Setelah makan siang, Arga menemaniku berbelanja beberapa Baju, tas dan sepatu
Dia memilihkan ku semua sesuai apa yang ia anggap bagus, tanpa bertanya apakah aku bersedia mengenakannya atau tidak.
"Untuk apa ini semua?" Aku bertanya dan sedikit menarik ujung jas yang ia kenakan.
"Agar penampilanmu berubah," sahutnya santai masih sibuk memilih dan menujuk semua pakaian tas dan sepatu secara acak.
Aku tidak tau ini keberuntungan atau kesialan untukku, padahal sebentar lagi perang besar akan dimulai.
Setelah semua dibayar seluruh tas belanja, diserahkan padaku, meskipun ia tau aku tampak kerepotan dengan semuanya, namun ia tetap bergeming dan tetap asik berjalan di depanku.
"His ... susah sekali memakai heels ini," aku menggerutu di dalam hati sambil menatap kakiku yang terbalut dengan heels cantik berwarna kuning dengan ornamen pita.
Jalanku sempoyongan tak seimbang yang membuatku tiba-tiba tergelincir karena tak terbiasa dengan heels yang ku kenakan.
"Aww...."
Dengan sigap sebuah tangan menahan tubuhku, seketika mataku langsung tertuju kepada si pemilik tangan itu.
"Ah ... Rey." Aku tersenyum kepadanya.
"Kamu belanja banyak hari ini, Asta?" Ia bertanya padaku.
"Lepaskan tanganmu!" seru Arga.
"Kau!" Rey tampak tersenyum licik menatap mata Arga, seolah mereka adalah musuh bebuyutan, yang sudah lama menabuh genderang perang.
Kemudian Rey melepaskanku. Sementara ku lebih memilih berdiri mematung tanpa mengeluarkan sepatah kata untuk melerai mereka.
"Jangan pernah sentuh wanita ini!" perintah Arga, dengan tatapan menyelidik seolah siap melahap Rey mentah-mentah.
"Apa hak mu melarangku berteman dengannya?" Rey tampak menantang Arga.
"Dia adalah kekasih ku!" sahut Arga masih dengan tatapan bak mata pisau yang siap mencabik-cabik Rey.
"Benarkah? apa yang kamu miliki selalu menarik untukku." Rey pergi meninggalkan kami dengan senyum licik.
Namun pemandangan berbeda ku lihat pada Arga, wajahnya memerah seperti api yang siap membakar segala yang ada.
"Sampah!" seru Arga memaki Rey yang tampak mulai menjauh dari pandangan kami.
"Laki-laki gila," gumamku mencoba tak memperdulikannya.
Arga berjalan kearahku dengan tatapan penuh emosi, kemudian meraih lenganku dan mencengkeramnya kuat-kuat.
"Aaawwww ... Sakiiiittt!"Aku berteriak kesakitan, namun Arga tetap tidak melepaskan cengkeramannya malah semakin menjadi-jadi.
Semua orang menatap kami dengan tatapan ingin tahu namun mereka tetap bergeming padahal mereka tahu aku sedang teraniaya, namun mereka tampak hanya memandang acuh pemandangan pertengkaran kami.
"Sejak kapan kamu mengenal, Rey?!" desak Arga.
"Se-sejak kemarin, ketika kamu pergi dengan mantan istrimu, meninggalkanku dengan keadaan menyedihkan," aku berkata dengan masih meringis kesakitan.
"Owh ... ya?!" Ia semakin kuat mencengkeram lenganku.
"Sakitttt!" Aku berteriak karena kesakitan.
"Jika berani macam-macam denganku, tentu kamu tau sendiri akibatnya, Asta!" ia mengancamku, bahkan aku sendiri tak paham dengan ancamannya.
Hingga aku berpikir Rey dan Arga adalah musuh bebuyutan yang tak pernah terpisahkan.
Kemudian Arga melepaskan cengkeramannya padaku, dan pergi tanpa pesan.
Kulihat lenganku tampak merah bekas tangan Arga, aku masih meringis kesakitan, kemudian aku berjalan kembali mengikutinya.
"Dasar majikan gila,tidak punya pikiran!" Aku mengumpat dalam hati. Sebenarnya jika aku tak benar-benar membutuhkan uang, aku lebih memilih menjauh darinya.
❇❇❇❇❇❇❇❇
Sore harinya ketika aku sedang asik mencuci piring, tiba-tiba bel pintu rumah berbunyi.
Ting tong....
"Siapa yang berani menggangguku,sehingga membuat ku menghentikan aktifitas mencuci ku."
Kubuka pintu itu, tampak wanita cantik dengan pakaian stylish dan menenteng sebuah beauty case besar ditangannya.
"Hallo, adakah yang bisa saya bantu?"
"Sure ... apakah benar nama mu Asta? perkenalkan nama ku Fifi make up artis terkenal di jagad ibukota." Ia memaksaku berjabat tangan dan memperkenalkan dirinya.
"Ah ... ada perlu apa?" Aku menaikan alis ku dan bertanya karena masih bingung dari planet mana datangnya wanita ini?
"Aku mendapat tugas penting dari mr Arga untuk memastikan kamu terlihat cantik hari ini, bolehkan aku masuk?"
Aku mengkerutkan dahiku seraya berfikir, namun tanpa permisi Fifi masuk melewatiku menuju ruang televisi.
"Eh ... siapa yang menyuruhmu masuk!" Aku berlari mengikutinya.
Ia duduk dan membuka beauty case yang ada di tangannya, nampak berbagai merk kosmetik terkenal di dalamnya, tetapi terlihat asing untukku.
"Silahkan duduk!" titahnya menyuruhku untuk duduk saling berhadapan dengannya.
"Jika kamu menurut padaku, hasilnya pasti akan sangat memuaskan" ucap Fifi masih asik melihat-lihat wajahku di sentuhnya ke kanan dan ke kiri.
ia mulai mengerjakan pekerjaanya, membuatku terlihat cantik hari ini adalah misi yang ia emban dari majikan sombongku itu.
Duduk terlalu lama dengan wajah dielus dan ditekan-tekan membuat ku menjadi ngantuk, sehingga tanpa sadar aku tertidur dalam keadan duduk mematung.
"Jeng ... jeng ... jeng!" seruan Fifi mengagetkan ku dan membuatku seketika terbangun dari tidurku.
"Astaga!" Aku terperanjat karena kaget.
Ia menyerahkan kaca besar padaku. Kulihat wajahku sedikit berubah tampak glowing bak artis korea.
"wah..ternyata uang bisa membuatku secantik ini," gumamku masih memuja bayangan wajahku sendiri di depan cermin.
Dan sekali lagi tanpa permisi Fifi menyelinap ke dalam kamarku.
"Hei!" aku berteriak mencoba menghentikan langkahnya, namun aku kalah cepat olehnya.
Fifi berhasil masuk ke kamarku, dan mengobrak abrik tas belanja yang tak sempat aku bereskan tadi, ia tampak asik memilah-milah gaun dan sepatu untukku. Setelah selesai memilah.
Kemudian Fifi memerintahkan ku berganti baju sesuai dengan apa yang ia pilihkan.
Aku kenakan pakaian dan sepatu pilihan Fifi tadi. Aku terkaget-kaget dengan penampilanku saat ini.
"Daebak!" Dengan mulut menganga kupandangi wajahku sendiri.
"Tuhan inilah pesonaku sebenarnya," gumamku kegirangan. Aku tampak berbeda seperti bukan aku yang seperti biasa.
"Bagai mana Asta?apakah kamu puas," tanya Fifi padaku.
"Fifi kamu benar-benar keren." Aku memujinya seraya masih memandangi diriku sendiri di depan cermin.
"Oke aku undur diri dulu, selamat bersenang-senang," imbuhnya lagi.
"Terimakasih Fifi."
Tak lama kemudian Arga pulang kerumah, sedangkan aku masih sibuk mematung memuja penampilanku malam itu bak Artis korea Park shin hye idolaku.
"Hei ... Asta!" teriak Arga.
Aku keluar kamar dengan wajah kesal.
"Apa!" aku setengah berteriak karena malas melihat wajahnya.
Ia nampak terkejut dengan penampilanku, beberapa saat ia berdiri mematung memandangiku, lalu beberapa menit kemudian ia tersadar kembali.
"Kamu sudah siap?".m
"Kamu lihat sendiri, aku siap" kataku memasang muka malas.
"Oke kita berangkat." Kemudian ia membalikan badan berjalan keluar.
Aku sengaja berjalan beberapa meter darinya, karena sedikit takut jika ia menyerangku lagi.
Sesampainya di tempat pesta itu,
Arga mengulurkan tangannya padaku, dan merangkulkan tanganku kelengan kanan nya.
Kami masuk ke dalam ruang pesta yang di hiasi ornamen putih dan emas.
Semua mata tertuju pada kami yang mereka anggap hari ini kami benar-benar pasangan yang serasi yang sanggup membuat iri mata gadis-gadis yang lain di dalam pesta tersebut.
Dari jauh aku melihat Wina menatap ke arahku dengan tatapan penuh kebencian, sedangkan aku masih trauma dengan perlakuannya kemarin.
"Kamu lihat mantan Istri mu di sudut sana?" Aku berbisik ke arah Arga, kemudian ikuti dengannya menoleh ke arah Wina yang sejak awal menatap kami dengan penuh kebencian.
"Apakah kamu takut dengannya?" ia berbisik kepadaku.
"Sebenarnya, iya," sahut ku dengan nada sedikit merengek.
"Tenang, ayah dan ibuku juga ada di pesta ini. Wina tak akan mampu menyentuhmu." Imbuhnya santai.
"Whatt! ayah dan ibumu?" Aku tersentak kaget dan semakin ketakutan, apakah yang akan terjadi padaku malam ini?
💖💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Lisa Sasmiati
ceritanya bagus Thor aku suka😍😊👍👌
2022-02-03
0
Dede Sulastri
bakal seru nih
2021-08-09
0
Lisa
Visual arga thor
2021-08-03
0