Perjalanan yang tidak memakan waktu lama itu berhenti di salah satu kedai makan yang terletak dipinggiran kota.
Tempatnya bernuansa hijau yang memberi kesan asri pada penampilannya. Nadin menggendong Azka yang masih larut dalam tidurnya. Ia memilih tempat di dalam kedai daripada di luar, guna menghindari polusi udara yang tidak sehat untuk anak-anak.
“Permisi nyonya, selamat datang di kedai bahagia”
Salam staff toko dengan senyuman lebar. Nadin sedikit terkekeh lucu saat mendengar nama kedai itu. Ia mengangguk kepalanya sopan dan segera duduk di meja berbahan kayu. Masih dalam menggendong Azka. Nadin letak kan tas mini sekolah Azka di tempat duduk sampingnya. Dan tangan nya pun mulai bergerak membuka lembaran demi lembaran menu kedai bahagia.
“Nasi goreng seafood dua, sama juice mangga nya dua ya mbak. Juga air mineral ga dingin nya satu.”- pesan Nadin segera membuat pelayan kedai mencatat menu pilihannya. Nadin mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kedai, ia merasakan sejuk dalam hawa kedai ini.
Cinta kita melukiskan sejarah~
Dering ponsel Nadin bertema lagu cinta sejati terdengar. Nadin segera mengangkat telfon itu dengan semangat, setelah melihat siapa gerangan yang menelfon.
Papah Ian is calling
“Nadin, sedang dimana kamu?”- tanya Andrian tanpa babibu di sebrang sana.
“Lagi makan sebentar sama Azka pah”- jawab Nadin senang.
“Ohh, barusan kamu manggil saya apa?”- tanya Andrian lagi yang membuat Nadin terkekeh jail mendengar pertanyaan protes dari dokter ibu nya itu.
“Lagi makan sebentar sama Azka pak”- ulang Nadin menahan senyum nya. Andrian yang mendengar panggilan berbeda dari Nadin hanya menghembuskan nafas sabar.
“Coba, saya mau lihat wajah Azka”- pinta andrian membuat nadin membulatkan bibirnya refleks. Andrian yang tidak mendengar sahutan dari Nadin pun, tanpa izin meminta panggilan untuk di alihkan pada panggilan vidio.
«mengalihkan» Nadin menggeser tombol untuk menerima panggilan vidio. dan terpampanglah wajah Andrian yang sedikit terkejut melihat pemandangan didepannya.
“Azka tidur?”- tanya Andrian yang tidak dibalas oleh Nadin. Ia sibuk memandangi wajah segar Andrian. Apalagi Andrian sedang mengenakkan pakaian Dokter nya. semakin meninggalkan kesan tampan pada dirinya.
“Din?”- panggil Andrian tidak mendengar sautan dari Nadin.
“Eh i-iya , tadi Azka langsung tidur abis pulang sekolah.”- jelas Nadin sedikit gugup. Matanya membulat saat melihat sesuatu yang belum pernah di tunjukkan Andrian sebelumnya kepadanya. “Dokter senyum?”
“Kalau iya, kenapa?”- jawab Andrian membuat Nadin terkekeh senang karena ada sedikit kemajuan dalam gaya bicara Andrian yang tidak se kaku biasanya.
“Gapapa sih dok, cuman Nadin nya kesenengan aja. Berasa liat bidadara dari langit ke tujuh”- gurau Nadin dengan gaya nya yang lebay. Andrian yang mendengar hal itu menarik sudut bibirnya, sedikit terhibur akan tingkah bodoh remaja di layar handphone nya.
“Emang kamu pernah lihat bidadara?”- tanya Andrian mengangkat satu alisnya jail. Nadin kelagapan, dan menyegir setelah itu. Menunjukkan deretan gigi putih nya yang tersusun rapih.
“Gapernah sih dok, hehehe”- jawab Nadin diakhiri cengiran nya. Azka yang merasa terusik akan percakapan keduanya menjadi menggulatkan kecil badan nya dalam dekapan nadin. Kepala mungil nya menengok kearah belakang, membuat wajah nya bertatap muka dengan sang papa.
“Papa!”
Pekik Azka girang. Nadin merubah posisi Azka menjadi menghadap Andrian sekarang. Tangannya masih melingkar manis di pinggang kecil Azka. Mulailah percakapan demi percakapan yang dilakukan Azka dan papa nya. Membuat Nadin tersenyum dan sedikit meringis saat Azka mengatakan bahwa nenek nya berniat menjodohkan papanya.
“Papah, besok Azka mau ketemu onty Olin dong”- ujar Azka dengan logat anak kecil nya. Andrian yang mendengar itu langsung mengalihkan pandangan nya ke Nadin yang meringis ngilu.
“Oohh Caroline?”
“Hooh! Onty Olinn”
Nadin mengerucutkan bibirnya kesal. Mendengar percakapan ayah dan anak yang mulai menjurus membahas calon ibu bagi Azka. Ia sedikit sebal saat tidak ada yang membahasnya diantara kedua orang itu. Apalagi sekarang kan sedang membahas calon ibu untuk Azka, tidak bisa kah Nadin masuk kedalam kandidat nya.
Di tengah tengah percakapan itu tiba tiba pelayan datang dengan dengan nampan berisi pesanan nya. Nadin mulai menyendok kan nasi goreng seafood itu ke mulutnya dan juga mulut Azka. Dengan telaten Nadin menyuap kan nasi goreng itu, sambil sesekali merapihkan nasi yang jatuh di sekitar bibir Azka.
“Piih twapi Aka mo nya onty Ain yang jadi mama Aka.”
Yes! Bravo. Nadin menggigit bibir nya menahan senyum nya yang peka terhadap perkataan Azka. Jika ada kasur di sampingnya, mungkin nadin akan loncat-loncat an girang saat mendengarnya.
Andrian yang mendengar hal itu memasang ekspresi yang membuat nadin merenggut kesal. “Dokter kenapa? itu bibir nya biasa aja dong, minta banget di cium ya?!”- ujar Nadin dengan sikap sok manis nya. Azka tertawa sambil menutup mulutnya terkejut. Sedangkan Andrian melotot kan matanya,
“Nadin! ada anak kecil disini.”- balas Andrian tegas langsung membuat nyali nadin menciut. Ia meringis pelan merasa bersalah, dan kembali menyuapi Azka dengan telaten.
Perasaan Andrian menghangat. Dapat ia rasakan, bahwa anak nya sangat nyaman bersama Nadin. Sesekali ia melihat mereka saling bercanda, bertukar cerita. Dari lubuk hatinya yang paling dalam, Andrian ingin anak nya merasakan kasih sayang seorang ibu.
Namun dirinya lah yang belum siap untuk menggantikan posisi mendiang istri terkasihnya. Yang masih ada dalam bayang-bayangnya. Yang membuatnya masih bertahan dalam status duda beranak satu. Dan mengunci rapat rapat keinginan biologis yang sedang meluap luap pada umurnya ke 27 tahun ini.
“Dokter, baterai hp Nadin low. Azka udah selesai makan, habis ini nadin anterin Azka kerumah sakit?”- tanya Nadin selesai menyuapi Azka yang sekarang sedang fokus melihat wajah papahnya dilayar komunikasi.
“Ya Nadin, saya tunggu. ha-”
Nadin mengangkat alisnya menunggu apa yang ingin diucapkan Andrian. Namun baterai nya tidak dapat diajak kompromi. Ia mengerucutkan bibirnya sebal, lalu menggendong Azka dan segera keluar dari kedai bahagia itu.
Sedangkan di sisi lain, Andrian menghembuskan nafas nya berat. baru saja ia ingin mengucapkan kalimat hati hati namun gagal.
“Baiklah, mungkin itu bagus. Untung segera terputus. Jika aku mengatakannya, mungkin bocah ingusan itu akan semakin menyukaiku.” gumam Andrian menggelengkan kepalanya tak percaya dengan apa yang hampir terjadi.
...••••••...
Nadin sekarang sudah berada di lobby rumah sakit. Banyak pandangan yang membuat nya risih sekaligus percaya diri. Tangan nya sekarang sedang menggenggam jemari mungil Azka yang berdiri di sampingnya. Pastinya itu akan membuat dirinya menjadi pusat perhatian staff-staff rumah sakit yang berlalu lalang.
Tanpa terasa, dengan langkah yang menyesuaikan mereka sudah sampai didepan ruangan Andrian. Dengan semangat 45 nadin membuka pintu ruangan tanpa mengetok terlebih dahulu.
“Haa-lo dokter.”- sapaan Nadin yang sempat terputus. Ia lanjutkan seperti tidak melihat hal hal yang mengganggu di hadapannya. Dihadapannya kini sudah terpampang nyata andrian dan seorang perempuan yang nadin yakini adalah teman Andrian. Ia mengangkat alisnya sinis sambil berjalan mendekat.
“Hai Azkaaaa.”- pekik wanita berpakaian minim di hadapannya. Azka yang memang orang nya welcome terhadap orang pun tersenyum manis. Sedangkan Andrian sekarang sibuk menggendong Azka yang sedang berbicara bersama wanita dihadapannya.
Nadin menggigit bibir bawahnya. ia seperti nyamuk pengganggu diantara keluarga bahagia didepannya sekarang. “Yaudah dok saya permisi.”- izin Nadin tersenyum. Ia membalikkan tubuhnya sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Pasti ditahan, ayo dong Dok. tahan saya biar ga pergi. Tahan saya dok. Tigaa, duaa, saa-"
“Nadin.”
Yes! Nadin memutar tubuhnya kembali dengan percaya diri. “Ya dok?”- tanya nya berusaha bersikap se anggun mungkin.
“Memakai kedua sepatu yang berbeda apa sekarang sedang trend di usiamu?”
Deg.
Nadin langsung menunduk kearah bawah. Mulutnya terbuka membentuk hurup O dengan sempurna. Wajahnya memerah menahan malu, ia kembali menatap andrian yang terlihat seperti sedang menahan tawa disana. Ia mengalihkan pandangannya dan berhenti di wajah wanita yang sedang memandang nya remeh.
Nadin mengangguk cepat dengan wajah watados nya. Dengan cekatan ia langsung beranjak pergi dengan langkah lebar dari ruangan itu. Matanya tanpa terasa berair karena rasa tak rela,
Tak rela ia dipandang aneh lagi oleh sang dokter Andrian-
"Ihhhh kezel! sebel! sebel banget!!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
sabar Nadin.. suatu saat dokter tu perasaan juga
2023-07-20
0
Alinanggana
kayanya dh pnah baca tp lupa
2021-08-02
0
Angel Tamara
nadine msh bocil bukannya mkir sekolah kek, biar pinter 🙃
2021-05-10
0