Pelukan Terakhir

Sudah 4 tahun sejak Rani pergi.

Waktu tak pernah berjalan cepat di panti itu. Detik-detik rasanya seperti pasir dalam jam rusak lambat, kasar, dan menyakitkan. Ayla tumbuh, tapi tidak berkembang. Usianya bertambah, tapi hatinya tetap terpaku di hari Rani meninggalkannya.

Setiap malam, Ayla menatap langit dari jendela kamar, berharap suatu saat Rani kembali. Tapi harapan seperti itu, jika terlalu lama dipeluk, akan berubah jadi luka baru.

Dan luka Ayla sudah terlalu penuh untuk ditampung.

Hingga hari itu datang,hari yang Ayla sangat tunggu-tunggu datang juga.

Pagi mendung saat pintu panti diketuk. Suara tumit sepatu perempuan berdetak pelan di lantai kayu tua. Anak-anak berkumpul di aula dengan penasaran. Dan di antara kerumunan, Ayla melihat sosok yang membuatnya berhenti bernapas sejenak.

Rani.

Bukan Rani yang dulu. Bukan gadis kecil dengan rambut dikepang dan senyum hangat. Tapi gadis remaja yang cantik, rapi, dan asing. Rambutnya kini panjang dan diluruskan. Bajunya mahal,matanya lebih tajam. Tapi senyumnya, ya senyumnya masih sama.

Ayla berdiri terpaku.

Rani mendekat. Dan dalam sekejap, mereka berdua saling berpelukan erat dan lama. Lebih lama dari yang bisa dijelaskan oleh waktu.

“Aku kangen kamu, Ayla.” bisik Rani, suaranya gemetar.

“Aku...aku juga kangen kamu. Kenapa kamu baru datang setelah sekian lama?” jawab Ayla lirih dan terbata-bata.

"Maafkan aku,setelah aku dari panti tempo hari,aku langsung diajak oleh orang tuaku ke Luar negeri dan baru pulang beberapa hari yang lalu." Kata Rani yang memegang tangan Ayla

"Kamu sekarang berubah ya semakin cantik,aku sampai tidak mengenalimu lagi. Bagaimana orang tua angkat mu baik?"

"Dia sangat baik,dan juga sangat menyayangiku."

"Andai saja aku bisa sepertimu." Kata Ayla menunduk

Rani memeluk Ayla dan Ayla menangis di bahunya, menangis seperti anak kecil. Tapi jauh di dalam dirinya, ada rasa getir. Karena di balik pelukan itu, ia tahu: dunia mereka sudah tak sama lagi.

Kunjungan Rani hanya berlangsung dua jam. Ia datang bersama orang tua angkatnya, sebagai bagian dari program “kembali ke akar”. Rani menyapa anak-anak, berbincang dengan pengurus, dan membawakan bingkisan. Tapi ia tak bisa tinggal lebih lama.

Di pojok halaman belakang panti, mereka duduk berdua untuk terakhir kalinya.

“Kamu kelihatan lebih kurus,” kata Rani sambil mengelus lengan Ayla.

“Ya kamu tahu sendiri lah bagaimana kehidupanku disini.” jawab Ayla pelan.

"Yang sabar dan ingat selalu pesanku."

"Iya aku akan selalu ingat kok."

"Nah begitu dong."Rani tertawa kecil. Tapi Ayla tahu tawa itu kosong. Mereka berdua tahu, jurang antara mereka terlalu dalam. Dan meski Rani ingin menolong, ada dinding tak kasat mata yang tak bisa ia lewati.

“Kamu masih nulis?” tanya Rani.

“Masih. Setiap hari.”

“Aku ingin baca suatu saat dan kamu harus terus melanjutkannya.”

“Kalau aku masih hidup." Jawab Ayla. Dan itu bukan lelucon.

Rani memegang tangan Ayla. “Aku bakal balik lagi. Aku janji. Tapi untuk sekarang, kamu harus kuat.”

“Aku udah terlalu kuat, Ran,” gumam Ayla.

 “Sampai-sampai aku nggak tahu gimana caranya jadi lemah.”

Mereka berpelukan dan Ayla menangis sejadi-jadinya.

Hari itu, ketika mobil Rani melaju menjauh, Ayla berdiri di pagar panti hatinya terasa hampa. Karena ia baru menyadari, dunia luar dan dirinya adalah dua garis yang tak pernah akan bertemu.

Dan malam itu menjadi malam terburuk dalam hidupnya.

Bayu anak panti tertua yang selalu membully Ayla mabuk lem. Pengurus panti sedang pergi. Tak ada yang mengawasi. Malam itu Bayu masuk ke kamar Ayla diam-diam. Mengunci pintu dari dalam. Tangannya kasar, nafasnya bau dan matanya kosong.

Bayu ingin melecehkan Ayla. Tapi Ayla melawan,ia menendang Bayu tapi Bayu berhasil mengejarnya. Ia menjerit tapi suaranya tak terdengar siapa-siapa.

Bayu tidak berhasil melakukan apa yang ia niatkan Ayla menggigit tangan dan melarikan diri tapi luka yang tertinggal bukan pada tubuh. Luka itu ada di dalam. Dan tak bisa sembuh.

Pagi harinya, Ayla mengadu. Tapi seperti biasa, tidak ada yang percaya.

 “Bayu itu anak baik.”

“Kamu terlalu drama.”

“Kamu selalu cari-cari perhatian.”

"Kamu jangan sembarang mengadu."

“Mungkin kamu salah lihat.”

Kalimat terakhir itu menghancurkannya.

“Mungkin kamu yang salah.”

Ayla tertawa. Tawanya gila,sinis dan penuh amarah.

“Aku salah karena aku hidup, ya?” katanya keras di hadapan pengurus.

“Aku salah karena aku nggak mati aja waktu bayi ditaruh di kardus itu, ya?”

"Kenapa kalian selalu memperlakukanku seperti ini,aku salah apa sama kalian. Jika boleh memilih aku juga tidak mau hidup begini." Ada raut wajah kecewa tergores di wajah Ayla.

Suara Ayla menggelegar di aula panti. Semua anak terdiam. Tapi pengurus hanya memukul mejanya, dan berkata

“Cukup! Pergi ke kamar. Kamu butuh berdoa dan pikirkan apa yang telah kamu lakukan malam ini. Ingat Ayla jangan selalu membuat onar."

"Aku tidak akan begini tanpa sebab Bu,tapi kenapa kalian sama sekali tidak bisa melihat itu,kalian tidak pernah melihat kesakitanku sedikit saja.

"Ayla kamu sudah keterlaluan,cepat masuk kamar!" Teriak ibu panti dan dengan cepat Santi menggandeng Ayla masuk kamar.

Malamnya, Ayla duduk di tempat tidurnya. Di tangannya, buku tulis yang sudah lusuh. Halamannya penuh coretan puisi, cerita pendek, dan surat untuk Rani yang tak pernah dikirim.

Ia menulis satu kalimat terakhir:

“Kalau dunia ini tak punya tempat untukku, maka aku akan menciptakan tempatku sendiri. Di luar sana. Sendiri pun tak apa.”

Sebelum Ayla pergi,dia sempat menulis sebuah surat untuk orang panti.

Lalu ia menutup buku itu, memasukkannya ke dalam tas kecil bersama sepotong roti dan botol air.

Dan ia kabur.

Malam itu, jam 2 pagi, Ayla menyelinap keluar lewat jendela belakang panti. Ia menyeberangi halaman yang basah karena gerimis, melewati gerbang tua yang selalu terkunci kali ini diganjal dengan batu.

Malam sangat mendukung Ayla saat itu karena pagar yang biasanya dikunci,kini hanya di ganjal dengan batu.

Langkahnya pelan tapi pasti. Tidak gemetar dan tidak ragu.

Di luar pagar, dunia gelap. Tapi Ayla tahu, gelap di luar jauh lebih baik dari gelap yang selama ini mengurungnya di dalam. Setidaknya dia bisa menghirup udara yang segar dan tanpa siksaan dari yang lainnya.

“Ia tak tahu ke mana akan pergi. Tapi ia tahu satu hal pasti "Ia tak akan kembali.”

Ayla terus melangkah pergi dengan dinginnya malam. Ia hanya membawa tas ransel yang berisi pakaiannya yang bisa dikata tidak layak pakai. Dia juga membawa semua bukunya,walaupun nantinya dia tidak akan sekolah lagi tapi setidaknya dia bisa belajar dengan sendirinya.

Bersambung ...

Episodes
1 Langit Menangis
2 Tak Ada Tempat Untuk Ayla.
3 Suara yang Tak Didengar
4 Pelukan Terakhir
5 Langkah di Atas Luka
6 Dua Dunia, Satu Luka
7 Jejak di Antara Fitnah
8 Pertemuan di Ujung Jalan
9 Jejak yang Terbuka
10 Jejak di Ujung Jalan
11 Malam yang Membakar
12 Kebenaran yang Meledak
13 Bayangan Terakhir
14 Matahari di Ujung Perjuangan
15 Cahaya di Ujung Jalan
16 Akhir yang Pahit, Awal yang Baru
17 Awal yang Benar-Benar Baru
18 Cinta Yang Tumbuh Diam-Diam
19 Bayangan Lama dan Angin Dingin dari Utara
20 Keraguan yang Membuka Celah
21 Jebakan di Tengah Malam
22 Balas Dendam yang Sah
23 Bayangan di Negeri Jauh
24 Jejak di Negeri Maple
25 Pulang dan Bayang-Bayang Lama
26 Cahaya di Ujung Luka
27 Janji Baru, Cahaya Baru
28 Janji di Bawah Langit, Berita dari Bayangan
29 Bab tertukar
30 Bayangan di Balik Bahagia
31 Firasat di Langit Gelap
32 Bayangan Dalang
33 Bayangan yang Sulit Ditangkap
34 Serangan Bayangan
35 Pertempuran Dua Dunia
36 Hal yang Tak Terduga
37 Rapuhnya Ayla
38 Kebenaran yang Tersembunyi
39 Malam Yang Mencekam
40 Penangkapan Bayu
41 Kehidupan Baru
42 Kabar Bahagia
43 Mananti Kehidupan Baru
44 Dua Bintang Kecil
45 Alea dan Aqil
46 Si kembar sekolah
47 Bakat dan Cinta Baru
48 Kabar bahagia dan sedih
49 Perpisahan yang Membekas
50 Ujian dan Janji Baru
51 Jalan yang Semakin Jelas
52 Dua Dunia Satu Ikatan
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Langit Menangis
2
Tak Ada Tempat Untuk Ayla.
3
Suara yang Tak Didengar
4
Pelukan Terakhir
5
Langkah di Atas Luka
6
Dua Dunia, Satu Luka
7
Jejak di Antara Fitnah
8
Pertemuan di Ujung Jalan
9
Jejak yang Terbuka
10
Jejak di Ujung Jalan
11
Malam yang Membakar
12
Kebenaran yang Meledak
13
Bayangan Terakhir
14
Matahari di Ujung Perjuangan
15
Cahaya di Ujung Jalan
16
Akhir yang Pahit, Awal yang Baru
17
Awal yang Benar-Benar Baru
18
Cinta Yang Tumbuh Diam-Diam
19
Bayangan Lama dan Angin Dingin dari Utara
20
Keraguan yang Membuka Celah
21
Jebakan di Tengah Malam
22
Balas Dendam yang Sah
23
Bayangan di Negeri Jauh
24
Jejak di Negeri Maple
25
Pulang dan Bayang-Bayang Lama
26
Cahaya di Ujung Luka
27
Janji Baru, Cahaya Baru
28
Janji di Bawah Langit, Berita dari Bayangan
29
Bab tertukar
30
Bayangan di Balik Bahagia
31
Firasat di Langit Gelap
32
Bayangan Dalang
33
Bayangan yang Sulit Ditangkap
34
Serangan Bayangan
35
Pertempuran Dua Dunia
36
Hal yang Tak Terduga
37
Rapuhnya Ayla
38
Kebenaran yang Tersembunyi
39
Malam Yang Mencekam
40
Penangkapan Bayu
41
Kehidupan Baru
42
Kabar Bahagia
43
Mananti Kehidupan Baru
44
Dua Bintang Kecil
45
Alea dan Aqil
46
Si kembar sekolah
47
Bakat dan Cinta Baru
48
Kabar bahagia dan sedih
49
Perpisahan yang Membekas
50
Ujian dan Janji Baru
51
Jalan yang Semakin Jelas
52
Dua Dunia Satu Ikatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!