chapter 12

Andrian mencengkram kedua pundak Nadin dengan mengguncang-guncang kan nya. Berusaha membuat tangis Nadin berhenti, justru isakan semakin keluar dari mulut Nadin. Andrian frustasi. Ia tidak tahu harus bagaimana, mengapa perempuan dihadapannya menjadi begitu gila ?! Salah Andrian apa ?!

“Nadin. Bangun sekarang! ” bentak Andrian setelah sekian lama ia terdiam dengan posisi yang memangku Nadin. Tanpa permisi, Nadin langsung turun dengan wajah yang menunduk dalam.

“Kamu tunggu sini. Jangan kemana- mana. ” sergah Andrian yang diangguki kecil oleh Nadin. Setelah Andrian berjalan keluar dari bilik toilet, Nadin kembali menangis sambil menutup mulutnya. Ia kalut. ia sangat malu sekarang.

“Kalo dokter Andrian engga mau nikahin Nadin setelah kejadian ini gimaaanaaaaaa!! ” Nadin mendengus kesal sambil menghempaskan pantatnya kasar ke atas closet yang tertutup.

Tidak lama kemudian Andrian datang dengan papper bag ditangannya. Setelan jas nya sudah berubah, menjadi pakaian casual. Nadin dibuat melongo saat pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan Andrian yang sudah mengganti baju.

“Pakai ini.” titah Andrian menjatuhkan paper bag di atas lantai. Lalu kembali keluar, untuk memberikan Nadin ruang dalam berpakaian.

Nadin mengangguk lesu. Walau ia tahu pasti Andrian tidak melihat anggukan nya. Wajah nya meringis mendapati wajah dingin Andrian tadi. Uh pasti dokter Andrian marah banget sama Nadin!!

Tidak lama waktu yang dibutuhkan Nadin untuk mengganti pakaian. Ia langsung keluar dan menghampiri Andrian yang tengah memainkan ponsel baru nya. “Eh ponselnya saja sudah ganti. Padahal baru tadi rusak nya.” gumam Nadin.

Nadin menarik nafas, lalu menghembuskannya. Terus berulang, hingga ia siap untuk melontarkan kalimat.

“Dokter Andrian.”

Panggil Nadin dalam satu tarikan nafas. Andrian yang posisi sedang bersender pada tembok samping westafel dengan wajah menunduk, kini mendongak menatap Nadin dengan tatapan yang susah sekali di baca.

“Udah? ” Tanya Andrian datar. Nadin menyatukan kening nya bingung, udah? udah apa??!

“Udahi hubungan kita?! enghhh engga mauu!”

Tanpa sadar Nadin menggeleng kesal. Andrian yang melihat itupun sedikit heran, namun ia tidak memperdulikannya. Andrian berjalan melewati Nadin, tanpa menunggu jawaban dari Nadin.

“Tuhh kann, dokter pasti maraahh!” Nadin menghentak-hentakan kakinya kesal. Ia langsung mengekori Andrian yang berjalan jauh di depannya.

Ternyata acara sudah selesai. Nadin memberengut kesal, selama itu kah ia dan Andrian berada di kamar mandi. Ugh! pasti Nadin sudah menghancurkan juga mood Andrian, batin Nadin berkata.

...--------------...

Tidak ada percakapan didalam mobil. Kedua nya lebih banyak diam, namun tidak sepenuhnya dengan Nadin. Sepanjang jalan wanita itu memikirkan untuk rangkaian kata maaf, namun selalu gagal. Bibirnya saja kelu untuk berbicara.

Hingga akhirnya kepercayaan diri Nadin kembali bangkit. Bibirnya sudah ia siapkan untuk mengeluarkan kata maaf.

“Turun! ”

Pundak Nadin merosot, ia menatap Andrian dengan wajah semelas mungkin. Ternyata mereka sudah sampai pada pekarangan rumah Nadin. Bukan lagi hotel yang Nadin inapi sendirian sejak kemarin. “Dok.. ”

“Turun Nadin, sudah malam.” Nadin mengangguk lemas. Ia langsung keluar dari dalam mobil dengan perasaan cemas. Tanpa sadar mobil Andrian sudah melenggang jauh, setidaknya Nadin dapat bernafas lega melihat rumahnya yang tampak gelap dari luar.

Nadin melangkah mendekat kearah pintu utama rumah bapak bersama ibu tirinya. tentu saja saudara kandung nya disini sudah tak ada,

Cklekk

Bruukk

“Akh! ”

Nadin tersungkur diatas ubin yang dingin. Punggungnya di dorong secara kasar. Lampu rumah yang mati pun menyala terang. Nadin menggeser tubuhnya kebelakang dengan takut. Matanya menatap bapak, ibu tiri, dan satu adik tirinya yang berdiri tepat di depan pintu yang sudah tertutup.

“DASAR KUPU-KUPU MALAM! ” teriak Arinda, yang tak lain adalah ibu tirinya. Nafas Nadin memburu saat tatanan rambutnya dijambak oleh sang bapak. Kepalanya pening mendapati saraf-sarafnya seperti tertarik saat rambutnya di jambak kuat oleh Abraham.

Plakk

Plakk

Nadin meringis ngilu dengan bibir bergetar. Kedua pipinya merasakan panas. Ia ditampar secara bergantian dengan ibu dan adik tirinya. Tangan Nadin berusaha melepaskan cengkraman tangan sang bapak dari rambutnya.

Plakk

Nadin kembali lagi ditampar,sudut bibirnya mengeluarkan darah, pipi nya memerah lebam.

Bruukk

Tubuh Nadin di hempaskan begitu saja kelantai. Bibir Nadin tidak mengeluarkan sepatah katapun selain ringisan, bibirnya terbuka membentuk huruf O' merasakan nyeri pada sekujur tubuhnya.

Nadin menjadikan tangannya untuk bertumpu pada ubin di kedua sisi nya. Agar ia tidak terjatuh sempurna dalam keadaan nya yang tersungkur duduk.

Mata Nadin terpejam merasakan sakit yang menderu.  Ia kumpulkan tenaga untuk bangkit. Namun,

Punggung nya dicambuk sang bapak dengan memakai gesper.  Terus terulang,  hingga tubuh nadin melingker bak udang merasakan dingin nya ubin pada lengan nya. Ia meringkuk,  mencoba melindungi tubuhnya. Namun punggung, dan lengan nya kembali di cambuk.

Nadin tak lagi bisa menghindar. Matanya tak kuat untuk terbuka,  bibir nya merintih dengan bergetar. 

“JALA,NG TAK TAU MALU! ”

Pipi Nadin yang bersentuhan langsung dengan ubin.  Kini ikut terangkat saat rambutnya kembali di tarik secara kasar oleh sang bapak.

“ABIS BERMALAM KAMU DENGAN PRIA KURANG AJAR ITU!!  HAHH?!  JAWAB NADIINNN!!! ”

Wajah Nadin yang mendongak paksa,  menggeleng lemah.  Wajahnya menoleh saat kedua pipinya di jepit kasar oleh satu tangan sang ibu.  “Kalau kamu berani bersama dengan Andrian!  Saya gak akan segan-segan buat ngusir kamu dari rumah!! ” Bentak Arinda menggeram kesal dengan mata menyalang marah.

“KALAU KAMU MASIH SAYANG PADA IBUMU!  JAUHI ANDRIAN! KALAU TIDAK! BAPAK AKAN SEGERA MENCABUT SELURUH BIAYA RUMAH SAKIT NYA!! ”

Nadin langsung menggeleng cepat.  “J-jangan pakk.. ” Nadin merintih saat pipi nya kembali di tampar oleh sang ibu. Tangannya di cengkram kuat, dipaksa bangun dengan tubuhnya yang nyeri. 

Tubuhnya linglung saat berdiri.  Namun lagi-lagi ia harus merasakan,

Bruukk.

Tubuh Nadin didorong keras Arinda. Hingga tersungkur lemah di tengah tengah ruang tamu. Tanpa mengatakan sepatah katamu,  ibu bapak dan adik tirinya melenggang pergi keluar dari rumah, dengan membanting pintu. Meninggalkan Nadin yang terkulai lemah diatas dinginnya ubin.

Mata Nadin perlahan terpejam. Kesadaran nya sudah mulai mengecil. Kepala nya sangat nyeri untuk tetap bertahan membuka mata. Bibirnya bergetar menggigil. Hingga tanpa sadar,  setetes air mata lolos dari sudut matanya.

Terpopuler

Comments

Arik Kristinawati

Arik Kristinawati

pergi jauh nadin persetan dg kmu py ibu....kmu lma2 mati...biar ibumu drwat drmh sakit kn yg biayai bpkmu....intinya kmu pergi dah ....

2022-05-06

0

A.0122

A.0122

kejam banget bapaknya padahal bapak kandung loh ini, klau ibu dan saudara tiri jahat mah wajar ga ada ikatan darah lah ini bapak kamdung sendiri jahat bgt

2021-03-21

0

Heri Mahesa

Heri Mahesa

BPK yg SDH dipengaruhi wanita luknnut ya begitulah,da gak da rasa sayang ma anak sendiri 😖😖😖

2021-03-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!