Terangnya rembulan, menghiasi suasana malam yang begitu tenang, se-tenang Andrian dan Nadin. Sekarang Keduanya masih tertidur pulas dengan begitu lelap. Jika tadi Nadin yang memeluk Andrian, kini Andrian lah yang tanpa sadar memeluk tubuh Nadin yang memunggunginya.
Tanpa mereka sadari, seseorang telah berdiri dengan wajah shock. Melihat lurus arah pandang pada posisi Andrian dan Nadin sekarang.
“Tenang Riiyy... anakmu sudah besar. Sudah waktunya memang ia menikah.”
Tak ingin mengusik lama-lama. Wanita itu mengeluarkan ponselnya, lalu memotret Andrian dan Nadin yang tertidur. Wanita paruh baya yang tak lain adalah Riyanti, ibu dari Andrian. Menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir.
“Pokoknya papi harus liat foto ini! biar mereka cepet cepet di nikahin! ” seru Riyanti dalam batinnya berencana.
Langsung saja Riyanti melenggang pergi dari apartmen Andrian dengan mengunci pintunya. Ia tak ingin menjadi Andrian yang ceroboh, tak mengunci pintu apartment begitu saja. Untung saja Riyanti yang masuk bagaimana jika yang lain, bisa gawat.
Huussshhh.
Angin berhembus begitu kencang, seperti nya akan turun hujan setelah ini. Jendela apartment Andrian yang berada beberapa jarak di kedua sisi televisi Andrian, membuat hordeng bergerak sayup sayup.
“Engghh.”
Nadin membalikkan badan nya menghadap Andrian, ia menendang kaki Andrian yang berada di atas satu paha nya. Tangan nya yang bebas mendorong rahang Andrian yang berada di pundak nya. Nadin terganggu, oleh suara angin juga berat tubuh atletis Andrian. Bukan, hanya itu, tak bisa diam dalam tidur adalah salah satu kebiasaan Nadin. Ia akan menggusur seluruh barang yang mengusik tidurnya.
Lihat saja sekarang.
Nadin kembali tidur setelah menjatuhkan tubuhnya untuk berbaring miring diatas sofa. Andrian menggeram terusik, masih dengan mata terpejam. Andrian melayangkan tangan nya mencari cari hal yang ia kira guling.
Mata Andrian menyipit khas orang bangun tidur. Dengan segera, Andrian menjatuhkan badan nya tepat di sisi tubuh Nadin. Ia langsung peluk Nadin dengan erat layaknya guling. Posisi Andrian yang berada di pinggir, tak menjadi masalah. Karena size sofa yang lebar.
Tidak memperdulikan rontaan Nadin, Andrian melingkarkan tangan nya pada perut Nadin. Hingga tanpa keduanya sadari, mereka saling bertengkar satu sama lain dalam tidur nya.
Nadin mencoba keras untuk membalikkan badannya memunggungi Andrian. Namun, pria itu tak suka. Ia langsung membawa Nadin dalam dekapan nya. Ia tenggelamkan Nadin dalam dada bidang nya, kaki nya sudah memeluk paha Nadin erat. Membuat Nadin tak segan segan untuk berteriak merasakan sesak.
“LEPAASIINN!!! ” rengek Nadin gemas menepuk nepuk dada bidang Andrian.
Tersadar dari lelapnya tidur. Andrian terjengkit kaget, dan langsung menjauh dari tubuh Nadin. Nafas keduanya terengah-engah. “Ngapain kamu disini Nadin??!! ” geram Andrian menunjuk-nunjuk Nadin kesal.
“Mau tidur lah dokter! ” balas Nadin acuh, dan kembali menutup matanya. Tak terima dengan jawaban Nadin, Andrian bopong tubuh Nadin ala karung beras.
“EH DOKTER JANGAN KDRT DONGG! ” pekik Nadin santai, tak memperdulikan tubuhnya yang di bopong.
Andrian turunkan Nadin di atas ranjangnya. Nadin terkikik senang, berhasil membuat Andrian marah lagi. “Ih dokter lagi pms yaa.”
Nadin kembali tertawa sendiri, dengan ucapannya yang sebenarnya tak lucu. Andrian menghempaskan pantatnya pada pinggiran kasur. “Kamu diem! sekarang tidur! jangan ganggu saya lagi. ” tekan Andrian berhasil membuat Nadin mengerucut kan bibirnya.
Keheningan terjadi, Nadin yang duduk di tengah ranjang. Sedangkan, Andrian yang duduk memunggungi nya di pinggiran kasur.
“Dokter.. ” panggil Nadin memecahkan keheningan diantara mereka.
“Hm. ” balas Andrian berupa deheman singkat.
“sebenernya kita ini apasih? ”
Andrian terdiam.
10 detik.
1 menit.
2 menit.
Nadin merutuki bibirnya yang berbicara spontan, pasti Andrian akan memarahinya lagi setelah ini pikir Nadin. Nadin tergagap berusaha mencairkan suasana.
“Eehh lupain aj- ”
“Menikahlah dengan saya Nadin. ”
Potong Andrian tegas. Nadin meneguk ludah nya dalam, ia terdiam mencerna kalimat singkat yang di ucapkan Andrian. Andrian menoleh kebelakang, lalu ia beringsut maju dari posisi nya, tangan nya merengkuh pipi Nadin yang memerah malu, Merasakan keterdiaman Nadin. Andrian segera mengatakan.
“Kalau kamu setuju, kita akan menikah secepatnya ”
Setelah itu, Andrian beringsut mundur. lalu, turun dari kasur. Keluar kamar dengan langkah tenang. Meninggalkan Nadin yang masih terdiam.
“Setuju dokter.. ” bisik Nadin dengan kedua sudut bibirnya yang terangkat.
“Setuju! setuju! setuju! ”
Nadin memekik kencang, dengan semangat ia bangkit dari duduknya. Lalu menggerakan tubuh nya asal, kakinya berloncat-loncat di atas kasur. Dengan senyum manis, yang menghiasi bibir merah alaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
A.0122
ini andrian bakal punya anak baru bkn istri br dah dgn sifat nadin yg begitu
2021-03-21
0
Roro Ayu Murwani
bocah yg hauss kasih sayang
2020-12-13
0
Yuliana
nadin bisak gak jual mahal.. perempuan itu biar pun lemah harus punya harga diri.. ini belum nika aja udah nyusup ke dekap cwok 😩😩 uuuhhhh untung cwok nya masih bisa tenang coba klo G habih dehh kamu nadin
2020-11-01
1