chapter 17

Nadin membuka matanya, saat mendengar suara Andrian memanggilnya. Bibirnya terbuka, gagal mengeluarkan suara saat tangan Andrian memberi instruksi untuk tetap diam.

“Nadin. ” Andrian memanggil Nadin tanpa suara.

“Apa? ”

Balas Nadin pelan masih menatap lurus Andrian. Bibirnya mengatup refleks saat Andrian mengusap rahang nya lembut. “Dokter..” saut Nadin menahan nafasnya. Andrian tak mengiraukan panggilan Nadin, ia justru menundukkan wajahnya mendekat ke arah Nadin.

Cup

Andrian mencium Nadin lembut. Membimbing Nadin dalam ketenangan, langsung kedua kelopak mata Nadin tertutup mengikuti naluri tubuhnya. Andrian terus mengeksplor bibir nadin, hingga keduanya hanyut, dengan Nadin yang membalas ciuman Andrian.

Nadin terlena dengan sentuhan tangan Andrian pada ***********. Ia melenguh pelan saat Andrian mulai mempermainkan titik sensitifnya. Hingga Nadin tak mau kalah mulai melepaskan kancing kemeja Andrian yang sudah terbuka beberapa.

“Nadin!”

Andrian guncangkan pundak Nadin melihat gadis itu terlelap begitu nyenyak. Andrian mendapati Nadin yang tertidur di kamarnya, saat setelah ia menyelesaikan tugasnya di ruang tengah.

“Emhhh dokterhh. ”

Andrian menyeringit. Ia sudah tak sabar mendengar jawaban Nadin atas pertanyaan nya siang tadi, apakah Nadin bersedia menikah dengan nya. Maka dari itu ia memberikan Nadin waktu untuk berpikir, dan ternyata bocah itu sedang tertidur.

“Ahh”

“NADIN! ”

Mata Nadin langsung terbuka lebar, matanya hampir keluar saat mendapati Andrian yang berada di hadapannya, dengan pakaian lengkap. "Ah, bukannya tadi ia sudah melemparkan jas itu??! " batin Nadin.

“Dokter... ”

Gumam Nadin tak percaya. Ia langsung bangun mengambil posisi duduk tegak, lalu menatap Andrian dengan pandangan shock. “Jadi? ” Nadin mengantungkan kalimat nya dengan cara bermonolog. “Tadi cuman mimpi?! ”

Nadin merutuki dirinya dalam hati. Ia mengalihkan tatapan nya salah tingkah, dengan wajah berkeringat merah padam. Andrian yang melihat itupun segera menempelkan punggung tangan nya pada kening Nadin. “Kamu sakit? ” tanya Andrian tanpa sadar dengan raut wajah cemas.

Nadin langsung menggeleng cepat. “Engga dokter. ” balas Nadin dengan senyum kikuk. Ia merasa malu pada dirinya sendiri yang bermimpi melakukan hal itu dengan Andrian.

“Lalu? wajahmu kenapa memerah. ”

Tanya Andrian penasaran.

“Karena abis mimpi basah.”- jawab Nadin cepat.

“Kau mengatakan apa Nadin?”- Nadin bernafas lega mendapati Andrian yang tak paham dengan jawaban tak sadar nya itu.

“Engga apa-apa dokter. ” balas Nadin tersenyum bersungguh-sungguh. Andrian manggut-manggut sekilas, lalu meraih kedua pundak Nadin.

“Saya mau kamu jawab pertanyaan saya Nadin. ”

“Pertanyaan apa? ” Nadin memasang wajah polosnya, yang membuat Andrian berdecak kesal.

“Tadi siang. ” tekan Andrian menatap tajam Nadin dengan mata elangnya. Bukannya takut, justru Nadin semakin menyeringitkan keningnya bingung.

“Apa? ” ulang Nadin menatap wajah Andrian. Andrian lepaskan cengkraman nya pada pundak Nadin, lalu ia menyugar rambutnya yang berantakan ke belakang. Semakin menambah kesan panas pada dirinya.

“Saya lamar kamu. ”

Andrian menarik nafasnya dalam. Yang terpenting sekarang adalah Azka, anaknya. Yang membutuhkan figur seorang ibu.

“Kamu setuju nikah sama saya? ”

“Setuju!”

Nadin langsung menjawab nya semangat. @walnya Andrian terdiam dengan jawaban Nadin. Namun, seperkian detik kemudian ia menarik sudut bibirnya tersenyum smirk.

“Kamu yakin dengan jawaban kamu? ” Nadin mengangguk meng-iya kan.

“Kamu tahu saya belum mencintai kamu, kan. ” pertanyaan Andrian kali ini, seperti sebuah pernyataan untuk Nadin. Yang membuat hati gadis itu mencelos dengan perasaan nya.

“Tau..” jawab Nadin seperti sebuah cicitan kecil. Andrian manggut- manggut kembali, lalu ia bangkit dari duduknya. Tubuhnya menjulang tinggi membuat Nadin harus mendongakkan kepalanya. Andrian masukkan tangan nya pada saku celana.

“Sekarang kamu siap-siap Nadin. Saya akan mengenalkanmu pada keluarga besar saya.”

Nadin langsung mengangguk setuju. Andrian tersenyum puas, lalu ia tundukkan wajah nya.

Cup.

Bibir Andrian mendarat tepat pada kening Nadin. lalu setelah itu, Andrian langsung keluar dari kamar dengan menutup pintu. Sedangkan Nadin, ia membeku pada tempatnya. Perilaku yang Andrian berikan padanya, membuat Nadin melambung tinggi. Merasakan jutaan kupu-kupu hinggap di perutnya.

Terpopuler

Comments

keysha Azzahra

keysha Azzahra

nyosorrrrrr lo nafsu sm ego lo mngalahkn sglnya,,orang klo g suka ato g cinta jngn kn nyium dket z males,,lah ini s adrian udah ky kue pukis z lu nempel muna lo munafik

2021-03-21

0

Heri Mahesa

Heri Mahesa

gak cinta aja nyosor2 terus apalagi klo dah bucin,wuiih pasti beeonde2,gak lepas,secara da lama puasa😛😛😛

2021-03-15

0

Sri Rahayu

Sri Rahayu

ga cinta tp nyosor aja kaya soang....😏😏😏

2021-02-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!