Saat ini mereka telah berada di pemakaman umum, prosesi pemakaman ayah Zefanya sedang berlangsung. Zefanya masih terlihat sangat terpukul, dia menangis dan tidak bisa menahan kesedihannya. Langit berada di sampingnya, memberikan dukungan dan kekuatan.
Mereka berdua berdiri di depan makam, mendengarkan doa dan kata-kata perpisahan yang disampaikan oleh orang-orang yang hadir. Suasana di kuburan sangat hening dan khidmat, hanya terdengar suara tangisan Zefanya yang sesekali pecah di tengah kesunyian
"Jangan masukkan Ayahku ke dalam tanah! Kasihan Ayah, nanti Ayahku kotor!" Zefanya memberontak, tidak ingin ayahnya dimakamkan.
Dia berpegangan erat pada peti jenazah ayahnya, tidak ingin melepaskannya. Langit dan Bram berusaha menenangkannya, tapi Zefanya sangat histeris.
"Aku tidak ingin Ayahku pergi! Aku ingin Ayahku tetap di sini bersamaku!" Zefanya terus menangis dan berteriak, tidak bisa menerima kenyataan bahwa ayahnya telah meninggal.
Ketika tanah mulai menutupi tubuh ayahnya, Zefanya merasa seperti hatinya juga sedang dikubur. Dia berteriak dan menangis, tidak bisa menerima kenyataan bahwa ayahnya telah pergi selamanya. Langit memeluk Zefanya erat, berusaha memberikan kekuatan dan penghiburan di tengah kesedihan yang mendalam ini.
Zefanya mencium nisan ayahnya dengan penuh kasih sayang, air matanya mengalir deras saat dia menyentuh batu nisan yang masih baru.
"Ayah...zefanya sayang ayah, ayah yang tenang di sana jangan lupa datang dalam mimpi Vanya yah, ayah"kata Zefanya dengan suara yang lirih, sambil membelai nisan ayahnya dengan lembut. Langit berdiri di sampingnya, memberikan dukungan dan kekuatan
Bram, yang telah selesai mengurus semua urusan pemakaman, mendekati Zefanya dan Langit.
"nak, kita balik yuk, udah hampir gelap"ucap Bram lembut berjongkok di dekat zefanya, sambil mengelus lembut kepala zefanya.
"ayah, Aku pamit, bunda zefanya pamit bunda maaf aku terlalu fokus pada ayah, hingga lupa rumah mu di samping ayah, cieeee yang sudah sama sama lagi jangan bucin Yan Bun, ingat anak udah umur bunda tua"ujar zefanya menghapus airmata kemudian berbisik "Bun, jemput aku jika kalian merasa kurang"
"dia yatim piatu "batin langit, pemuda itu menatap wajah zefanya lekat lekat, gadis cantik ini memang pandai menutupi luka nya sendiri.
"Kita pulang ya, Nak," kata Bram dengan suara yang lembut namun tegas, sambil memandang Zefanya dengan mata yang penuh kasih sayang.
Zefanya mengangguk perlahan, masih belum bisa menghilangkan kesedihan dari wajahnya. Langit merangkul Zefanya erat, memberikan dukungan dan kekuatan sebelum mereka meninggalkan pemakaman bersama Bram.
Mereka memasuki mobil, Zefanya memandang lurus ke depan, wajahnya terlihat murung dan sedih. Langit yang duduk di sebelahnya tidak biasa melihat Zefanya dalam keadaan seperti ini, biasanya Zefanya selalu ceria dan bersemangat.
Langit memandang Zefanya dengan penuh empati, dia tahu bahwa Zefanya masih sangat terpukul dengan kehilangan ayahnya. Langit mengambil tangan Zefanya dan memegangnya erat, memberikan dukungan dan kenyamanan.
Langit kemudian tersadar kenapa dia tadi memeluk Zefanya, dan kenapa dia tidak tega melihat Zefanya menangis. Dia menyadari bahwa perasaannya terhadap Zefanya mungkin lebih dari sekadar simpati atau empati. Langit merasa sedikit bingung dan tidak yakin dengan perasaannya sendiri, tapi dia tahu bahwa dia ingin terus berada di samping Zevanya.
"Mulai sekarang, kamu tinggal bersama kami." Zefanya memandang Bram dengan mata yang masih basah oleh air mata, tapi ada sedikit rasa lega dan terima kasih di wajahnya.
Langit juga memandang Zefanya dengan penuh empati, dia tahu bahwa Zefanya masih perlu waktu untuk memproses kehilangan ayahnya.
"Kamu tidak akan sendirian " kata Bram dengan suara yang lembut dan penuh kasih sayang. Zefanya mengangguk perlahan, merasa bahwa dia telah menemukan tempat yang aman dan nyaman untuk tinggal.
"Daddy, apakah Mommy tahu jika aku sudah menikah?" tanya Langit dengan rasa penasaran dan sedikit kekhawatiran.
"Belum, Nak. Aku belum memberitahu Mommy tentang pernikahanmu dengan Zefanya. Aku pikir lebih baik kita memberitahu dia bersama-sama nanti." Langit mengangguk paham, merasa sedikit lega bahwa Mommy-nya belum tahu tentang pernikahan mereka. Tapi dia juga merasa penasaran bagaimana reaksi Mommy-nya nanti ketika mengetahui tentang pernikahan mereka.
Setelah 30 menit perjalanan, mereka akhirnya tiba di mansion. Zefanya yang sudah kelelahan dan emosional, tampaknya tertidur di dalam mobil
"Langit, gendong Zefanya, dia tidak bisa jalan lagi." Langit masih merasa capek, tapi dia tidak bisa menolak permintaan Bram. Langit mengambil Zefanya dan menggendongnya.
Saat mereka masuk ke dalam rumah, Lilian, ibu Langit, menyambut mereka dengan pertanyaan "Siapa itu, Lang? Kenapa kamu menggendongnya?"
"Ini Zefanya, mom. Dia... teman baikku." Lilian memandang Zefanya dengan rasa penasaran, tidak tahu apa yang sedang terjadi.
"Apa yang terjadi padanya?" tanya Lilian lagi. Langit hanya menggelengkan kepala, tidak tahu harus menjelaskan apa.
"Bawah zefanya ke kamar, biar Daddy yang jelaskan kepada mommy mu." Langit mengangguk dan membawa Zefanya ke kamarnya.
Langit memperhatikan Zefanya merasa kasihan dengan keadaan Zefanya yang masih sangat terpukul dengan kehilangan ayahnya. Langit membaringkan Zefanya dengan hati-hati dan memastikan bahwa dia nyaman sebelum meninggalkan kamar.
"Cantik sangat cantik"gumam langit memandang zefanya
"Apaan si Lang, fokus Lo udah punya Aluna"ujar langit sambil memukul-mukul pipinya pelan
Setelah memastikan Zefanya nyaman, Langit kembali ke ruang tamu untuk mendengarkan penjelasan Bram kepada ibunya tentang situasi yang sedang terjadi.
Lilian terkejut dan terharu mendengar berita tentang kematian ayah Zefanya dan pernikahan anaknya.
"Apa?! Ayahnya meninggal? Oh, anak kecil itu pasti sangat terpukul," kata Lilian dengan suara yang bergetar. Bram mengangguk.
"Ya, Kita harus mendukung Zefanya saat ini," kata Bram dengan lembut.
"Tapi, Langit, bagaimana dengan Aluna, pacarmu itu?"tanya Lilian yang tau bahwa anaknya memiliki pacar dan biasanya langit selalu mengajaknya ke mansion mereka.
"Aluna? Aku belum memberitahu dia tentang ini, mom. Aku tidak tahu bagaimana cara memberitahukannya."ujar langit menundukkan kepalanya lalu menatap wajah lilian.
"Mungkin sebaiknya kamu memberitahu dia, Langit. Dia pasti akan mendukung kamu dan Zefanya." Saran Bram yang mendengar percakapan itu
"Apakah Daddy sudah gila? Aku sudah lama berpacaran dengan Aluna, Langit. " Langit membulatkan matanya mendengar saran dari Daddy, jangan kan mendukung dekat dengan perempuan lain saja Aluna sudah kaya orang kerasukan
"Kau mengatai ku gila ?"tanya Bram
"Bukan begitu Daddy,aku hanya reflek"ujar langit
"Ya sudah jangan dulu memberi tahu Aluna tentang ini "ujar Lilian yang sebetulnya sudah suka jika anaknya menjalani hubungan dengan gadis cantik
"Ya,aku juga berpikir begitu mommy, hanya aku takut jika menyakiti perasaan orang lain"ujar langit
Tiba-tiba, telepon genggam Langit berbunyi, dan dia melihat nama Aluna terpampang di layar.Langit sambil tersenyum kecil.
"Aku harus menjawabnya, Mommy," tambahnya sebelum menjawab telepon dengan menekan tombol jawab.
"Halo, sayang.." suara Langit terdengar lembut saat menjawab panggilan dari pacarnya itu.
"Temanin aku ke mall dong sayang" ujar Aluna dari sebrang
"Iya, aku akan temanin Kamu ke mall malam ini," kata Langit sambil tersenyum, meskipun dalam hatinya masih ada kekhawatiran tentang Zefanya. Aluna terlihat gembira mendengar jawaban Langit, dan mereka berdua membuat rencana untuk bertemu di mall nanti malam.
Setelah selesai berbicara dengan Aluna, Langit memberitahu ibunya tentang rencananya.
"Mommy, Daddy, aku akan pergi ke mall malam ini dengan Aluna," kata Langit dengan nada yang sopan.
Ibunya mengangguk, meskipun terlihat sedikit khawatir tentang keadaan Zefanya yang masih berduka.
"Pastikan kamu kembali tidak terlalu larut, Langit," kata Lilian dengan nada yang lembut. Langit mengangguk, berjanji untuk tidak terlalu larut malam.
Langit memasuki kamar dan mulai mempersiapkan diri untuk pergi ke mall dengan Aluna. Dia mengambil pakaian yang sesuai dari lemari dan mulai berganti.
Setelah selesai berpakaian, Langit memeriksa penampilannya di depan cermin, memastikan semuanya sudah rapi. Dia kemudian mengambil dompet dan kunci, serta memastikan ponselnya sudah terisi daya.
"Gue sebaiknya,,,arkk gak usah deh lagian dia gak penting di juga"ujar langit ingin melihat keadaan zefanya
Langit meninggalkan kamar dan menuju ke ruang tamu untuk berpamitan dengan ibunya sebelum pergii
"Mommy, aku pergi dulu, ya," kata Langit dengan nada yang sopan. Ibunya mengangguk dan memberinya senyum
"Daddy ingatkan, jangan kamu Bawah Aluna ke mansion ini"ujar Bram , langit hanya menoleh sekilas
"Hati-hati " Langit mengangguk dan melangkah keluar rumah, siap untuk bertemu dengan Aluna di mall.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Athena_25
kk maaf aku koreksi dikit, untuk kata kuburan lebih bagus kalau di ganti pemakaman, artinya memang sama, namun lebih terasa halus saja menurutku 🙏
2025-08-06
1
Asya
Daddy nya langit ada² aja deh, kan mustahil banget tuh kalau si Aluna ngedukung hubungan pacarnya dengan perempuan lain😆🤦 Aku aja suka ngamuk kalau milikku nyebut² nama perempuan lain selain keluarga 🤣
2025-08-06
1
Rezqhi Amalia
aku pernah berada diposisi ini. Kehilangan ayah untuk selamanya memang menyakitkan 🤧🤧
2025-08-06
2