Nadin menggigit bibirnya, tercengang melihat pemandangan sekitar yang membuat matanya penuh binar ke terpukauan. “Ih keren banget. ” pekik Nadin menggenggam erat ujung jas Andrian yang sedang berjalan di sampingnya.
“Ck ck ck. ” decak Andrian tak mau ambil pusing akan tingkah Nadin.
“Ih dokter kenapasih, kan emang rumahnya bagus tau. Bukannya Nadin norak ya! tapi ini emang gedenya berlipat lipat dari rumah Nadin kali! ” seru Nadin cemberut. Andrian menggeleng sabar melihat perempuan disampingnya.
Tangan Andrian yang tadinya dimasukkan ke saku, sekarang beralih menyeret tangan Nadin untuk mempercepat langkah mereka. “Kalo jalan yang bener Nadin! ” gertak Andrian menatap Nadin tajam.
“Ya sabar sih dok. ”
“Saya udah sabar terus ya sama kamu— Dan ya satu lagi! Jangan panggil saya dokter di depan ibu saya! ” peringat Andrian penuh penekanan. Nadin hendak membuka suaranya, namun segera di potong oleh Andrian.
“Jangan membantah! ”
“Iya iya , ish marah marah mulu sih jadi orang, terus kalo Nadin nggak panggil dokter Nadin panggil apa dong!”- gerutu Nadin dalam batin nya.
Tak terasa, mereka sudah sampai didepan pintu besar yang menjulang tinggi. Tangan Andrian beralih merengkuh pinggang Nadin, lalu membawanya masuk setelah pintu itu terbuka dari dalam.
“Waaahh! ”
Mata Nadin berbinar melihat seisi rumah itu, walaupun sepi. Namun para maid berjejer menyambut kedatangan mereka. Matanya sedikit melirik kearah Andrian yang menatap lurus depannya.
“Ibu.”
Panggil Andrian tanpa canggung. Nadin menyeringit kan keningnya heran “Kok orang kaya manggilnya ibu ya, biasanya mom mama atau apa gitu.” batinnya.
“Woahhh anak ibu sudah besarrr.”
mata Nadin membelak melihat seorang ibu paruh baya yang masih terlihat cantik, walaupun kerutan memang sudah tumbuh di area wajahnya. “Pantesan anaknya ganteng, ibu nya aja begini.” ujar Nadin berbisik.
“Ngomong apa kamu Nadin?”- tanya Andrian menunduk menatap Nadin dengan tatapan intograsi.
“Ehh engga dok.”njawab Nadin dengan gugup.
“Andrian? Ini siapa nak? Ibu gapernah ngerasa punya anak cewe deh.” ujar ibu Andrian setelah berdiri dihadapan keduanya. Nadin lepaskan tangan Andrian yang berada di pinggangnya, lalu memberi kode agar Andrian membalas pelukan ibu nya.
“Huh dasar dokter galak! Pwluk ibu aja pake canggung begitu.” Nadin kembali memberi komentar lewat batinnya.
“Ini Nadin ma, calon istri aku.” jelas Andrian setelah pelukan itu terlepas. Tangannya kembali merengkuh pinggang Nadin sedikit lebih dekat.
“Ehm.”
Dehem Andrian menyadarkan Nadin dari lamunan nya. “Iya bu, aku Nadin pacarnya Andrian hehe. ” ujar Nadin lembut, lalu sedikit membungkuk kan kepalanya sekilas dengan anggun.
“Astaga Andrian?! Kamu gasalah kan, ini pasti kamu maksa dia buat jadi pacar kamu kan! Andrian kamu bukan pedofil kan?!! ” tanya ibu Andrian cepat. Ia menutup mulutnya kaget sambil menatap Nadin dari ujung kaki hingga kepala. Kepalanya menggeleng geleng tak percaya.
“Bukan lah bu! ” jawab Andrian tak terima. Matanya melirik Nadin yang mengerjap-ngerjapkan matanya dungu, ingin sekali rasanya Andrian menjitak kening Nadin sekarang.
“Kenapa bu? Nadin bukan anak kecil lagi kok, malah udah bisa hasilin anak buat do- bang Andrian.” jawab Nadin sopan.
“Bang?! Abang maksudmu?? Jadi kamu adik nya Andrian? Astaga Andrian, ibu tau kamu emang pengen punya adik. Tapi ga gini juga kali! ” seru ibu Andrian dengan logat terkejutnya. “Ini malah adik-adik an kamu, yang kamu mau jadiin istri. Ibu gamau ya! Kalo kamu maksa orang buat nikah sama kamu”
“Astaga, apasih bu. Nadin emang masih muda,tapi bukan berarti Andrian pedofilia.”
“Jangan bilang kalo kamu udah jebolin anak orang duluan???!!!”
“Ibu-”
“Astaga Andrian! Ibu gapernah ngajarin kamu berbuat kaya gitu! Cukup bapak kamu aja yang nakal, dan bikin ibu hamil sebelum nikah! akamu jangan!”
Nadin mengusap lembut lengan berotot Andrian guna menyalurkan rasa sabar dan tenang dalam dirinya. Biarpun Nadin memang bocah ingusan yang petakilan terhadap suatu hal, tapi tetap saja. Dalam keadaan seperti ini ia tidak boleh makin menyulitkan suasana.
“Engga gitu bu, Nadin manggil dia abang, karena didepan ibu aja hehe... tapi kalo lagi berdua biasanya kita sayang-sayang an kok. Nadin gaenak aja kalo manggil Andrian sayang' di depan ibu.. Hehehe.” jelas Nadin panjang lebar dengan kekehan nya.
“Jadi kamu beneran pacar Andrian?”- tanya ibu Andrian memastikan. Nadin dan Andrian segera mengangguk kompak. Sang ibu pun menarik kedua sudut bibirnya tersenyum.
“Terus cucu ibu mana?? ” Andrian dan Nadin saling menatap serentak.
“Nini.”
Panggilan kecil itu terdengar membuat seluruh kepanikan yang sedang terjadi menjadi lega seketika. Andrian yang sedang mencoba menghubungi temannya itu langsung menoleh ke arah sumber suara.
“Azka!”
Dengan serempak seluruh orang yang berada diruang tamu memanggil Azka. Andrian langsung menghampiri sahabatnya Verrel, yang tak lain adalah rekan dirumah sakit yang sama dengannya. “Aduhh jadi ini nih orang tua yang bertanggung jawab? ” celetuk Verrel congak membuat Nadin meringis malu.
“Telfon lo mati rel.” ujar Andrian merengkuh Azka yang berada di gendongan Verrel.
“Iyalah, orang ponsel gua aja dimainin mulu sama ni tuyul” jawab Verrel menyentil pelan dahi Azka.
“Thanks.” balas Andrian acuh meninggalkan Verrel yang masih berdiri diambang pintu. Verrel berdecak malas lalu mengekori Andrian, yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri.
“Eh nak Verrel, gimana kabarnya?”
“Baik dong bu! Kan ada Andrian yang jagain Verrel mulu”
“Cuih.” balas Andrian seolah olah berdecih tak suka.
Andrian mengambil duduk disebelah Nadin pada sofa yang muat untuk dua orang. Sedangkan Verrel duduk di sebelah Rianti, yang tak lain adalah nama dari ibu Andrian.
“Ontyy Nadinn” pekik Azka berusaha menggapai gapai tubuh Nadin supaya menggendongnya. Andrian memberikan Azka pada Nadin, lalu dengan suka hati Nadin membawa Azka duduk dipangkuannya, menghadapnya. Andrian mencubit sisi kanan pipi gembul Azka, sedangkan tangan kirinya tanpa sadar bertengger manis pada pundak Nadin.
Nadin mengangguk-nganggukan kepalanya antusias mendengar celotehan manis Azka yang sedang menatap nya. Pemandangan manis itu tak luput samasekali dari tatapan haru Riyanti, dan Verrel yang menyiratkan binar mata kebahagiaan.
“Woahh berasa liat keluarga cemara gue.” celetuk Verrel mengundang tawa seluruhnya. Bodyguard yang memang biasa berjaga di beberapa meter dari letak keberadaan mereka pun diam diam tersenyum. Sedangkan Nadin, wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus.
“Jadinya kapan kamu mau nikahin Nadin Andrian?” tanya Riyanti membuat jantung Nadin berdegup dua kali lipat lebih cepat.
“Secepatnya bu.”
Jawab Andrian dengan suara manly nya, Jelas dan juga tegas. Nadin menatap Andrian yang masih bermain dengan Azka dipangkuannya. Senyum terbit dari bibirnya, Nadin bersumpah. Ia tidak akan pernah menyesal mengenal dokter yang sering ia sebut galak di sampingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
moga pernikahan kontrak Nadin berubah bahagia..
2023-07-20
0
Roro Ayu Murwani
nadinnya bocah bgt yah hahhaa
2020-12-12
0
Naura Azahra
Azka cwe pa cwo,,,ko jadi binggung cih
2020-10-12
2