chapter 4

Dengan malas bocah itu menaruh dagu mungilnya bertumpu pada tangan yang terlipat. Pipinya yang chubby, mengembung bosan. Ia memandang malas eskrim di hadapannya, jika tadi memang ia menginginkan sekali ice cream itu, tapi sekarang tidak, sama sekali tidak.

“Mas, emang shift kamu sampai jam berapa? ” tanya seorang perempuan matang dengan nada suaranya yang lembut. Azka memutar bola matanya malas, mendapati kedua orang bersama malah asik tanpa memperdulikan keberadaanya.

“Malam, kalo mau pulang, duluan aja.” jawab pria di sampingnya. Yang tak lain adalah Andrian, sang papah dari Azka. Ia sedikit melirik kearah putrinya yang duduk dengan wajah murung disampingnya.

“Ehh, yaudah deh aku pulang duluan ya mas. Azka mau ikut sama mamah?” tanya wanita itu membuat Azka menegakkan duduknya lalu menatapnya sangar.

“Anty bukan mamah Azka!! ” pekik Azka nyaring dengan mata yang memerah. Keberadaan mereka yang sedang berada di kantin umum rumah sakit, membuat banyak pasang mata melihat ke sumber suara.

Andrian menatap tajam wanita didepannya, yang tak lain adalah Caroline. Salah satu, wanita pilihan ibunya untuk berkencan dengan dirinya. Ia mendengus kasar, namun tetap mempertahankan sikap tenang nya. Tanpa babibu, Azka telah terangkat oleh kedua tangan papahnya yang membawa nya kedalam gendongan.

Andrian melenggang pergi tanpa permisi dihadapan caroline. Dengan wajah menahan amarah, Caroline segera bangkit lalu menyeret kakinya kesal keluar dari kantin rumah sakit.

Di sisi lain, Nadin sedang membawa bubur untuk kembali ke kamar ibu nya. Ia tidak sempat melihat kejadian barusan, karena niatnya setelah mengantar bubur adalah untuk pulang. Dan melamar pekerjaan.

“Semoga nanti bisa dapet pekerjaan!”

Ujar Nadin pada dirinya sendiri kita sudah sampai di lorong belakang tempat ibu nya dirawat. Ia sedikit celingak celinguk, karena mendengar suara yang tidak asing baginya. Tidak peduli dengan rasa penasaran, Nadin segera masuk kembali ke kamar sang ibu dan meletakkan bubur di atas meja khusus makan pembaringan ibu nya.

“Terimakasih sayang” puji sang ibu dengan senyuman melihat Nadin kembali membawa bubur. Nadin mengangguk, lalu membantu sang ibu untuk mengambil posisi duduk.

Tok Tok Tok

Gedoran tak sabaran itu membuat keduanya menoleh kaget, lalu saling berpandangan, dan kembali melemparkan tatapan bingung. Baru saja Nadin ingin mengambil ancang ancang untuk membuka pintu, namun dalam sekali hentakan pintu itu sudah terbuka. Menampilkan sosok yang membuat mata keduanya membulat.

“Bapak.” gumam Nadin lirih melihat siapa yang datang. Ia sedikit menyeret langkah kakinya mundur saat pria yang disebut nya bapak itu melangkah maju.

“Halo keluargaku! ” seru sang bapak congak dengan tawa nya, yang malah membuat Nadin semakin menjaga jarak, takut menghadapi sikap bapaknya. “Hei nak? kenapa kamu mundur? takut sama bapak?” tanya bapak Nadin bertubi-tubi. Nadin langsung menggeleng keras tanpa menjawabnya.

“Kedatangan bapak ketemu kalian itu. Pengen ngasih sesuatu kabar gembira! Jadi jangan takut oke?! ” seru sang bapak dengan senyum lebarnya. Mempermainkan kumis tebal yang bergoyang kala bapak itu berujar.

“Besok bapak akan membawa Sinta untuk melamar Nadin. Bapak pastikan sinta akan mendapatkan yang dia inginkan. DAN ITU, membuat bapak ber inisiatif untuk membagikan kebahagian yang bapak rasakan saar ini juga. Jadi bapak membawakan ANGGUR untuk kalian BERDUA! ”

Mata Nadin hampir saja keluar dari tempatnya. Ia mengangkat dagunya angkuh, dengan langkah cekatan. Ia menghampiri sang bapak yang sedang sibuk membuka tutup botol anggur dengan tangan nya. “Jaga perilaku bapak pak! Ini rumah sakit, bukan tempat judi! ” seru Nadin merebut botol itu dalam sekali hentakan.

“KURANG AJAR KA-”

Happ

Tangan bapak itu yang ingin mendarat sempurna pada pipi Nadin, melayang. Saat ada tangan kekar lainnya yang menangkap pergerakan tangan sang bapak. Nadin yang sudah siap mendapatkan tamparan itu masih mengalihkan wajahnya, keningnya menyeringit saat tidak merasakan sakit pada pipi nya.

“Do-dokter Andri-an. ” Nadin langsung mengalihkan pandangannya saat mendengar suara bapaknya memanggil orang yang sangat ia kenal dengan nada tercekat.

“Selamat siang.”

Sapa Andrian santai dengan senyum di wajahnya. Tangan yang tadinya mencekal, sekarang beralih menepuk pundak bapak nadin dengan gaya maskulin. Wajahnya yang sempat mengeras, sekarang berubah menjadi se-tenang mungkin. Seperti sedang tidak terjadi apa-apa barusan.

“Ehh— dokter, dokter mau periksa ibu ya? mari dokter. ”- ujar Nadin berusaha mengalihkan suasana. Pergerakan pinggangnya yang kikuk, menjadi terhenti saat lengan kokoh itu memeluk nya dari samping.

“Sayang, kamu lupa hari ini hari apa?”- tanya Andrian memeluk pinggang Nadin dengan kedua tangan nya dari samping.

“Ha-hari ini? Oohhh iyaa! hari ini jadwal ibu check up k-kaann. ” balas Nadin tergagap-gagap tanpa melihat wajah Andrian yang sudah menatap nya tajam. “A-apa?”- tanya Nadin polos saat Andrian menjepit dagunya, membuat wajahnya sangat dekat dengan Andrian sekarang.

“Masa kamu lupa sih, sama anniversery kita yang ke satu tahun.” rengek Andrian manja.

Mata Nadin membulat, wajah nya memerah antara malu dan senang dalam bersamaan. Bapak Nadin yang berada di sebrang sana mengepalkan tangannya merasa di permainkan, sedangkan ibu nya sudah menutup mulut nya yang membulat karena terkejut mendengar perkataan dari Andrian.

Andrian menggertakan gigi nya kesal, yang langsung ditangkap anggukan cepat dari Nadin. Perlahan Nadin mulai menegakkan posisi berdiri nya, yang tadi sempat miring karena menghindar dari pelukan erat Andrian di sampingnya. “Iya ya dok, maaf aku lupa hehehehe. ”

Jawab Nadin diakhiri cengiran khas nya. Andrian manggut-manggut paham, lalu kembali menarik pinggang Nadin kedalam rengkuhannya. Ia melangkah mendekat satu langkah kearah bapak Nadin, di ikuti oleh Nadin di sampingnya.

“Saya Andrian Nasution pak. Pacar Nadin. ” ujar Andrian sambil mengulurkan tangan kanan nya yang tadi memeluk Nadin.

“Maksud kamu apa?! ”

“Maksud saya? Saya ga ada maksud apa-apa.”

“Kamu ini kan dokter Andrian! Yang mau saya lamar dengan anak saya!”

“Oh, kalo soal itu saya tidak tahu apa- apa. Dan Nadin adalah pacar saya. Jadi lupakan saja lamaran itu. Karena saya dan Nadin akan segera menikah.”

Ujar Andrian lugas dan jelas dalam sekali ucapan. Wajah dari Abraham, yang tak lain adalah bapak dari Nadin. Terlihat pias, matanya membulat seperti ingin keluar. Tangannya yang bertengger pada pinggang nya yang gempal, terlihat ingin meremukan wajah orang dihadapannya.

Andrian masih mempertahankan senyumnya yang terkesan formal. Sedangkan Nadin tidak henti henti nya tersenyum penuh makna sedari tadi. “Nadin. Gua tunggu lo dirumah!!” ujar Abraham menunjuk nunjuk marah wajah Nadin.

Brakk

Pintu yang tadi nya terbuka lebar, kembali tertutup. Andrian menghembuskan nafasnya lelah, ia memijit pangkal hidungnya yang bangir. Nadin yang melihat pergerakan pusing dari Andrian menjadi salah tingkah.

“Dokter Andrian.” panggil Nadin manja dengan wajah memerah.

“Apa?! ” jawab Andrian berseru. Nadin terlonjak kaget, lalu mengerucutkan bibirnya kesal.

“Dokter beneran mau nikahin Nadinn? ” tanya Nadin malu-malu, sambil mempermainkan jari-jarinya salah tingkah. Andrian memejamkan matanya, menahan emosi. Ia sendiri bingung dengan apa yang baru dilakukannya tadi.

“Permisi bu, saya izin bawa anak ibu keluar. ” izin Andrian tanpa sadar merangkul pinggang kecil Nadin kembali. Sang ibu pun, langsung mengangguk cepat dengan semangat.

“Iya dok! Bawa aja, saya ganyangka loh. Ternyata anak saya punya pacar modelan dokter begini.. Uuuhhhh, dasar anak bandel ya! Kenapa ga bilang aja sama ibu, kalo kalian udah pa--”

“Isshh, ibu apa apan sih. Malu tau, diliatin dokter Andrian!”- potong Nadin masih dengan sikap malu malu nya. Andrian menggeram pelan, menahan untuk tidak memutar bola matanya.

“Nadin, ayo.”

Andrian pun beranjak pergi. Dengan, genggaman tangannya pada Nadin. Ia mempersilahkan Nadin untuk keluar lebih dahulu, sebelum akhirnya ia tersenyum pada sang ibu Nadin yang sedang menatap senang kearahnya dari ranjang.

'Astaga Nadin, mimpi apa saya semalam.'

Terpopuler

Comments

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

bahasa seorang ayah ke anak spt itu thorr🤔🤔

2024-12-27

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

Nadin jangan terlalu tinggi angan mu,,takut Andrian hempaskan

2023-07-20

0

Roro Ayu Murwani

Roro Ayu Murwani

bapeerrrr

2020-12-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!