Terus melaju sampai ke gubuk reyot yang berada di tengah hutan. Tempat singgah para pemburu mungkin, kalau mengikuti tebakan Sam.
Woofy langsung berubah menjadi wujud anjing kecil berbulu coklat, usai mengantar kami ke tempat bernaung ini. Dia terhuyung mendekat dengan napas terengah-engah. Aku langsung menyambut dan menggendongnya dalam dekapan.
"Hei, itu Woofy kan!? Benar serigala besar itu adalah Woofy? Sam!? Aku tidak bermimpi kan?" tanya Kord, usai kesadarannya benar-benar pulih.
"Kau mau menggendongnya? Siapa tahu dia akan berubah lagi."
Kord langsung bergidik mundur mendengar tawaranku. Aku yakin dia masih trauma, karena tadi tersadar saat sedang berada dalam gendongan moncong Woofy.
Aku membalikkan badan demi menghampiri gadis yang sekarang kuyakin adalah Putri Asaru. Ragu-ragu menjulurkan tangan demi dapat menepuk pundaknya.
Dia menoleh. Seketika aku terpana menatap wajahnya yang sendu dan berurai air mata. Tetap mendekap si burung merah di dada, dengan tangkupan yang bergetar.
"Ki-kita masuk saja ya dulu," ajakku. Grogi.
Putri Asaru mengangguk. Aku memegangi lengannya untuk membantu berdiri. Bergegas jalan untuk membukakan pintu gubuk. Mempersilahkannya masuk lebih dahulu. Disusul Kord, yang masih saja bergidik saat melintas di depanku.
Ruangan berukuran lima meter persegi, dengan perapian dipenuhi jelaga dan dinding kayu lapuk ini begitu kotor dan lembab. Sesuatu yang bukan diperuntukkan untuk seorang putri kerajaan. Begitu pikirku, sampai di keremangan aku melihat dia duduk begitu saja di lantai. Tidak memedulikan gaun putihnya akan menjadi kotor.
Tipe putri yang merakyat. Seperti putri-putri kerajaan di film dongeng Dusni kesukaan Chiya.
"Guk," gonggong lemah Woofy dalam dekapanku. Dia menggeliat dengan sisa tenaganya. Mungkin minta diturunkan. Aku mengikuti keinginannya dan meletakkan dia di lantai.
Woofy berjalan terseok-seok. Aku tidak tega melihatnya, dan berpikir untuk membantu. Tetapi, baru seujung jari menyentuh bulunya, dia menggonggong lemah seakan mengatakan, "Tidak usah dibantu. Aku bisa sendiri."
Entah aku atau Sam. Seketika hati ini terenyuh. Hampir saja air mata terlepas dari tepian.
Walau mempunyai wujud perkasa berupa serigala perak raksasa, tetapi tetap saja dia hanyalah seekor anjing kecil periang yang lemah. Pasti dia berjuang mati-matian untuk dapat selamat, lalu memanjat tebing yang tinggi demi dapat menemui dan membantuku di kastil.
Sesaat berlalu. Woofy akhirnya sampai di dekat Putri Asaru. Dia menaikkan kaki depannya ke lipatan lengan si gadis yang masih menangkup Shege si burung merah. Anjing kecil itu menggonggong pelan. Memanggil.
Putri Asaru menoleh, lalu menurunkan tangannya yang tertangkup sampai di hadapan Woofy. Anjing kecil berbulu coklat itu menjilati pelan luka si burung. Terlihat kalau keduanya bersahabat. Seperti sudah mengenal lama. Padahal dulu, sejauh yang aku tahu, di awal pertemuan keduanya sempat saling berselisih. Ada pikiran, mungkin kedua hewan kecil itu terhubung oleh si petapa sakti Artapatu.
Aku hampir saja menjerit melihat Woofy mencaplok Shege yang terkulai lemah. Tetapi, urung melihat sikap Putri Asaru yang tenang, malah seusapan dia mengulas tubuh kecil Woofy. Suaraku tertahan di tenggorokkan.
"Hei, apakah anjing itu memakan si burung?" tanya Kord, yang sudah sedari tadi menghindari berada di dekat Woofy.
"Tenang saja. Woofy tidak akan berselera kepada daging burung yang sedikit. Dia lebih memilih mangsa yang gemuk dan banyak lemak. Seperti dirimu," godaku. Sukses membuat Kord membelalak dengan mulut menganga.
"Hei, yang benar saja. Kau serius? Ta-tapi dulu Woofy tidak serakus itu kan?"
"Entahlah kalau sekarang." Aku bergeser pergi sambil menahan tawa. Melihat sekilas wajah ketakutan Kord.
Aku diam berdiri, tak jauh dari tempat Putri Asaru berada. Sama-sama memandangi Woofy yang tertidur menggelung tubuh. Demi dapat menyelimuti Shege dengan kehangatan bulunya.
Lumayan lama aku berdiam diri sambil tersenyum. Karena, jujur saja aku beranjak tadi hanya demi dapat menjauhi Kord. Menghindarinya bertanya lebih jauh. Berharap bisa segera beristirahat dengan tenang, memulihkan diri yang sudah lelah fisik dan mental.
"Sam, kemarilah!" Aku menolah menanggapi panggilan lembut si gadis berlesung pipi tersebut. Ada perasaan senang karena dia mengingat namaku, walau hanya sekali terucap dalam suasana yang kusut.
Aku mendekat bagai terhipnotis oleh senyum manisnya. Duduk bersebelahan, lalu membeku terpaku. Tidak tahu harus berbuat atau berkata apa. Hei, baru kali ini aku--juga Sam--berada di situasi seperti ini. Berdekatan dengan seorang putri kerajaan yang cantik. Tanpa menyertakan pengalamanku saat terpaksa menemani Chiya bermain sebagai putri kerajaan. Dan, itu menyebalkan!
"Terima kasih, Sam," ujarnya. Sedikit mengagetkanku.
Aku menoleh, dan kembali menemukan paras cantik berhias senyum, yang seketika membuat pikiran ini kosong melompong.
"Eh, ya ... sebenarnya aku dan Kord. Iya, dia temanku sejak kecil. Anda tahu kan, Yang Mulia. Itu dia si gendut di sana itu. Dan, eh ... maaf."
Dia tertawa melihat kegugupanku. Begitu renyah, hingga membuat kecantikannya bertambah puluhan, bahkan mungkin ratusan kali lipat.
"Jadi temanmu itu bernama Kord? Dia lucu. Kord, kemarilah bergabung bersama kami," ajak Putri Asaru. Melambaikan tangan.
Dari ujung ruangan, Kord yang sedari tadi mendekam ketakutan, mendongakkan kepala. Menanggapi panggilan Putri Asaru. Sesaat dia terdiam mencerna ajakan yang ditawarkan. "Oh, aku. Ti-tidak usah. Biar ... biar aku di sini saja. Ya, begitu," jawab Kord. Sama gugupnya denganku.
"Tidak udah dipaksakan, Putri. Dia masih trauma karena kejadian tadi." Aku menyela ucapan Putri Asaru yang belum diucapkan. Tahu dia hendak mengulang ajakannya.
Kord berdiri, lalu celingukan mencari sesuatu sampai matanya berhenti di pintu pondok. Dia kemudian menoleh ke arahku dan menarik napas panjang sebelum berbicara. "Sam ... Pu-putri Asaru. Aku mohon ijin keluar. Anu ... yah, mencari udara segar, juga kayu bakar, dan ... dan mungkin juga makanan kalau ada di hutan. Permisi."
Aku menahan dorongan untuk tertawa melihat tingkah Kord. Dia terlihat konyol dengan sok bertingkah formal seperti itu. Lebih lucu dengan ditambah cara berjalannya yang seperti robot, saat keluar pondok.
Semua berjalan biasa. Natural. Setidaknya sampai aku sadar telah ditinggal berdua dengan Putri Asaru. Lepas dari keberadaan Woofy dan Shege di pojok sana. Tetap saja hal itu merembeskan suasana canggung ke sekeliling pondok ini.
Untung, sebelum hal itu berlangsung lama, aku mendengar kikik renyah. Putri Asaru tertawa. Mungkin dia sudah tidak tahan melihat konyolnya tingkah Kord, yang belum lama berlalu. Meluruhkan atmosfir canggung di sekelilingku.
"Aku juga dulu ketakutan seperti dia, saat dulu ibuku memberitahu rahasia Shege." Putri Asaru tersenyum getir dengan mata berkaca-kaca. Tak berkedip menerawang burung merah di balik lipatan tubuh Woofy.
Dari ingatan Sam yang tiba-tiba saja muncul. Aku mengetahui kalau ratu meninggal sewaktu Putri Asaru berusia 6 tahun. Sama seperti usia Sam pada waktu itu. Kematian seorang ratu yang sangat dicintai rakyatnya, namun meninggalkan banyak pertanyaan di kalangan masyarakat umum, karena kematiannya terjadi terlalu tiba-tiba.
Seingatku--Sam sebenarnya. Ada yang bilang kalau ratu mati dibunuh. Lain waktu, aku mendengar kalau ada orang jahat yang meracuninya. Paling heboh dari isu yang beredar adalah cerita soal guna-guna. Kutukan penyihir jahat kepada ratu atas dasar kedengkiannya.
Jawaban sebenarnya terus menjadi misteri hingga hari ini. Walaupun, mayoritas orang lebih percaya dengan teori terakhir. Hal itu disebabkan pernikahan raja dengan seorang wanita misterius yang mengaku bangsawan dari kerajaan seberang. Hanya berselang beberapa bulan dari kematian ibu Putri Asaru.
"Apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Di luar sana ada bahaya yang menunggu, sementara Shege dan Woofy terkapar penuh luka."
Aku memicingkan mata. Meski beberapa kali aku menyebut nama Woofy, tapi yang aku rasa Putri Asaru mengucapkan namanya begitu akrab. Seakan sudah kenal sebelumnya.
"Yah, entahlah. Aku pikir kita bisa pergi ke goa Pak Tua Artapatu. Oh ya, soal ...."
"Hei, kau tahu tempat tinggal Tuan Artapatu?" pangkas Putri Asaru.
"Eh, ya. Aku tahu. Kau kenal dia?"
"Ya. Pertama kali aku bertemu dengannya adalah saat sebelum pernikahan Ayah dengan Ratu Tirama. Sering beliau mendatangiku untuk memberikan peringatan, atau sekadar menghiburku. Terakhir kali aku bertemu dengannya adalah saat beliau menyuruhku menjalankan rencana ini. Pergi ke kastil tua peninggalan Ibu dengan dibantu Shege." Dia begitu bersemangat saat menceritakan soal kisahnya dengan Artapatu.
"Lalu Woofy? Bagaimana kau mengenalnya? A-apakah ... Artapatu?" tanyaku.
"Ya. Beberapa hari setelah kerusuhan di parade, Tuan Artapatu datang sambil menggendong Woofy. Dia memperkenalkannya sebagai anjing kecil yang telah memulai keributan saat parade."
"Eh? Artapatu mengatakan ... seperti itu?" Tua bangka sialan! Apa maksudnya? Kenapa kau malah mengatakan seperti itu? Hei, kenapa tidak bilang kalau Shege lah yang memicu rentetan kejadian itu karena mengusili Woofy.
Putri Asaru memicingkan matanya. Menatapku tajam. Mungkinkah dia marah?
"Jawab jujur! Apakah kamu pemilik Woofy?" intrograsi sang putri dengan intonasi tegas.
Mati aku!
"Ya, eng ... tapi tidak. Serius." Secara tidak sadar, aku angkat sebelah tangan. Demi menutupi bekas luka di kening.
Putri Asaru menatapku dengan mata terpicing. Sigap dia menahan gerakan tanganku. Mengarahkan penglihatannya ke kening yang belum sempat terhalangi. Ke tempat bekas luka yang aku dapat saat menangkap tubuhnya.
Alasan apa lagi yang harus aku beri kalau begitu!? Apa aku bilang saja kalau luka itu aku dapat dari berkelahi? Yah! Itu bisa jadi alasan yang masuk akal. Semoga dia percaya.
"Bekas luka itu ...."
"Yah, itu ... aku dapatkan ...."
Aku bungkam tak sanggup melanjutkan kata-kata. Bagaimana mungkin juga kulakukan, karena tiba-tiba saja Putri Asaru memelukku. Jelas aku terkejut dan terheran-heran. Alih-alih memberikan tamparan sebagai balasan atas kecerobohan mengawasi Woofy, kenapa dia justru melakukan hal ini?
"Terima kasih, terima kasih," ucapnya berulang kali sambil terus memelukku erat.
Ok, sekarang aku bingung. Sejak kapan orang yang dibuat hampir celaka malah berterima kasih? Yah, walaupun aku menyelamatkannya, tetapi hal itu tidak lebih dari penebus kesalahan.
"Eh, kan, tapi aku ... Woofy yang menyebabkan kekacauan di parade. Yah ... walaupun burung merah, yang mungkin saja Shege menjadi pemicunya."
"Bodoh," ucapnya sambari melepas pelukan. Dia tersenyum menatapku untuk kemudian menerawang dengan mata hijaunya yang cemerlang. "Malam hari sebelum parade, Tuan Artapatu mendatangiku. Beliau memberitahu kalau ada yang hendak mencelakaiku saat pesta, sesudah parade di istana berlangsung."
"Beliau mengatakan akan membuat rencana untuk menyelamatkanku. Lalu, seperti yang kau tahu. Atas perintah beliau, Shege membuat keonaran yang melibatkan Woofy dan kau."
Aku ber-oh pelan, karena mulai melihat titik terang.
"Aku yang terlempar dari dalam kereta kencana sebenarnya diluar rencana. Tetapi, untungnya kau menyelamatkanku. Mendahului Tuan Artapatu dari mengeluarkan kesaktiannya." Putri Asaru terkikik lagi. Mungkin dia menganggapnya lucu. "Yah, karena peristiwa itu, pesta batal dilaksanakan dan aku lolos dari rencana pembunuhan itu."
Aku tersenyum lega mendengar penjelasannya. Beberapa ganjalan di hati sudah terlepas. Justru kini ada kebanggan yang mekar, karena mau bagaimanapun, aku adalah penyelamat sang putri.
"Ggrr!"
Aku urung berkata menanggapi cerita Putri Asaru. Sadar kalau geraman Woofy adalah tanda akan adanya bahaya yang datang mendekat. Sampai-sampai anjing kecil itu memaksa untuk berdiri walau tubuhnya masih lemah.
Harus sampai kapan semua ini berlangsung? Seperti tidak ada lelahnya marabahaya mengincarku di dunia sialan ini! Ya Tuhan. Tolonglah, beri aku waktu sebentar saja bernapas lega.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Susanti Mudiyono
owh jadi si peri hutan yg dimaksud oleh bangsawan itu tuh si ratu ya, dan dia utusannya?hehehe
2020-04-09
0
Honey
Seruuuuu
2020-04-07
3
Nurwahidah Bi
Hmm Woofy😢😥
2020-03-31
1