“Dokter, kita mau kemanaa?”- rengek Nadin dengan senyumnya yang tidak mau luntur sedari tadi.
Andrian menatap perempuan di sampingnya malas. Tangannya yang sempat ingin memegang setir mobil, kembali lagi ia hempaskan keatas paha. Lagi dan lagi.
“Dokter au? ” tawar Nadin di sampingnya dengan mulut yang dipenuhi kebab. Andrian bukannya menjawab, malah langsung menancap gas mobil dengan tiba tiba. Membuat Nadin tersedak kaget.
“Uhuk! uhuk!”
Andrian kembali mengentikan mobilnya mendadak. Membuat Nadin yang belum memakai sabuk pengaman, terpentok kearah dashboard. Untung saja, kebab yang Nadin genggam sudah ia habiskan dalam suapan terakhir tadi.
“Kamu gapapa?”- tanya Andrian cemas. Tangannya menarik pundak Nadin yang meluruh, agar kembali duduk sempurna. Ia meringis pelan, saat melihat jejak kemerahan pada kening Nadin.
“H-ha?”
Tanya Nadin dengan mata sayu. Andrian dengan sigap memegang kedua pundak Nadin erat saat ingin kembali meluruh. “Nadin? kamu dengar suara saya? ” tanya Andrian menjepit kedua dagu Nadin, mengarahkan sepenuhnya wajah Nadin agar menghadapnya. Terlihat anggukan kecil dari Nadin.
“Hoouh. ”
“Terus kenapa kamu jadi teler begini?! ” seru Andrian sambil mengguncangkan bahu Nadin. Tanpa sadar nada suaranya meninggi, membuat perempuan dihadapannya dengan cepat mendongak.
“Dokter kan dokter! Kenapa harus nanya saya?! Mana saya tau! Lagian yang sakit kepala saya! Bukan kuping saya! Kalo emang dokter mau marah, marah aja! Gausah pakai ngebentak bisa?! ”
Sergah Nadin mendorong dada Andrian yang hampir melekat dengan tubuhnya. “Maksud saya bukan seperti itu Nadin. ” ujar Andrian merasa bersalah. Tangannya kembali ingin menggapai pundak Nadin, namun segera Nadin hempaskan dengan cepat.
“Mau dokter tuh apasih? udah satu jam kita di mobil. Tapi dokter belum ngomong apa-apa! Kalau emang gamau jelasin yaudah! Biar Nadin yang jelasin, kalo dokter cuman pura-pura kan di hadapan bapak! ” nafas Nadin tersenggal-senggal sehabis mengatakan itu semua dalam sekali helaan nafas.
“Niat saya emang pengen nolong kamu Nadin...”
“Nolong a — mmmm ”
Andrian membungkam bibir Nadin yang kembali ingin protes, dengan bibirnya. Alisnya sedikit terangkat licik saat merasakan bahwa tidak ada pergerakan dari gadis dihadapannya. Andrian yakin, bahwa ini adalah firstkiss bagi Nadin. Karena ia dapat merasakan ketidak nyamanan pada gerakan bibir Nadin yang mulai bergerak bersama bibirnya.
Tangan Andrian mulai mengelus rahang Nadin lembut, membuat Nadin yang merinding menjadi membuka kedua belah bibirnya. Mempersilahkan lidah Andrian bergerak lincah didalamnya.
Keduanya saling terbuai akan suasana. Nadin sendiri sudah tidak memperdulikan rasa sakit pada kening nya. Andrian yang sudah lama tidak memenuhi kebutuhan biologis nya menjadi terhanyut. Hingga ketukan pada kaca membuat kedua nya tersadar.
Tok Tok Tok
Andrian segera melepaskan ciuman mereka yang sudah memasuki tahap frenchkiss. Ia merapihkan jass nya yang berantakan, bersama dengan matanya yang menatap penampilan Nadin tak percaya.
“Dokter, baju Nadin r-robek” cicit Nadin pelan seperti layaknya anak kecil yang mengadu pada ibunya. Andrian menjedotkan kepalanya gemas, di atas tangannya yang mencengkram stir mobil.
Ia tak percaya dengan apa yang barusan dilakukannya. Dilepaskannya almamater yang ia gunakan, lalu ia lingkarkan pada bahu Nadin dengan sempurna. “Hadapkan tubuhmu ke belakang! ” seru Andrian memberikan instruksi yang langsung di angguki Nadin.
“I-iya”
“Jangan balikin badan sebelum saya tutup lagi kaca nya!”- titah Andrian galak dengan wajah memerah. Ia sedikit melirik ke arah bawah, melihat gundukan dibalik celananya yang mengembung. Andrian menghela nafas, lalu menatap sekilas Nadin yang sudah memunggunginya.
“Kenapa?”- tanya Andrian setelah kaca mobil di sisinya sudah turun terbuka. Ternyata perempuan berseragam suster lah yang mengetuk kaca mobil.
“Ehh anu dok, itu— Anak dokter...”
“Anak saya kenapa?!”
Nadin membalikkan tubuhnya refleks. “Azka kenapa?!”- tanya Nadin mencodongkan tubuhnya, wajahnya ia sedikit miringkan guna menatap suster yang terhalang oleh bahu tegap Andrian.
Nadin memeluk Andrian dari belakang dengan melingkarkan kedua tangannya pada leher pria tersebut. Tubuhnya terlonjak lonjak mencari posisi yang nyaman. Membuat Andrian sedikit terhuyung kebelakang karena gerakan Nadin.
“Azka mencari papanya dok, tapi tenang aja kok, saya bisa di ajak kompromi. Lanjutin aja bikin adik buat Azka nya ya dok... saya permisi! ”
Seru suster itu segera melenggang pergi dari pandangan Andrian. Dengan wajah menahan malu, Andrian mengatur kaca itu agar kembali tertutup. Matanya memejam menahan amarah pada gadis dibelakangnya. Ia baru saja ke-gep melakukan hal yang yang tidak-tidak di dalam mobil.
“Nadin!!! ” sentak Andrian membuat Nadin segera melepaskan pelukannya.
“Dokter galak banget... Marah-marah muluu! ” seru Nadin kesal sambil memanyunkan bibir nya beberapa senti kedepan.
Jika tidak dalam keadaan seperti ini, Andrian yakin akan mencubit bibir itu hingga sang empu mengerang kesakitan. Tapi jiwa laki-lakinya sedang menginginkan hal lain. Yang malah membuatnya harus menahan gejolak dalam dirinya.
“Cepet rapihin— Eehh kamu mau ngapain Nadin?! ”
“Rapihin baju pak dokter. ” jawab Nadin polos dengan tangan yang sudah bertengger manis memegang kancing Andrian yang terbuka.
“Rapihin baju kamu sendiri Nadin.” geram Andrian mengeraskan rahangnya. Nadin hanya menganggukan kepalanya, sambil membenarkan kaosnya yang tersingkap hingga atas perut. Lalu tangannya kembali mengaitkan kancing tembaga pada celana jeans nya yang terlepas.
“Iihh, pak dokter ada-ada aja sih. nafsu tuh di kontrol pak! jangan mentang mentang dokter mau nikahin Nadin, bisa apa-apa in Nadin sesuka hati ! Kalo mau macem-macemin Nadin, ya nikahin Nadin dulu! ”
Gerutu nadin yang terdengar jelas pada telinga Andrian. Ia sedikit meneguk ludahnya kasar, saat melihat tubuh mulus Nadin dengan kulit seputih susu. Ukuran bukit yang tadi sempat Andrian rasakan juga seperti tidak wajar untuk seumuran Nadin.
Ia sendiri tidak menyangka kalau Nadin memiliki bagian tubuh yang menonjol, mungkin karena efek pakaian longgar yang Nadin kenakan selama ini. Sangat pas saat di genggam oleh tangannya.
"Astaga Andrian! dia masih bocah." batin Andrian berteriak.
Di sisi lain, Nadin sendiri sedang berperang dengan banyak pertanyaan dalam pikirannya. "Uuhhh!! bibir Nadin udah ga perawan lagi huaaa!! tapi gapapa deh, kan yang ngambil juga suami Nadin di masadepan....Tapiii, ish bandel banget sih kamutu! sekalinya ciuman masa langsung raba raba! Pasti dokter Andrian kapok deh kalo gini... Liat dada aku yang lurus kaya jalan tol! "
...•••••...
Nadin dan Andrian pun telah sampai pada salah satu taman kota yang keadaanya cukup sepi pada sore hari ini. Andrian menitipkan Azka pada temannya yang juga adalah salah satu staff rumah sakit, karena nanti ia sendiri masih memiliki shift malam. Dan akan kembali ke rumah sakit.
“Dokter sini duduk! ” titah Nadin semangat sambil menarik nafas lalu menghembuskannya berulang kali dengan senyuman pada bibirnya.
“Indah bangett. ”
Puji Nadin melihat taman dengan sekelilingnya yang ditumbuhi pepohonan segar, tanaman, air mancur, dan beberapa lampu berwarna yang menghiasi. Walaupun berada di kota, tapi taman ini sangat asri dah jauh dari polusi. Mungkin karena keberadaannya yang cukup dalam.
“Ada yang mau saya bicarakan Nadin.” ujar Andrian yang diangguki Nadin dengan cepat.
“Iya dokter, Nadin akan dengerin. ” balas Nadin nurut dan mulai merubah posisi nya menjadi menghadap Andrian dengan sempurna.
“Aku akan menikahimu.” Nadin menggigit bibirnya dengan pipi bersemu merah. Ia sangat senang sekarang, sangat.
“Tapi..”
“Tapi apa ?!”- tanya Nadin penasaran. Andrian terkekeh kecil yang tiba tiba saja membuat bulu kuduk Nadin merinding.
“Kita menikah di atas kontrak.”
Deg.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
kasian Nadin cuma dinikahi kontrak
2023-07-20
0
Maya Mawardi
enak aja ya si dokter
2021-02-10
0
@azma@
waduh ... seenak jidat tuh dokter
2020-12-19
0