Andrian semprotkan parfum di tubuhnya untuk sentuhan akhir. Lalu ia raih kunci mobil di atas nakas ruang tamu, matanya menangkap pintu kamarnya yang tak kunjung terbuka sedari malam. Andrian menghela nafas gusar mengingat pertengkarannya dengan Nadin. Perasaan merasa bersalah menyergap Andrian, namun Andrian masih bingung harus melakukan apa sekarang.
Andrian putar pikirannya mengingat kebersamaan nya bersama Nadin. Ia meyakinkan tubuhnya untuk melangkah mendekat, namun lagi lagi. Ia tenggelam pada perasaannya.
Hingga, terlalu lama berpikir. Suara decitan dari knop pintu yang terbuka, membuyarkan Andrian dalam ke-kalutannya. “Nadin..” gumam Andrian berupa bisikan lirih.
Nadin berdiri dengan pakaian lengkap. Namun, yang membuat Andrian tercengang. saat Nadin mengenakkan gaun malam, yang ia kenakkan saat di pesta malam itu.
“Maasss Andriaann!! ” sapa Nadin melambaikan tangannya penuh semangat. Kakinya berlari kecil menghampiri Andrian yang berdiri mematung.
“Nadin.” panggil Andrian memastikan. Nadin mengangkat kedua alisnya polos.
“Apa? ” Tanya Nadin dengan wajah yang berseri-seri seperti biasanya. Andrian menghela nafas, lalu ia pijat pangkal hidungnya sekilas. “Mas capek ya?? ” Nadin bertanya lagi, namun dengan raut wajah cemas. Andrian menggeleng, lalu ia raih dagu Nadin, lalu ia dongakan wajah Nadin.
“Kamu tidak marah sama saya? ”
Andrian bertanya dengan sorot mata elang yang menatap Nadin dalam. Nadin menggelengkan wajahnya, dengan cengiran khas Nadin. Ia kembali tersenyum.
“Engga... yang salah juga Nadin kok, seharusnya Nadin itu engga lancang buka-buka lemari nya. Lagian juga pantes kalo Nadin dimarahin, secara Nadin kan masih orang asing di mata mas. Makanya, sekarang Nadin yang mau minta maaf. Seharusnya Nadin engga buka-buka lemari mas, apalagi sampai pake baju nya a-”
“Stop Nadin!”
Andrian menjatuhkan jari telunjuk nya diatas bibir peach Nadin. Nadin mengerjapkan matanya, menurut untuk diam. Dan tidak melanjutkan ocehan nya lagi. “Kamu bukan orang asing dimata saya. ” tekan Andrian.
“Selama mas Andrian masih ngomong saya' sama Nadin, berarti Nadin masih orang asing dimata nya mas Andrian!”- balas Nadin mencebikkan bibirnya kesal.
Andrian menghembuskan nafasnya kasar. Ia tak habis pikir dengan Nadin, bagaimana perempuan dihadapannya, kini bisa melupakan begitu saja kesalahan nya tadi malam. Seharusnya Nadin lah yang marah, atau bahkan bisa saja Nadin memaki-maki Andrian. Lalu setelah itu, gadis di hadapannya akan berontak, dan memilih pergi meninggalkan Andrian.
“Mas Andrian kok diem sih...” gerutu Nadin dengan nada merengek. “Pasti mas Andrian gasuka ya, Nadin panggil dengan sebutan itu. ” Nadin mendesah pasrah.
“Nadin, seharusnya kamu tidak seperti ini. kamulah yang seharusnya marah sama saya. ” ujar Andrian meraih pundak Nadin. Nadin menggigit bibirnya gugup, lalu ia alihkan pandangan nya kearah yang lain.
“Mas Andrian..”- panggil Nadin lembut, berhasil membuat Andrian meneguk ludahnya kasar. “Nadin engga punya hak buat marah, selama ini kan Nadin yang selalu ngejar- ngejar mas Andrian. Jadi, Nadin harus terima segala konsekuensi nya..” ujar Nadin dengan senyum manis yang terbit di bibir manisnya.
“Tapi... kalau emang suatu saat nanti, hati mas Andrian emang bukan buat Nadin. — Nadin juga akan terima kok, Nadin bakalan mundur. Dan biarin mas Andrian bahagia sama pilihannya!! - ujar Nadin dalam satu tarikan nafas. Andrian mengatupkan bibirnya memandang Nadin yang yang seolah olah sedang membayangkan kejadian suatu saat nanti dengan gerakan tubuhnya.
“Nanti Nadin juga akan yakinin ibu, kalau ga semua hal yang kita inginkan itu harus tercapai. Hhhhh, Nadin engga bisa bayangin kalau bapak tahu kita ngga jadi nikah, pasti bapak seneng banget! makanya, Nadin akan jauh-jauhh dari bapak. Dan coba untuk rawat ibu! biar Nadin juga engga bergantung terus sama mereka!! Apalagi sama mas Andrian...” Nadin bercloteh layaknya anak kecil yang sedang membacakan dongeng. Ia kembali menarik nafas, lalu,
“Tapi, Nadin bakalan terus berjuang buat terus sama mas Andrian terus kok! Apalagi sama Azka.... Hhhhh Nadin kangen sama Azka. ” Nadin memelankan nada nya diakhir kalimat. Namun, ia kembali berujar,
“Tapi mas! Nadin nanti akan stop panggil mas Andrian dengan sebutan itu lagi ya... Kalau semisal nanti mas Andrian emang bukan jodoh Na---- mmppsshh”
Andrian tak suka.
Ia marah.
Ia marah, saat gadis di hadapannya berbicara seolah-olah mereka akan berpisah. Ia benci akan hal itu, untuk membayangkannya saja Andrian enggan.
Tak ingin membiarkan Nadin bercloteh lagi, segera Andrian bungkam bibir Nadin dengan bibirnya. Lalu ia bopong tubuh Nadin dengan mudah. Takut terjatuh, Nadin langsung kalungkan kedua tangan nya di leher Andrian yang menggendong nya di depan. Andrian dudukan tubuh Nadin diatas meja pantry.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
sedihnya dengar kata² Nadin
2023-07-20
0
A.0122
mungkin orang lain berpikir nadin gadis yg bisa melupakan luka itu dgn muda tpi nyatanya nggk justru dia terlalu sakit karna luka itu dan disimpan sendiri olehnya karna itu dia menutupi luka dihatinya dgn sifatnya yg kekanakan and lebay gitu
2021-03-21
0
Nurpadilla Lala
gimana sih ,udah cinta juga masih belum nyadar 🤭 dokter Andrian,ntar nyesel Lo😄
2020-12-16
0