Boss Come Here Please!
Hallo kakak-kakak selamat membaca, jangan lupa like komen setelah membaca.
Karena like komen kakak-kakak sekalian adalah semangat untuk aku.
Terimakasih dan selamat membaca.
pelanggaran hak cipta dalam Pasal 2 UUHC, pelaku plagiarisme dapat dijerat dengan ancaman pidana menurut Pasal 72 ayat (1) UUHC dengan dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pikirkan baik-baik sebelum plagiat 😉
dua kali Novel saya diplagiat hingga bocor sampai Youtube~
****
Langit mendung menghiasi kota jasmin kala itu, hujan kecil tampak mulai rintik dan gemuruh kilat petir berkilat di atas langit. Aku seorang gadis sembilan belas tahun yang tidak bisa melanjutkan pendidikan di tingkat selanjutnya, merasa sedih karena keterbatasan dana dan banyak hutang yang menumpuk yang harus dilunasi oleh ayahku.
"Ayah, sebenarnya Asta masih ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi." Aku duduk di sudut kursi rumah dengan memeluk ijasah Sekolah yang sudah satu tahun yang lalu kuraih.
"Maafkan ayah nak. Sejak Ibumu meninggal, usaha kedai mie kita banyak kehilangan pelanggan dan kini kita harus menelan pil kebangkrutan." Ayah menenangkan diriku mengelus punggungku dengan lembut.
"Asta mengerti ayah, sebenarnya Asta hanya ingin berkerja untuk menutup hutang kita dan menabung untuk melanjutkan ke perguruan tinggi."
Ayahku mengecup keningku dengan lembut sembari berkata, "maafkan ayahmu ini, nak. Bahkan untuk menyekolahkan dirimu saja, Ayah sudah tidak sanggup."
aku tidak pernah menyalahkan ayahku, karena memang ekonomi kami tidak pernah baik sepeninggal ibuku.
***
Tiga bulan kemudian. Aku sengaja mengirimkan CV ke salah satu agensi penyalur Assisten rumah tangga di kotaku. Agensi ini sukses mengirim orang-orang untuk berkerja di luar negeri atau bahkan di Ibu kota.
Tak butuh waktu yang lama setelah mengirim CV, aku mendapat panggilan untuk bekerja di salah satu rumah mewah di Ibukota, dan harus berangkat saat itu juga.
Setelah berpamitan dengan ayahku, butuh waktu beberapa jam untuk sampai ke Ibukota dengan menggunakan Bus antarkota antar provinsi.
Dengan perjalanan panjang dan cukup melelahkan, akhirnya aku bisa menginjakan kaki di kota yang sering disebut metropolitan, dengan kemacetan yang luar biasa, bahkan sudah terkenal di manca negara. Sesampainya di Ibukota, seorang laki-laki dengan membawa sebuah sebuah pasfoto 3x4 menghampiriku dengan membawa stelan jas tiga potong serba hitam nan rapi.
"Apakah Anda nona Asta?" Orang itu bertanya padaku sambil sesekali menatap wajahku dan foto di tangannya secara bergantian.
"Ah ... iya, saya Asta," jawabku melirik foto siapa yang pria ini bawa.
"Perkenalkan, nama saya Wisnu." Ia mengulurkan tangan padaku dan, aku sambut tangannya dan kami saling berjabat tangan.
"Apakah Anda ini adalah majikan saya?"
"Bukan—Saya adalah sekertaris Mr. Arga," jawabnya sopan.
Ia membawakan tasku yang lumayan cukup berat, hingga ke pelataran parkir terminal—kemudian mempersilakan diriku duduk di bangku depan mobil Sedan berwarna putih yang terparkir di depan terminal Ibukota.
"Silakan. Saya akan mengantarkan Nona menuju ke kediaman Mr. Arga."
Tanpa pikir panjang aku masuk ke mobil itu.
Langit sudah gelap ketika mobil sekertaris Wisnu membelah jalanan Ibukota hari ini. Perjalan kami tak membutuhkan waktu lama karena untungnya jalanan ibukota tidak begitu ramai malam ini.
Kami sampai disalah satu gedung bertingkat di pusat kota dengan entah berapa lantai karena saking tingginya.
"Apakah ini apartment?" Aku bertanya pada sekertaris Wisnu.
"Iya," jawabnya sambil memarkirkan mobilnya.
'Kupikir, aku akan berkerja di rumah mewah, ternyata hanya Apartement ?'
Aku bergumam dalam hati, sambil mengekor mengikuti sekertaris Wisnu yang sudah terlihat agak jauh ke depan.
Kami menuju Lantai 15 Unit no 301. Setelah sampai di depan pintu berwarna putih, sekertaris Wisnu segera memencet bel di sudut kiri pintu.
Ting tong
Tak lama sosok pria tinggi dan tampan dengan sorot mata tajam memakai celana training berwarna navy dan kaos hitam membukakan pintu untuk kami.
"Astaga, tampan sekali!" hampir saja aku memekik karena takjub, sambil menahan air liur yang seolah akan keluar dari mulutku.
"Ah ... kamu Wis," ucap laki-laki itu, sekilas melihat kearah ku, dan berbalik meninggalkan kami.
Aku dipersilakan duduk oleh sekertaris Wisnu. Kemudian ia mengeluarkan semacam kertas berisi kontrak kerja.
"Itu tadi Mr.Arga, beliau adalah majikanmu. Oia ... Mr.Arga paling tidak suka tinggal bersama dengan orang yang banyak bicara." Sekertaris Wisnu menjelaskan sifat-sifat Arga padaku agar aku bisa lebih berhati-hati ketika menghadapi perangai majikanku.
Arga adalah duda tanpa anak berusia 35 tahun, pemilik beberapa restoran di ibukota dan ia juga seorang chef terkenal, yang sering wara wiri di acara televisi, dan juga CEO di salah satu perusahaan kosmetik nomor satu di negara ini, dan ia adalah anak pendiri perusahaan tersebut.
Pasal demi pasal kubaca,sampai pada pasal 11 tertulis. "Jika pihak 2 mengundurkan diri tanpa alasan yang masuk akal,maka pihak 1 akan membayar pinalti 10kali lipat dari gaji yang bersangkutan."
"Maaf sekertaris Wisnu, kenapa ada pasal seperti ini?" Aku menunjuk pada pasal tersebut.
"Karena Assisten Mr.Arga sering mengundurkan diri tanpa sebab, dikarenakan sifat Mr.Arga yang susah dihadapi dan kami lumayan kesulitan mencari penggantinya, maka dari itu kami membuat pasal itu untuk mengikat assisten baru." sekertaris Wisnu menjelaskan padaku.
"Jadi begitu."
"Meskipun sedikit aneh, tapi gajinya lumayan besar, aku hanya harus bersabar dengan sikapnya,demi Ayah," gumam ku dalam hati.
Kemudian aku mulai menandatangani surat kontrak tersebut.
"Deal." Kami saling berjabat tangan.
"Oke Asta, Itu adalah kamar kamu, dan kamar Mr.Arga berada di atas." Sambil menunjuk ke arah kamar pojok dekat dengan dapur.
"Apartment ini lumayan besar juga." Aku menengok ke kanan dan ke kiri untuk memastikan keadaan sekitar.
"Silahkan Asta bisa Istirahat, saya akan undur diri dulu," ucap sekertaris Wisnu.
"Terima kasih." Aku menjawab dengan penuh suka cita.
Aku berkeliling apartment yang kelihatan lumayan besar dengan halaman belakang yang lumayan luas.
Aku juga berjalan menuju dapur, kusentuh satu persatu peralatan dapur yang kelihatannya tidak murah. Sebagian besar terbuat dari porselen yang pasti tidak murah.
Tiba-tiba aku dikagetkan dengan kemunculan laki-laki tinggi yang tanpa permisi bergerak setenang angin, ia sudah berada di belakangku, ketika aku membalikkan badan, dan otomatis menabrak dada bidangnya.
"Astaga!!" Aku spontan memegang dada karena kaget bukan kepalang.
Dengan suara dingin dia bertanya padaku. "Siapa namamu?"
"Saya Asta." Aku menjawab pertanyaannya dengan suara sedikit bergetar karena takut.
"Lebih baik kamu istirahat! Besok kamu harus bangun pagi-pagi untuk mengerjakan tugas pertamamu di rumah ini," titah majikanku itu.
"Ba–baik, pak—" Aku bersiap membalikan badan menuju kamar.
"Tolong jangan panggil saya bapak! Lebih baik kamu panggil saya Mr. saya paling tidak suka dipanggil dengan sebutan bapak." Kata-kata itu menghentikan langkahku, dan kembali berbalik badan menatapnya.
"Baik," jawabku berlalu meninggalkan pria tinggi dan tampan itu.
Mengapa tidak mau dipanggil bapak? mungkin karena terlalu lama tinggal di luar negeri jadi seperti antipati dengan panggilan bapak.
Jam menunjukan pukul 23:00 aku masih saja tak dapat memejamkan mataku, padahal besok hari pertama ku kerja,bagaimana jika aku kesiangan.
Wajah majikanku itu selalu berputar didalam otak ku. Entah kenapa? Mungkin karena terlalu tampan sehingga membuatku tak bisa berkedip jika menatap parasnya.
Kupaksakan mataku untuk terpejam dan berdamai dengan mimpi dan dengan susah payah aku mampu memejamkan mataku.
❇❇❇❇❇
Pukul 4:30
Aku terbangun karena bunyi alarm ponselku. Dengan mata masih sayu dan raga belum terkumpul, kupaksakan untuk bangun, aku tidak terbiasa bangun sepagi ini, namun mulai sekarang aku harus membiasakan diri.
Kubuka pintu kamarku, tidak ada tanda-tanda keberadaan majikan tampanku, apakah mungkin ia masih tertidur?
Aku menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan memulai pekerjaan rumahku. Menyapu, mengepel dan mengelap seisi rumah itu.
Semua tampak bersih, bahkan debu tak berani menampakkan batang hidungnya karena takut akan kedatanganku.
Tiba-tiba aku dikagetkan kembali dengan kemunculan majikan tampanku. Sepertinya ia baru saja berolah raga mungkin joging atau sejenisnya, aku juga tidak begitu memahami cara olahraga orang kota.
Aku pura-pura mengabaikan keberadaannya, dan masih meneruskan pekerjaan ku mengelap meja televisi.
"Apakah kamu bisa membuatkanku jus apel tanpa gula?"
Aku berhenti sejenak dan menghampirinya yang sedang duduk di sofa depan televisi memandang ke arahku dengan tatapan datar dan dingin namun masih meninggalkan kesan tampan bak lakon dalam drama di televisi.
"Baik saya akan buatkan Mr." jawabku dan menuju dapur untuk membuatkan jus apel tanpa gula.
Tak lama setelah aku menyiapkan jus apel yang ia pesan tadi, kemudian kusodorkan jus itu padanya.
Kulanjutkan kembali pekerjaanku yang sempat tertunda tadi. "Berapa umurmu?" Ia bertanya padaku seolah sedang mewawancaraiku secara personal.
"Saya sembilan belas tahun Mr. Dan kebetulan saya baru satu tahun lulus dari sekolah menengah atas." aku menjawab pertanyaannya dengan lugas dan jelas.
Dia tak meneruskan perkataannya dan pergi menuju kamarnya, sedangkan aku masih sibuk dengan pekerjaanku mengelap meja dapur hingga membersihakan kamar mandi.
pukul 8:00
Dia keluar dari kamar dan sudah terlihat rapi dengan stelan jas berwarna navy blue. Entah kenapa ia terlihat lebih gagah dan tampan dengan pakaian kerjanya, sampai mulutku pun dibuat ternganga olehnya.
"Astaga ... mahluk Tuhan paling seksi!" aku bergumam dalam hati, pikiran nakalku mulai mengotori otakku, andai saja ia menjadi suamiku.
Tiba-tiba ia datang menghampiriku dan berkata
"saya terbiasa sarapan di luar. Jika kamu ingin memasak untuk makananmu sendiri, ini ada kartu kartu atm untukmu, kamu bisa belanja kebutuhan rumah, otomatis jika kartu ini digunakan, pihak bank akan menghubungi via sms banking," tutur Arga menjelaskan padaku.
"terima kasih Mr Arga."
Bersambung
maaf ini karya pertama saya, tentunya masih ada banyak kekurangan.
soal Point Of View. Di sini saya memakai Pov campuran.
semoga bisa dinikmati.
terimakasih,
Novi Wu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
Halo kak Izin pm ya ...
Mampir juga yuk ke karyaku
Don't leave me my dear.
Ditunggu ya..
Terima kasih😊
2022-07-29
0
🍀 chichi illa 🍒
mampir
2022-05-03
0
Lisa Sasmiati
awal yg menarik
2022-02-03
0