Terhitung dua jam Val resmi menjadi murid SMA Veastalis nama Val sudah menjadi trending topic hangat di kalangan semua siswa. Wajah tampan yang tampak innocent, tubuh tinggi atletis, senyum hangat menyenangkan. Paket komplit yang pacar-able kalau kata anak gaul. Idola semua anak perempuan terutama di kelas ku.
"Selamat pagi semua, nama ku Val dan cukup panggil Aku Val saja supaya kita dekat" And see? Mengerti kenapa Val langsung menjadi idola sejuta siswi perempuan. Jika saja tidak mengerti sejarah percintaan Val yang hanya pernah suka pada anak perempuan yang di kenalnya sat usianya kurang dari tiga tahun aku pasti akan mengira jika Val adalah playboy cap kakap yang sudah mematahkan hati banyak gadis dengan tampang charming dan tanpa rasa bersalah.
Jam istirahat Val berasa menjadi artis dadakan. Banyak murid terutama berjenis kelamin perempuan berbondong-bondong datang ke meja tempat kami duduk di kantin minta berkenalan. Kericuhan baru agak mereda setelah kedua kakak ku memasuki kantin.
Semua murid perempuan yang tadi mengerubungi kami berpaling dan berbalik mengerubungi Farrel dan Andros. Memang begitu kenyataannya, pamor Val yang baru dua jam ini masih kalah dibandingkan ketenaran kedua kakak ku yang sejak dulu menjadi pujaan banyak gadis.
"Tanubrata? Bukannya itu nama keluarga mu, ya Rea?" Val langsung bertanya pada ku.
"Hm" aku menyahut malas. Mie ayam yang menggiurkan di depan ku mendadak tidak menarik lagi setelah mendengar topik yang di bahas Val.
"Tapi kok kayak nya mereka gak peduli sama kamu? Harusnya kan kalo kamu adik mereka semua orang juga akan dekat ke kamu karena ya, kamu bisa jadi jalan pintas untuk mereka mendekati kakak-kakak mu?" Val tetap berbicara tanpa menyadari perubahan ekspresi ku.
"Orang-orang Tanubrata itu juga tampak nya tidak peduli ada mu" Ucap Val lagi tanpa menghentikan kegiatan makannya.
"Apa itu ada hubungannya dengan memar di wajah mu?"
Brak! Tanpa sadar aku menggebrak meja. Tidak keras tapi cukup membuat Val terkejut jangankan Val aku juga terkejut dengan tindakan ku sendiri setidaknya tidak ada yang memperhatikan lagi. Aku tidak meminta maaf "Val bisa kamu nggak bahas itu sekarang? Dan, jangan bahas itu lagi kapan pun juga jangan pernah bilang pada siapa pun jika aku bagian dari mereka" Aku langsung memberitahu Val tentang siapa aku sebenarnya tidak ada gunanya aku berbohong jika nantinya Val bisa mencari informasi dari Kak Hera atau Kak Rendra, dan tentu saja ada ancaman jika Val membocorkan rahasia penting ini kepada siapapun tanpa terkecuali aku akan menjauh dan bersikap aku tidak mengenalnya lagi sampai kapanpun itu. Awalnya aku bingung sendiri kenapa mulut ku ngelantur memeberi ancaman tidak jelas macam itu terutama saat orang yang ku beri ancaman itu baru ku kenal kemarin, tapi ternyata Val langsung berjanji dengan wajah agak memelas agar aku tidak bertindak demikian.
Aku membiarkannya dan kami menghabiskan makanan kami dengan hening setelahnya.
Hingga pulang sekolah aku menjadi agak pendiam. Satu sekolah benar-benar tidak ada yang mengetahui hubunhan ku dengan kedua kakak ku kecuali Val, kak Hera, dan tentu saja dua orang yang bersangkutan. Mungkin di tambah petugas administrasi yang tidak akan membocorkan identitas murid pada siapa-siapa. Di name tag seragam ku sendiri hanya tertera Andrea T. tanpa kepanjangan apa pun tidak seperti milik kedua kakak ku yang terbordir dengan jelas nama Tanubrata di name tag mereka masing-masing
Sifat dan dan pemikiran ku yang agak lain dari kebanyakan orang menyebabkan orang lain tidak mau repot-repot berkenalan dengan ku di tambah nilai ku yang flat guru tidak akan peduli pada ku kecuali aku membuat masalah dan menurut mereka aku harus menerima hukuman atas perbuatan ku. Mau aku menggambar di kelas seharian tanpa mendengarkan perkataan guru sedikitpun juga tidak masalah bagi mereka selama nilai ku lolos rata-rata, dan aku harus berusaha sedikit lebih keras untuk bagian yang itu.
"Re, Rea, Andrea! Tunggu" dari kerumunan yang mengerumuninya Val terlihat berusaha mengejar ku. Ia agak kesusahan dengan semua siswi yang setia menempeli Val seperti lintah.
Aku terus berjalan. Tugas ku membantu Val beradaptasi di sekolah, dan bel pulang sudah berdering kuanggap tugas ku sudah selesai hari ini.
"Andrea" Tangan ku di cekal seseorang hingga memaksaku untuk berbalik
"Apa lagi?" Tanya ku malas
"Aku minta maaf jika kata-kata ku salah tadi. Aku akan mengantar mu pulang sebagai permintaan maaf ku"
Aku akan membalas ketika seseorang dengan lancangnya mendahului ku.
"Andrea pulang dengan ku. Dia masih ada acara kekuarga dan aku yang akan mengantarnya"
"Maaf tapi kamu siapa?" Val bertanya seolah tidak tahu hubungan ku yang sebenarnya dengan Andros
"Tidak penting kamu tahu siapa aku karena kamu tidak ada urusannya dengan Andrea"Tidak butuh dekat dengan Andros utnuk tahu mood nya sedang tidak baik. Aku bisa, merasakan jika Andros bisa, meledak kapan saja jika ada yang menarik pemicunya.
"Tapi aku adalah teman Andrea dan kurasa Andrea justru tidak mengenal diri mu" Ucapan Val seakan ingin menantang Andros.
Kak Farrel yang sedari tadi setia berdiri di belakang Andros mengambil sikap tidak peduli. Ya, apa pedulinya orang itu jika menyangkut masalah ku, justru Andros yang aneh mendadak sok peduli pada, semua yang aku lakukan
Ku sentak tangan ku dari tangan Val maupun Andros "Kalian selesaikan sendiri masalah kalian aku masih bisa pulang tanpa bantuan kalian sama sekali. Bus masih bertebaran banyak di kota Jakarta ini" Aku segera meninggalkan kedua orang itu sebelum keadaan semakin memanas. Dan mungkin aku harus mengucapkan terimakasih pada Andros yang mengingatkan ku pada tugas yang masih kuemban untuk 'membersihkan' nama baik Tuan Ridwan Tanubrata dari mata kakek.
Bersyukur aku segera mendapat kendaraan yang aku perlukan untuk mengantar ku kerumah kakek. Aku tidak jadi menggunakan bus dan langsung melompat masuk ke taksi pertama yang lewati di depan ku.
Di dalam taksi aku memikirkan apa yang harus ku katakan pada kakek agar tidak menimbulkan masalah lagi untuk kedepannya. Terlalu banyak yang di pikirkan sepanjang perjalanan membuat ku tidak menyadari jika taksi yang ku tumpangi telah sampai di depan rumah kakek. Membayar ongkos sesuai argo dan aku masuk ke rumah kakek. Rumah ini sangat-sangat besar dengan ornamen-ornamen jawa masih tampak jelas menghiasi di beberapa bagian sudut rumah.
Aku segera masuk dan menuju kamar kakek langsung. Kakek tengah membaca buku di atas kursi goyang rotan yang telah berusia lebih dari tiga puluh tahun bamun kondisinya tetap prima. Dulu kursi ini di beli sepasang dengan milik nenek sebelum nenek meninggal lima tahun lalu.
"Kakek, Andrea kangen kakek. Maaf kemarin Andrea nggak bisa datang kek, Andrea harus menjemut teman di bandara" Aku langsung memeluk kakek dan melafalkan dialog yang sudah ku susun dalam taksi dengan nada semanja mungkin.
"Andrea.. Kakek juga kangen, aduh cucu kakek sayang"Kakek mengelus kepala ku. "Kamu baru pulang sekolah kok langsung ke sini sih? Nggak ganti baju dulu? Memang kamu nggak capek? "
"Nggak kek, kan dadi sekolah ke sini satu jalur jadi aku langsung ke sini aja daripada bolak-bakik" Bicara dengan kakek memang harus begini. Sabar dan penuh pengertian, kakek itu orang nya bawel, banyak tanya dan terkesan keppo tapi begitulah cara beliau menyampaikan perhatiannya.
"Aduh. Cucu kakek sudah besar sudah berani keluar sendiri. Dulu siapa yang nangis waktu ketinggalan di puncak? Manggil-manggil nama kakek" Kakek bercerita sambi menunjuk buku yang ia baca. Ternyata itu bukan buku melainkan album foto. Album yang berisi foto saat aku dan Andros kecil. Kami hampir tidak pernah berfoto bersama kecuali jika kakek yang meminta, dan itupun juga duduk berdampingan di atas pangkuan kakek yang saat itu masih tampak lebih muda dari sekarang.
Ada juga foto kamu berempat, kak Deon kakak pertama ku yang saat itu umurnya 13 tahun, kak Farrel 8 tahun dan Andros serta aku yang berusia 6 tahun.
Satu hal yang kusadari dari semua foto ini. Tidak ada, satupun foto ku bersama ayah. Apakah, sebegitu tidak sukanya ayah pada, anak perempuan? Sedih ku dalam hati.
Cklek,
"Ayah, ini aku bawakan jamu pesanan ayah" Pintu terbuka dan masuk Tante Sekar, adik dari ayah "Wah, ada Andrea juga.. Kemarin kok nggak dateng sih Re? Bingung kakek nyariin kamu kemarin. Semua orang di tanyain sama kakek" Tante Sekar menyerahkan gelas berisi jamu berwarna putih kecokelat-cokelatan
"Beras kencur ya kek?" Tanya ku berusaha mengalihkan topik pembicaraan
"Iya, kakek lagi mau yang ini" Jawab kakek sebelum meminum jamu nya. Salah aatu kebiasaan kakek di usia senja nya adalah meminum jamu setiap siang. Tidak tahu apa fungsi nya, tapi sepertinya kakek hanya ingin mengenang almarhumah nenek yang sering meminum jamu dulu.
Tante Sekar tetap di dalam kamar beberapa saat. Ia menunggu gelas jamu kakek untuk langsung di cuci. Kami berbasa-basi sebentar. Ia bertanya seputar sekolah ku, aku bertanya kabar suami dan anak-anaknya. Selesai. Ia malah menyuruh ku untuk bertemu dengan anaknya jika mau, katanya anaknya sudah pulang sekolah.
Sebagai info di rumah besar ini kakek tinggal bersama Tante Sekar, serta anak-anak nya, sedangkan suami Tante Sekar bekerja sebagai pilot hingga jarang pulang.
Tante Sekar adalah anak kakek yang paling bontot, alias paling kecil. Selain Tante Sekar masih ada Tante Erna anak pertama, Tante Ratih anak kedua, ayah anak ke tiga, Tante Tita anak ke empat dan baru Tante sekar anak kelima.
Ayah adalah satu-satunya anak laki-laki yang kakek miliki dan ayah pula yang akan menerima perusahaan yang telah kakek bangun di masa muda nya dulu. Karena itu ayah mendapat perlakuan istimewa saat ia kecil hingga menginjak remaja. Aku simpulkan jika perlakuan istimewa itu yang mem-plot pikiran ayah jika anak laki-laki harus lebih di istimewakan di banding anak perempuan.
Kakek terus bernostalgia dengan setumpuk album foto lainnya. Mulai dari foto saat Kak Deon baru lahir hingga foto saat aku dan Andros beranjak besar. Foto-foto yang lebih lama umurnya juga di keluarkan kakek. Melihat wajah-wajah tente ku saat masih kecil hingga remaja. Membandingkan dengan muka-muka mereka saat ini. Ada yang mirip, ada juga yang berubah jauh.
Kami terus bernostalgia hingga akhirnya tanpa sadar kakek jatuh tertidur. Untung saja tadi kakek sudah pindah ke kasur jika tidak kasihan badannya akan sakit semua duduk di atas kursi goyang yang keras itu.
Perlahan aku keluar dari kamar kakek dan menutup pintu kamar kakek sepelan mungkin.
"Andrea?"
Aku membalik badan ku terkejut. "Iya ada apa tante?"
Ternyata Tante Sekar meengajak ku makan camilan bersama. Katanya hari ini tante membuat es bubur kacang hijau dan ingin mengajak ku makan bersama. Aku meng-iyakan ajakan tante demi kesopanan. Di meja makan sudah ada Guruh anak pertama tante Sekar yang usianya satu tahun di atas ku. Tiara anak kedua tante yang saat ini kelas 2 SMP dan terakhir Winda yang masih berusia sembilan tahun.
Meja makan akan diam seperti kuburan jika tidak ada si kecil Winda yang aktif berceloteh ria. Bertanya macam-macam hal pada semua orang yang ada di meja makan, dan merengek manja pada mamanya.
Hubungan ku dengan semua sepupu ku juga tidak bisa di katakan baik. Kami tidak bermusuhan tapi juga tidak bisa di bilang dekat. Ya, antar kenal tidak kenal lah
"Guruh antar Andrea pulang" Titah Tante Sekar saat aku berpamitan.
"Iya ma" Jawab Guruh patuh pada Tante Sekar
"Tidak perlu tante. Aku akan naik taksi saja" Tolak ku cepat sebelum Guruh mengambil kunci mobil.
"Nggak. Kamu di antar Guruh saja. Sudah mau gelap bahaya" Tante menunjuk langit yang sudah bersemburat jingga. Gelap dari mana coba?
"Iya An, kamu aku anter aja" Guruh juga, menimpali. Kunci mobil juga sudah ada di tangannya. Jika sudah begini aku bisa apa? Mengalah jadi solusi terbaik
Kebetulan satpam yang biasa membukakan pagar sudah pulang duluan tadi, mau tidak mau aku yang membuka pagar. Sebenarnya Guruh juga sudah menawarkan diri tapi aku yang memaksa masa sudah di antarkan pulang masih mau ongkang-ongkan santai di layani
Kejutan lain menunggu ketika aku selesai membuka pagar. Andros berdiri di luar rumah kakek dengan mobilnya yang terparkir tak jauh dari sini.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Jika ingin bertemu kakek, masuk saja, tapi kakek masih tidur di dalam. Jika kamu takut aku menghancurkan nama baik keluarga kalian, kamu tidak, perlu khawatir aku sudah membereskannya"
Rahang Andros mengeras. Apa aku salah bicara?
"Kamu pulang dengan ku"
"Tidak bisa. Kak Guruh sudah mau mengantarku pulang dahulu" Aku menolak ajakan Andros. Aku ingin menunjukkan jika aku bukan boneka yang akan menuruti semua perkataan mereka.
"Aku bilang kamu pulang dengan ku ada yang ingin ku bicarakan" Suara Andros sedikit mengeras hingga Guruh turun dari mobilnya
"Ada apa ini?"
"Kak Guruh aku yang akan mengantar Andrea pulang"
"Apa?" Guruh terlihat kebingungan dengan tingkah Andros. Jangankan Guruh, aku sendiri juga bingung kok.
"Katakan pada Tante Sekar maaf aku tidak bisa mampir ke dalam dan katakan juga padanya aku yang akan mengantar Andrea pulang" Tandas Andros sebelum menarik tangan ku masuk ke dalam mobilnya. Aku mengucapkan maaf tanpa suara pada Guruh. Guruh mengangguk menerima permintaan maaf ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Eca Ayunie
ngilu bacanya,☹️
2020-10-26
0
Alya_Kalyarha
semangat nulisnya kk, udah aku like ya
kalau sempat mampir baliklah ke karyaku "sahabat atau cinta" dan "berani baca" tinggalkan like dan komen ya makasih
2020-06-03
1