Aku berjalan dibelakang Arga, dengan jarak sekian meter. Mengingat aku hanyalah Assisten rumah tangga di rumahnya.
Sesampainya di lobby kantor, banyak mata memandangi kami dengan liar bahkan tak sedikit dari mereka bergosip tentang kami.
Arga tak memperhatikan mereka, sedangkan aku masih berjalan menunduk di belakangnya.
Tampak di depan pintu kaca kantor Arga, mobil sedan keluaran terbaru berwarna hitam terparkir tepat di depan pintu.
Seorang security membukakan pintu untuknya. Kemudian dengan penuh wibawa Arga masuk ke dalam mobil tesebut, sementara aku mengekor dengan duduk disampingnya.
Siang itu mobil Arga berjalan mulus membelah Ibukota yang siang itu tak terlalu panas.
Tak lama kami sampai disalah satu restoran mewah kota itu, yang aku ingat hanya butuh beberapa menit dari kantor Arga.
Kami berjalan berdampingan, bedanya Arga jalan mendongakkan kepala, sedangkan aku Berjalan menunduk.
Kami lebih memelih duduk di lantai dua Restoran tesebut, di bawah pohon palem yang tertanam di pot yang sangat besar.
Salah satu pramusaji kenghampiri kami, dengan senyuman ramah yang tidak sedang di buat-buat sambil menyerah kan buku menu kepada kami. "Silahkan tuan dan nyonya."
"Kamu mau pesan apa saja, terserah," katanya Sambil membuka buku menu yang ada di meja.
Aku bolak balik buku menu berulang kali, tapi tak menemukan makanan yang pas pada lambung orang kecil sepertiku, karena semua makanan tampak asing di mataku.
"Aku pesan menu yang sama dengan Mr.Arga," kataku sambil menutup buku menu.
"Saya pesan 2 Rosemary chicken with sauteed vegetables dan 2 orange juice," ucap Arga dengan nada sopan khas seorang tuan muda terhormat.
"Baik, mohon ditunggu," jawab Pramusaji tersebut.
Selama menunggu kami terhanyut dalam pikiran kami masing-masing tanpa berbicara satu sama lain.
Arga hanya sibuk dengan Ponsel yang ada ditangannya, entah apa yang ia kerjakan, sedangkan aku lebih memilih melihat pemandangan ibukota yang saat itu tidak begitu padat.
Tiba-tiba seseorang menarik rambutku dari belakang dengan kuat, hingga membuatku tertarik dan jatuh ke lantai.
"Awww...!" Aku berteriak kesakitan dengan tangan memegangi rambutku agar tarikan itu sedikit longgar.
Sedangkan Arga tampak terkejut melihatku.
"Winaaa!!" seru Arga, ia berdiri dan berjalan kearahku, dia mencoba melepaskan cengkeraman tangan Wina di rambutku.
"Jadi wanita ini yang merebut kamu dari aku, wanita kampungan ini!" Dengan nada tinggi Wina berteriak, sehingga membuat seisi restoran itu memandang kearah kami.
"Apa yang kamu bicarakan? dia ini Assistant rumah tanggaku," kata Arga sedikit berbisik.
"Dasar wanita ******, perebut suami orang!" imbuhnya lagi, ia berhasil mendaratkan dua tamparan ke pipi kanan dan pipi kiriku, dan mencakar tanganku dengan kukunya yang panjang.
Aku meringis kesakitan, sedangkan Arga mencoba melerai kami, dan memegang perut Wina dari belakang mencoba menjauhkan Wina dariku.
Aku masih duduk dilantai dengan rambut awut awutan dengan beberapa luka di wajah dan tangan. Arga tampak lebih memilih meninggalkan ku dan pergi bersama Wina.
Dengan keadaan kacau aku mencoba tetap tenang. "Apakah kamu baik-baik saja?" Seorang lelaki menyapaku dan mengulurkan tangannya kemudian kuraih tangan laki-laki itu. Ku tatap laki-laki yang ada di hadapanku.
"Aku baik-baik saja," jawabku masih tetap mencoba tersenyum, padahal saat itu aku benar-benar malu.
"Aku laki-laki yang datang bersama Wina tadi, aku juga teman Arga dan Wina, bolehkah aku mengantarmu pulang?" ucapnya dengan melemparkan senyum menawan untukku.
Aku seolah terhipnotis dengan senyumannya, dan tanpa ragu mengiyakan tawaranya.
"Perkenalkan nama ku, Rey." Laki-laki itu memperkenalkan diri.
"Aku Asta." Tanpa pikir panjang aku menjawab laki-laki itu, padahal aku tidak tau dia siapa dan berasal dari mana ia, yang ada di otakku ia benar-benar laki-laki tampan nan baik hati.
Aku sedikit kesal dengan perlakuan Arga padaku, dia meninggalkanku dengan keadaan berantakan tanpa memperdulikan keadaanku.
Meskipun aku paham jika aku bukan siapa-siapa untuknya, tapi sebenarnya disini aku hanya dijadikan kambing hitam oleh Wina, untuk menutup skandal perselingkuhannya.
Karena sedari pagi aku belum makan, aku meminta Rey mengantarkanku ke supermarket di dekat apartement Arga.
Setelah selesai belanja, Rey mengantarkan ku pulang.
Sesampainya di apartement.
"Trimakasih, Rey," ucap ku sambil turun dari mobil.
Rey tampak mengeluarkan ponsel dalam saku jasnya. "Asta, bolehkah aku meminta nomor kontakmu?"
"Tentu saja," Rey menyodorkan ponselnya padaku agar aku dapat mengetik sendiri nomer ponselku.
"Mulai sekarang kita teman," ucapnya tersenyum ramah.
"Oh ... tentu saja," jawabku melempar senyuman padanya.
Aku turun dari mobil SUV berwarna silver itu, dengan wajah kusut dan rambut sedikit berantakan, aku masuk ke lobi Apartement, tampak security memandangku dengan sedikit keheranan melihat bentuk rupaku yang mungkin ia pikir tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.
Aku masuk kedalam lift. "Astaga!!!!!" Aku berteriak di dalam lift yang kebetulan di dalam lift hanya ada seorang diri.
Pantas saja dari tadi orang-orang melihatku dengan tatapan heran, ternyata rambutku awut-awutan aku merapikan rambut dengan kedua tanganku.
Sesampainya di depan pintu Apartemen aku berjalan dengan perasaan malas. Ku tekan password pintu itu.
setelah pintu terbuka, aku celingukan ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Arga, yang tampaknya belum sampai dirumah.
Aku masuk kamar, kuhempaskan begitu saja tubuhku ke kasur.
"Hahhhh ... lelah sekali hari ini, badanku juga perih, Winnnaaa Siaalaaaannnnnn!" Aku berteriak dan mengutuk Wina karena
saking kesalnya, hingga membuatku tidur tanpa melepas sepatu dan tasku.
❇❇❇❇❇
Sudut pandang Arga.
Pukul 18:00
Arga pulang dari kantor ia mencari-cari keberadaan sang asissten rumah tangganya itu.
"Asta!"
Arga mencari keberadaan Asta sang asissten rumah tangga namun tetap tak ada jawaban.
Ia membuka pintu kamar, dan mendapati sang assistent rumah tangga itu tidur terlentang.
"Astaga prempuan macam apa ini? dalam keadaan tidurpun ia tak terlihat anggun sama," gumam Arga sesekali menggelengkan kepalanya sendiri.
Sudut pandang Asta(Aku).
Tak berapa lama, aku bangun karena merasa cacing-cacing di perutku sudah tak mampu menahan hasrat meminta untuk diberi makan. Aku menguap tanpa memperdulikan keadaan sekitar, toh aku sedang sendiri di dalam kamar.
Aku ingat siang tadi aku belanja supermarket bersama Rey dengan rambut awut-awutan.
Aku keluar menuju dapur mencari-cari bungkusan yang sempat aku tinggalkan di meja dapur tadi.
"Ah ... ini dia mie mangkuk yang tadi aku beli," batinku.
"Sedang apa kamu?" tiba-tiba Arga berdiri di belakangku dengan tatapan dinginnya.
Aku terkejut, tapi tak berkata apapun karena aku masih kesal dengannya.
Aku masih sibuk menuangkan bumbu dan air panas ke dalam mie ku.
"Bagaimana dengan lukamu?" imbuhnya lagi, kali ini dengan suara sedikit cair, mungkin ia merasa bersalah padaku.
"Kamu dari tadi belum makan?" katanya lagi, aku tetap bergeming, mungkin akulah satu-satunya Assistant rumah tangga yang berani mengacuhkan majikanya.
Aku berjalan menuju kamar tanpa memperdulikannya dan membawa semangkuk mie dan air mineral, tak lupa ku kunci pintu kamarku, tak ingin ia menggangguku malam ini dengan pertanyaan yang masih membuatku kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Mrs.Riozelino Fernandez
biasanya asisten rumah tangga duduk didepan , disebelah supir...
setidaknya Arga bukan tipe arogan bossy...
masih memperbolehkan Asta duduk disebelah nya...👍🏻👍🏻👍🏻
2024-10-26
0
Siti Saadah Khodijah
pembantu milenial😁😁😀🤣😂
2022-08-19
0
Asriluna
Rey SM Wina konyol bngetvta..udh mantabbtuh mnta duit muluk..
2022-03-26
0