Sungguh aku tidak bisa mengerti apa yang ada di pikiran kakek tua sakti itu. Pedang mengkilap seperti milik raja Arthur, atau sekadar anak panah pamungkas yang telah diisi kesaktiannya, mungkin masih masuk akal untuk mengalahkan naga. Monster yang memiliki kemampuan menyemburkan api sejauh 7 meter, dengan kulit sekeras berlian.
Tetapi apa yang dia berikan?
Hanya sebuah pisau batu dengan gagang dari kayu yang dililit kain kumal. Persis seperti perkakas manusia goa zaman batu.
Sekali aku iseng mencoba menghantamkan pisau batu itu ke pohon besar. Apa yang terjadi? Pohon tetap bergeming dengan sedikit gompel, dan pisau batu sukses membuat tanganku sakit. Tidak seperti ekspektasi awalku, di mana pohon besar itu terbelah, atau pisau batu ini tiba-tiba saja berubah seperti pedang sinar di film Gelut Bintang.
Lalu apa gunanya? Aku sanksi senjata ini mampu menembus kulit keras si naga. Malah bisa jadi akan hancur duluan saat mencoba menusuknya.
Satu yang patut disyukuri adalah, ikutnya Woofy dalam perjalananku sekarang. Anjing kecil imut yang bisa berubah jadi serigala perak raksasa. Membuatku tidak terlalu mempermasalahkan soal senjata aneh yang diberikan Artapatu. Selain memang karena aku juga tidak mau berdebat dengannya.
Selain bekal makanan, sebelum kami pergi, Artapatu kembali memberikan arahan untuk jalan yang harus diambil. Keluar dari goa, ikuti sungai ke Utara, lalu menaiki gunung sampai ke puncaknya, lewati hutan untuk sampai di jembatan gantung yang menghubungkan ke daerah Rangdal, tempat kastil naga berada.
Awalnya memang membingungkan, karena seingatku, tempat yang dia deskripsikan sangat jauh berbeda dari daerah sekitar Lembah Sunyi. Semua terjawab begitu kami keluar dari goa terjal, yang sekaligus menjadi sarang Woofy.
Kami berada di tanah antah berantah. Di padang rumput tempat berdirinya sebuah gunung batu.
Tidak jauh di depan kami, sebuah sungai berair jernih mengalir. Seperti yang telah diberitahukan Artapatu, aku bersama Woofy berjalan menyusuri tepiannya. Baru aku tahu, dalam mode imutnya, anjing itu begitu semangat dan periang. Ada-ada saja ulahnya sepanjang perjalanan.
Sengaja menceburkan diri ke sungai, Berenang mengejar ikan, sampai dengan sengaja mengibaskan badannya hingga sisa air mencipratiku. Belum lagi saat dia mengejar capung saat kami mulai menaiki gunung. Membuat perjalanan sedikit terhambat karena tingkahnya.
Sangat berbeda dari sifatnya saat ada di mode serigala perak.
Walau begitu, perjalanan panjang ini tidak terasa begitu melelahkan. Ada saja tingkahnya yang membuatku tertawa. Sampai di tengah sore hari, kami berhasil sampai di puncak gunung. Kelelahan, tapi tidak terasa berat.
Setelah membuat api unggun dan memakan bekal yang diberi Artapatu, kami beristirahat meregangkan badan. Di bawah rimbunnya pepohonan, sambil mengelus Woofy yang sudah terlebih dahulu terlelap, aku menatap bintang sambil memikirkan lagi perkataan pria tua itu.
"Ini baru awal perjalananmu. Masih panjang jalan berisi rintangan berat di hadapan. Di depan sana, akan kau temui monster dan musuh yang tidak segan-segan untuk membunuhmu. Tetap bertahan, dan yakinlah ada harapan saat kau berjuang."
Ucapan itu seakan menyiratkan kalau perjalananku masih panjang. Bukan sekadar membunuh naga yang menculik Putri Asaru. Apa mungkin aku masih harus hidup di dunia ini sampai akhir?
Lalu, kenapa harus Sam yang dipilih? Sebuah pertanyaan yang hanya dijawab dengan senyum olehnya, sebelum menghilang dari pandangan mata.
Kebiasaan!
Harus berapa lama lagi aku di sini? Terjebak di dunia cerita dalam buku, dan tubuh orang lain, tanpa ada kepastian untuk keluar. Sudah berhari-hari kulalui di dunia ini. Mama dan Ayah pasti sudah khawatir sekarang karena kehilangan diriku. Aku rindu mereka.
Walau begitu, apa pilihan yang aku miliki? Hanya bisa terus berjalan mengikuti cerita. Kalau pun harus terjebak di sini, setidaknya aku tidak harus menjadi petani miskin yang tinggal di samping pasar ikan berbau amis. Mendapat hadiah besar setelah menyelesaikan misi, bagus kalau bisa menikah dengan Putri Asaru. Menjadi raja, dan hidup enak hingga selesai cerita di buku ini.
Tetap saja sih rindu. Rasa yang terus aku bawa hingga mengantuk dan tertidur. Di alam terbuka, dalam balutan selimut, dengan ditemani si kecil Woofy yang sudah mulai mendengkur dalam tidurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
BEE (@tulisan_bee)
Mengejar capung wkwkkw
2020-05-15
0
alea
ceritanya bagus thor
2020-04-01
1
Honey
kenapa Woofy bukan kucing ish.
2020-03-11
1