My Sexy Wife
Prima berjalan menyusuri jalanan yang agak sepi karena memang sudah sore. Namun saat dijalan Prima melihat seorang nenek-nenek yang sedang dipalak anak berandal. Awalnya Prima hanya cuek-cuek saja dan tak mau ikut campur. Namun Prima melihat kedua anak itu ada yang hampir memukul si nenek.
"Hoi... Lagi apa?" tanya Prima dingin
Prima yang sedang melipat tangan, bersandar ditembok dan salah satu kakinya ditekuk kebelakang menempel tembok yang ada disebelah nenek itu. Prima sedang memperhatikan.
"Eh ada neng cantik, ngapain neng?" goda berandal
"Gue tanya lagi ngapain?" tanya Prima dingin
"Lagi seneng-seneng neng. Mau ikut?" goda berandal
"Yakin seneng-seneng?" tanya Prima
"Sekalian ambil uang si nenek ini. Tua-tua duitnya banyak. Orang tua gak baik punya uang banyak-banyak," ucap berandal
"Nak tolong nenek," pinta nenek
Prima hanya diam dan hanya melirik si nenek dengan dingin. Prima masih diam dan melipat tangan.
"Ambil uang kok pukul-pukul?" tanya Prima
"Neneknya keras kepala gak mau kasih," ucap berandal
Prima mulai berjalan mendekati berandal. Ia mendekatkan badannya pada si berandal. Ia memegang pundak si berandal.
"Gini ya mas, kalo neneknya gak mau kasih itu yaudah gak usah diminta. Lagian itu bukan hak kalian, kalo mau uang ya kerja!" ucap lembut Prima
Dug.... Dug... Dug... Buk....
Prima menghajar habis-habisan si berandal, namun teman yang satunya hanya diam ketakutan. Prima hanya mendekat.
"Kalo lain kali kalian gini lagi ketahuan aku, jangan bayangin akibatnya," ucap Prima lembut
Dug...
Prima menendang bagian vital pria yang satunya dengan sangat keras. Sampai ia jatuh kesakitan.
"Pergi sekarang!" bentak Prima
Seketika para berandal itu lari ketakutan. Lalu Prima mengambilkan dompet dan tas nenek itu.
"Kalian bukan tandingan ku kok mau main-main sama Prima. Oh ini nek tas sama dompetnya," ucap Prima
"Makasih nak, nama kamu siapa?" tanya nenek
"Prima nek, nek lain kali hati-hati ya kalo jalan sekitar sini. Tempat ini bahaya, banyak premannya. Untung tadi Prima liat," ucap Prima
"Iya nak makasih. Nenek tersesat," ucap nenek
"Oh, gitu. Yaudah ayo nek ikut Prima. Nenek pasti masih syok karena tadi, ayo ikut Prima makan. Makanannya enak loh nek. Sekalian kenalan," ucap Prima
"Apa jauh?" tanya nenek
"Tidak nek, depan itu aja kok," ucap Prima
"Oh yasudah," ucap nenek
///***///
Warung Nasi Pecel
"Nek pesan saja, nanti Prima bayar kok. Gak usah sungkan, disini makannya emang murah tapi enak," ucap Prima
"Nenek kayak Prima saja. Nenek belum pernah makan seperti ini sebelumnya," ucap nenek
"Oh, yasudah. Nenek suka pedas atau tidak?" tanya Prima
"Tidak saja," ucap nenek
"Mang Diman, 2 nasi pecel yang satu pedes yang satu nggak ya mang. Es tehnya 1 teh angetnya 1," pesan Prima
"Oke neng. Kok baru pulang?" tanya Mang Diman
"Iya mang, tadi ada kelas siang. Makanya baru pulang," ucap Prima
"Oh gitu, bentar ya neng. Kayaknya udah laper banget," ucap mang Diman
"Iya nih mang, tadi baca banyak buku. Capek banget makanya laper, buruan ya mang," ucap Prima
"Oke neng, bentar ye," ucap Mang Diman
"Nenek teh anget aja, lebih bagus buat seusia nenek," ucap Prima
"Iya" jawab nenek
Tak lama kemudian...
"Ini neng pesanannya. Silakan dimakan, eh sama siapa neng? Neneknya ya?" tanya Mang Diman
"Oh enggak, tadi Prima tolong dijalan sana. Biasa, dipalak preman," ucap Prima
"Ya ampun, Nek lain kali ati-ati ye di daerah situ emang banyak premannya. Untung ada neng Prima yang jago silat ini bantuin," ucap mang diman
"Iya," ucap nenek
"Gimana neng? ada yang luka?" tanya Mang Diman
"Enggak mang, tapi kayaknya bakal radak lebam tangan Prima. Soalnya tadi waktu mukul, tangan Prima kena pakaiannya yang ada besinya," ucap Prima
"Ya ampun neng, ini mang Diman ambilin es. Buruan dikompres ya (kasih es)," ucap Mang Diman
"Makasih mang," ucap Prima
"Kamu kayaknya akrab banget nak sama penjualnya?" tanya nenek
"Iya nek, udah langganan. Apalagi dulu kita pernah tetanggaan," ucap Prima
"Ini nek dimakan," ucap Prima
"Kamu masib kuliah ya?" tanya nenek
"Iya nek," jawab Prima
"Jurusan apa?" tanya nenek
"Kedokteran nek, tapi ambil beasiswa soalnya keluarga Prima bukan orang kaya. Kalo nggak beasiswa gak sanggup bayar," ucap Prima
"Oh, gitu ya. Udah punya pacar?" tanya nenek
Uhuk.. Uhuk...
Karena kaget, Prima tersedak hingga batuk. Prima langsung mengambil es tehnya.
"Maaf kaget ya?" tanya nenek
"Hehe, gak papa nek. Prima nggak punya nek, sama orang tua gak boleh katanya kalo bisa langsung suruh nikah," ucap Prima
"Kalo yang disuka?" tanya nenek
Prima diam keheranan atas pertanyaan si nenek.
"Nggak ada nek, Prima nggak terlalu tertarik pacaran. Lebih pengen fokus kuliah, prestasi dan karir," ucap Prima
"Kalo nikah sama cucu nenek mau?" tanya nenek
Prima langsung diam seribu kata. Terkejut mendengar perkataan si nenek yang baru saja ia tolong.
"Ah ahahahaha, nenek ini bercanda saja," hindar Prima
"Kamu tinggal dimana?" tanya nenek
"Deket kok nek, di daerah X rumah nomor 17," ucap Prima
"Oh," ucap nenek
"Maaf ya nek, Prima gak bisa beli makanan mahal. Soalnya uang saku Prima dikit. Tapi kayaknya keluarga nenek orang kaya ya?" ucap Prima
"Iya nggak papa, ya nggak juga sih. Biasa saja," ucap nenek
///***///
Setelah selesai makan
"Ayo nek, rumah nenek dimana? kasih tau Prima biar Prima anter," ucap Prima
"Nggak usah nak," tolak nenek
"Nggak papa kok nek, Prima lagi longgar juga," ucap Prima
Akhirnya si nenek mengalah dan Prima mengantarnya sampai depan rumah si nenek. Prima melongo melihat rumah si nenek yang begitu mewahnya layaknya kastil dalam dongeng putri raja.
"Nek Prima pulang dulu ya, lain kali jangan jalan-jalan lagi disana ya bahaya," peringat Prima
"Iya makasih nak, kamu nggak masuk dulu," tanya nenek
"Enggak nek, mau langsung pulang saja soalnya udah malem," ucap Prima
"Biar supir nenek anter kamu ya. Bahaya malem-malem," ucap nenek
"Nggak usah nek makasih," ucap Prima
"Ini buat kamu, hitung-hitung rasa terima makasih (menyodorkan segebok uang)," ucap nenek
"Makasih nek, bukannya nolak. Tapi Prima ikhlas kok nolong nenek. Lagian Prima juga gak suka liat orang yang kuat menindas yang lemah" ucap Prima
Bruakk.....
Tiba-tiba ada yang membuka pintu secara paksa dari dalam.
"Nenek, nenek gak papa kan? dari mana aja sih?" tanya Devan
Prima mengangkat salah satu alisnya karena melihat paras Devan yang tampan layaknya pangeran yang keluar dari kastil.
"Iya nggak papa kok," ucap nenek
"Nek, Prima pulang dulu ya," ucap Prima
"Eh, lo ya yang ajak nenek keluar. Hah, lo yang bawa nenek kabur ya?" bentak Devan sambil menarik kerah baju Prima
"Eh lo apaan sih, dateng-dateng marah-marah. Mau ngajak berantem?" bentak Prima
Dug...
Prima mendengkul perut Devan, sedangkan Devan meringis kesakitan.
"Gila ya lo," bentak Devan
"Devan jangan gitu, dia yang nolong nenek," ucap Nenek
"Apa?" tanya Devan
"Punya nenek tu dijaga dong, jangan asal nyalahin orang aja. Untung nenek lo gak dihajar preman," kesal Prima
"Maaf," ucap Devan
"Nek Prima pamit," kesal Prima
"Nak tunggu... " panggil nenek
"Udah nek biarin," cegah Devan
Prima yang kesal lantaran perlakuan Devan langsung balik badan dan berjalan pulang dengan marah-marah.
"Kamu cepat susul dia, anterin dia pulang," perintah nenek
"Apaan sih nek," ucap Devan
"Nak, dia udah nolong nenek. Masa kamu gak mau terima kasih?" tanya nenek
"Oke-oke" jawab Devan terpaksa
Devan mengeluarkan mobil Sportnya berwarna hitam dan menyusul Prima yang pulang jalan kaki karena tak kunjung menemukan angkot.
"Woy, naik sini" pinta Devan
"Ogah," kesal Prima
"Buruan, jangan bikin kesel deh," ucap Devan
"Gak peduli," kesal Prima
Devan berhenti, turun lalu mengangkat tubuh Prima dan memasukannya kedalam mobil dan mengunci pintunya.
"Hei hei heiiiii.... Apaan sih lo," ucap Prima
"Udah diem, dimana alamat rumah lo," tanya Devan
Huh... Prima mengehela nafas dan mengalah. Prima menunjukan alamat rumahnya karena tak ada pilihan. Menunggu angkot yang tak kunjung datang dan hendak pesan ojek online namun hpnya mati.
///***///
Di depan rumah Prima
Prima terkejut melihat mamanya yang duduk di teras sedang membaca majalah.
"Makasih," ucap Prima
"Cuma itu doang?" tanya Devan
"Apa lagi, udah pulang sono," ucap Prima
"Gak disuruh mampir?" tanya Devan
"Udahlah, ini udah malem. Lo balik aja," ucap Prima
"Ya udah, gue balik," ucap Devan
Prima turun dari mobil. Devan yang biasanya dingin pada semua wanita entah mengapa ingin melihat Prima sampai masuk rumah.
Di Teras...
"Dari mana?" tanya mama Prima
"Ada urusan mah" jawab Prima menunduk
"Urusan apa sampe jam segini hah," bentak mama Prima
Bug...
Mama Prima memukul Prima dengan majalah yang ditangannya.
"Ahh... " keluh Prima
"Kenapa? Itu mobil siapa? pacar kamu? udah mama bilangin jangan main sama cowok kalo cowok itu nggak kaya," ucap mama
Bug.. Bug.. Bug...
Prima dipukuli berkali-kali oleh mamanya dengan majalah ditangannya.
"Iya ma maaf," ucap Prima menunduk
"Sana masuk, makan lauk telor. Tadi ayamnya udah dimakan kakak sama adikmu," ucap mama
"Iya ma," jawab Prima
Prima pun masuk kedalam rumah. Perlakuan tak adil yamg dilakukan mamanya sudah sering ia terima sampai bosan.
Entah mengapa Devan merasa sedikit prihatin dengan Prima setelah melihat semua itu. Padahal hati Devan keras layaknya batu namun bisa merasa prihatin melihat keadaan Prima. Itu membuatnya merasa ingin semakin mengenal Prima lebih dalam.
_____________________________________________
Perkenalan dan Visual Tokoh.
Annisa Prima Chalondra
• Cantik
• Baik
• Cerdas
• Jago Berkelahi
• Dingin dan Cuek (sebenarnya ceria)
• Kadang juga bar-bar
• Selalu dipilih kasih oleh keluarganya
• Multitalenta
• Mandiri
• Keras Kepala
• Pendiam
• Selalu menderita sejak kecil
Devan Elvano Kalandra
• Dingin
• Cuek
• Tempramen buruk
• Direktur utama perusahaan
• Keras Kepala
• Sangat menyayangi neneknya
• Kaya
• Tampan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Embunhan
eh, jaehyun ngpain disinii pulaaang ngga lo 😭
2023-08-16
3
SR.Yuni
Kak kalo bisa jangan Jago berkelahi kesannya dia tukang kelahi, gimana kalo jago beladiri gitu lebih elegan 🙏🏻🙏🏻
2022-09-30
0
Yani Cuhayanih
Prima sama Devan .ko gk serasi kayak nama cowo dua2nya
2022-09-06
0