Dulu aku mempunyai seekor anjhing kecil bernama Woofy. Aku temukan di pasar dengan tubuh yang kotor dan penuh luka. Hanya sendiri tanpa induk melindungi. Sebatang kara.
Ayah mengizinkan aku memeliharanya, setelah aku merengek seharian. Dibantu ibu yang berpendapat kalau anjhing kecil berbulu coklat itu bisa digunakan untuk menjaga lahan pertanian kami saat sudah dewasa.
Aku senang bukan kepalang saat ayah memberikan izin, walau setengah hati. Begitupun Woofy yang tidak berhenti menggerakkan ekornya karena kesenangan.
Selayaknya bocah umur tujuh tahun, hampir setiap hari aku bermain bersamanya. Terkadang Kord ikut, meskipun dia tidak begitu suka dengan anjhing. Aku bahagia karena kebersamaan kami.
Setidaknya sampai di waktu itu. Saat festival kerajaan dihelat untuk merayakan berdirinya kerajaan Capitor, yang diadakan setiap tahun.
Perayaan diadakan meriah dengan arak-arakan kerajaan sebagai pembukanya. Aku pun tidak mau ketinggalan untuk menyaksikan perayaan itu. Apa lagi Kord mengatakan kalau ada pembagian permen madu saat acara berlangsung. Yang akhirnya aku tahu hanya kebohongan si sialan itu.
Aku membawa Woofy dalam gendongan ke sana. Menerobos lautan manusia yang mengular sepanjang jalan utama kerajaan. Bersorak-sorak saat para penghibur melakukan atraksi sambil jalan di lajur depan, yang dibayangi oleh kawalan prajurit berbaju besi.
Setengah jalan, sosok para penghibur dengan riasan badutnya sudah menghilang. Berganti sepenuhnya dengan prajurit berkuda yang membawa tombak besar sebagai senjata.
Bukan tanpa alasan pengawalan itu bertambah ketat. Karena, di belakang mereka ada kereta kencana berhias sulur bunga indah yang ditarik oleh sepasang kuda putih. Kendaraan putri kerajaan Capitor bernama Asaru, yang kalau kata Kord, putri itu secantik kue tart keju di toko Madam Fonte. Entah bagaimana cara dia membandingkannya.
Aku berdebar menunggu lewatnya kereta kencana tersebut. Bukan karena dorongan sebagai seorang cowok, karena jelas waktu itu aku belum masuk masa pubertas. Semata-mata hanya karena taruhan konyol untuk membuktikan perkataan Kord yang menurutku kelewat ngaco.
Mataku fokus memerhatikan kereta kencana itu mendekat. Sehingga tidak menyadari akan kehadiran seekor burung kecil berbulu merah, yang entah karena dorongan apa, mulai mematuki Woofy dalam pelukanku.
Keusilan burung tersebut menyebabkan Woofy kesal, sehingga dia melompat lepas dari gendongan. Demi mengejar burung merah tersebut, dia menerobos di sela-sela kaki penduduk dan mulai menimbulkan keributan. Tidak ketinggalan, aku pun turut mengejar Woofy dengan panik.
Puncak kejar-kejaran terjadi saat kereta kencana tersebut berada tepat di dekat kami. Si burung kecil itu meluncur kencang di hadapan sepasang kuda penarik kereta Sang Putri. Menyebabkan keduanya melonjak kaget.
Semua menjadi lebih runyam, karena Woofy melompat, demi berusaha menerjang si burung berbulu merah. Bukan mangsa incaran yang didapatnya, Woofy justru menerkam tubuh si kuda putih. Membuatnya melonjak-lonjak lebih liar karena kesakitan.
Arak-arakan menjadi buyar tidak karuan. Para penonton berhamburan melarikan diri dari amukan si kuda yang menular ke kuda lainnya. Aku yang berada di tengah lautan manusia itu terkatung-katung dan hampir saja celaka karenanya. Untung aku berhasil menerobos sampai ke tengah jalan.
Yah, bukan sepenuhnya keberuntungan sih. Karena, tanpa disadari, aku berada di tengah pusat kekacauan. Dengan pikiran polos mencari Woofy yang mungkin masih coba mengejar si burung merah.
Kereta kencana milik Sang Putri terlepas kaitnya dari sepasang kuda penarik. Terpelanting keras melewati depan batang hidungku.
Brak!
Kereta kencana itu menabrak dinding rumah. Pintunya menjeblak terbuka karena momentum hantaman yang dihasilkan. Selanjutnya, sekelebat sosok bergaun putih terlempar keluar.
Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari menyambutnya. Merentangkan tangan dan memasang kuda-kuda demi dapat menangkap sosok yang akan mendarat keras di tanah berlapis bebatuan.
Bruk!
Aku jatuh terjerembab demi menangkapnya. Tubuhku menjerit kesakitan, ditambah lagi wajahku telak menghantam jalanan batu. Dari sinilah asal luka di dahi dan hidung yang patah. Namun, usahaku berhasil. Tubuh berbalut gaun sutra itu dapat mendarat mulus dalam dekapanku.
Kord kalah telak! Jangankan seloyang kue tart keju di toko Madam Fonte. Bahkan jika kue terbaik yang ada di seluruh kerajaan disatukan, belum mampu untuk menandingi kecantikan Putri Asaru.
"A-a ... k-ka-kau .... To-tolong ...." Sekilas kami bersitatap.
Ucapannya terhenti tanpa pernah aku tahu apa kelanjutannya, disebabkan gonggongan Woofy yang kembali sambil menggoyangkan ekor, dengan mulut yang tersangkut beberapa helai bulu merah. Mungkin dia berhasil menerkam si burung kecil.
Sambil menggendong Woffy dalam dekapan erat, aku beranjak secepat mungkin. Kepala sengaja aku tundukkan sambil menutup hidung dengan sebelah tangan. Demi menahan pusing dan mimisan, juga berharap wajah ini tidak dikenalinya. Saat itu aku berpikir, mungkin putri tahu kalau akulah yang membuat serentetan kejadian berujung petaka tersebut. Bisa jadi dia hendak berteriak minta tolong agar pengawal kerajaan menangkapku. Jika itu sampai terjadi, maka itu berarti hukuman mati bagi aku sekeluarga.
Aku kena damprat dan tampar oleh ayah. Dimarahi habis-habisan dari siang hingga menjelang malam. Beliau yang juga menyaksikan parade itu, ternyata juga melihat bagaimana ulah Woofy yang menjadi awal peristiwa kerusuhan.
Takut keluarga terkena bala. Malam itu pula ayah membuang Woofy entah ke mana. Aku tidak bisa menolaknya, karena sadar nyawa keluarga kami sebagai taruhan.
Langkah yang tepat telah diambil ayah, karena esok harinya, prajurit kerajaan mendatangi rumah setiap penduduk desa demi mencari bocah si pemilik anjhing coklat. Dan, kami lolos dari hukuman mati yang mungkin akan dikenakan karena ulah Woofy. Walau, terkadang aku masih merasa kalau terkadang anjhing kecil itu mengunjungiku.
***
Begitulah kira-kira mimpi yang kudapati semalam. Tidak murni mimpiku sebenarnya, karena itu berasal dari kenangan Sam. Tokoh yang saat ini aku perankan di dunia antah berantah dalam buku kutukan kiriman sepupuku.
Sedikit banyak aku sudah bisa memahami alur cerita si Sam. Tentang kisahnya dengan Putri Asaru, dan takdirnya untuk menjadi kesatria penyelamat. Begitulah setidaknya. Macam cerita murahan di game atau film tak laku. Ceritanya terlalu dipaksakan.
Oh ya, aku berharap plot cerita di buku ini bisa seperti di game. Karena dengan begitu, jalan manapun yang aku ambil, nantinya akan sampai pada penyelamatan si putri.
Walau begitu, aku tidak menyesal menolak ajakan Kord untuk ikut bersama rombongan bangsawan Arson. Keputusan itu murni aku pilih karena memang keinginanku. Di saat masih gamang dengan pilihan yang akan aku ambil, aku melihat sendiri bagaimana sombong dan tengilnya sifat bangsawan itu. Persis seperti tingkah orang kaya baru.
Bagi Kord mungkin tidak masalah, tetapi tidak denganku. Sifat seperti yang dimiliki Yugo, kakak kelas di sekolah, yang paling tidak aku sukai.
Jadilah aku sekarang berpetualang sendiri menuju tempat yang diberitahukan Artapatu. Menuju lembah sunyi yang berada di Barat kota Tres. Berlawanan arah dari mayoritas para pengikut sayembara yang mengambil jalur selatan, untuk sampai di desa Fugal.
Jujur, walau sebenarnya masih terganjal keraguan atas arahan si pengemis sakti Artapatu, tetapi kalau mengikuti alur cerita game, maka jalan inilah yang paling baik untuk diambil.
Sore hari usai membuat api unggun. Aku beristirahat di bawah pohon besar, sambil menghabiskan bekal pemberian pemilik penginapan. Katanya sih sebagai bonus karena telah membantu mereka melayani tamu yang membeludak, walau upah yang diberikan hanya tiga kep. Potong biaya menginap dan makan.
Dari kejauhan aku melihat bukit hijau yang memancarkan aura angker. Bukit Lojom, gerbang menuju Lembah Sunyi. Tempat angker dengan monster pemakan manusia sebagai penghuninya. Begitulah yang aku dengar.
Gentar memang. Tetapi, kalau di sana tersimpan senjata penakluk naga, demi menyelesaikan cerita ini, maka tidak ada pilihan lain selain memasukinya.
Semoga benar senjata yang dimaksud adalah dua senjata legendaris seperti yang dikira Kord. Aku juga berharap besar besok, semua bisa berjalan lancar, tanpa harus aku menjadi cemilan monster yang ada di sana.
Semoga saja. Harapku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
PotatoYubitisfira
Woofy, dia kasihan:(
2020-11-23
0
BEE (@tulisan_bee)
Ya ampun ciyan bets Woofy 🙄
2020-05-15
0
Fujoshii
ngantuk bakal bablas bobok nih😴😪
saking menikmatinya kayak di dongengin
2020-04-27
3