Menuju Tahta Naga
Evindro terkejut melihat banyak pendekar yang berbondong-bondong menuju Makam Kuno. Kemudian Joni menjelaskan mengenai situasi Makam Kuno.
"Sebenarnya aku juga tidak menyangka kalau sekarang Makam Kuno telah diambil alih Pemerintahan Sulawesi. Hal ini terjadi sejak kepulangan para pendekar Sulawesi dari kota Bengkulu. Mereka tiba-tiba mendatangi Makam Kuno dengan cara yang tergesa-gesa, sehingga terjadi pertarungan karena masing-masing pendekar ingin memasukinya duluan dan tidak menginginkan siapapun yang mengikutinya."
"Berita ini sampai ke telinga Gubernur Sulawesi, dan setelah Gubernur Sulawesi menggelar rapat darurat, akhirnya diputuskan bahwa hanya orang yang mendapat undangan dari Pemerintahan Sulawesi saja yang diperbolehkan memasuki lokasi Makam Kuno."
Evindro menyimak penjelasan Joni dengan seksama. "Lantas apakah engkau memiliki undangan tersebut?
Joni tersenyum bangga. "Kau masih meragukan kemampuanku? Aku mampu melakukan apapun dengan menguasai Kitab Kaisar Naga. Engkau sendiri menyadarinya bukan?"
Evindro menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku tidak mengerti yang kau katakan, Joni. Sepertinya aku tidak mau tau, sekarang bisakah engkau memberikan undangan tersebut kepadaku?"
Joni mengeluarkan sebuah kartu dari sakunya. "Ini, aku berikan undangannya, berlaku untuk dua orang."
Evindro memandangi kartu yang diberikan oleh Joni. "Apakah engkau tidak ikut? Jika kartu ini hanya berlaku untuk dua orang, aku tidak bisa meninggalkan Yessi."
Yessi tersentuh mendengarnya. "Owh gantengnya Yessi, benarkah yang engkau katakan? Engkau tidak bisa jauh dariku?"
Evindro langsung mendaratkan kitakan ke kepala Yessi. "Jangan terlalu Ge'er kamu, aku hanya tidak menginginkan kebebasan kamu, karena terlalu berbahaya."
Yessi mengusap kepalanya, Joni menyaksikan kejadian itu sedikit tertawa. "Evindro, kamu membebani dirimu sendiri. Oh iya, ketahuilah. Jika aku bisa dengan mudah memberikan kartu undangan kepadamu, menurutmu apakah aku terlalu arogan?"
Evindro tersenyum. "hahahaha. Aku mengerti. Baiklah, sampai bertemu di Makam Kuno."
Evindro mengajak Yessi meninggalkan Joni dan Kaisar Kecil. Dengan petunjuk dari peta yang telah diberikan oleh Joni, Evindro melesat terbang dengan cepat menuju kawasan Makam Kuno.
Dari kejauhan, Yessi melihat ada berpuluh-puluh pendekar berdiri berbaris ke arah satu tempat. "Evindro, coba kau lihat di sana. Apakah mereka para pendekar yang sedang mengantri memasuki kawasan Makam Kuno?"
Evindro mengangguk. "Dugaanmu benar, Yessi. Aku bisa memastikan kebenarannya karena mereka semua membawa senjata masing-masing."
Yessi mengumpat dalam hati, teringat Makam Kuno tempat dia dikurung, Makam Kuno yang berada di kota Batam. "Dasar manusia aneh, apa sebenarnya yang mereka cari? Paling mereka akan mendapatkan benda pusaka yang serupa dengan seruling milikku."
Evindro mengetahui apa yang diomeli oleh Yessi. "Jangan bawel, mereka mungkin seperti yang engkau pikirkan, tetapi tidak denganku. Aku memiliki sebuah misi disini."
Di antrian pendekar, mereka berjumpa dengan Joni yang sudah berada pada barisan antrian. Di sana juga mereka berjumpa dengan Bastian dan seluruh pendekar yang pernah Evindro hadapi baik di kota Kalimantan maupun di kota Bengkulu.
Setibanya di depan gerbang Makam Kuno, Evindro dan Yessi langsung ikut mengantri.
Sebastian melirik ke samping Evindro, tapi tidak berbicara, tapi tatapan inilah yang membuat Evindro merasakan perasaan aneh. Jangankan melihat wajah Sebastian yang tersenyum dan mudah didekati, malahan Evindro merasakan dari orang ini sebuah ancaman yang berbahaya.
Sebastian kemudian di tegur oleh Macan Ompong, "Panglima! Mungkin orang seperti itu yang harus kamu temui!"
“Direktur Arya, ini undangan saya…” Tanpa menunggu Arya Dwipangga berbicara, Sebastian langsung menyerahkan undangan tersebut kepada Arya Dwipangga.
Keluarga Arya adalah keluarga yang memenangkan tender dalam pengelolaan Makam Kuno.
Arya Dwipangga melihat undangan itu dan tidak berkata apa-apa, tapi wajahnya menjadi jelek.
Pembukaan kunjungan untuk hari ini sebenarnya hanya uji coba, sebelum membuka kunjungan makam kuno secara resmi.
Dalam uji coba ini, bertambahnya orang-orang ini secara tiba-tiba membuat Arya Dwipangga merasa tertekan, terutama orang tua di belakang Sebastian.
Kekuatan orang tua ini sebanding dengan Arya Dwipangga. Jika dia benar-benar menemukan harta karun yang tak tertandingi di Makam Kuno, dan pihak lain menjadi serakah, dia mungkin tidak bisa menengahinya.
Namun, karena ada undangan untuk memasuki lokasi Makam Kuno, Arya Dwipangga tidak bisa menghentikan yang lain untuk ikut serta, dan sekarang dia hanya bisa mengawasi secara bertahap.
“Panglima Bastian, Panglima Bastian, Anda tidak bisa masuk tanpa undangan.”
Tiba-tiba ada suara seseorang berseru, dua penjaga di pintu tiba-tiba berteriak, dan dilihatnya Bastian bergegas masuk.
“Panglima Bastian…”
Melihat ini, Arya Dwipangga bergegas menemuinya, melambaikan tangannya, dan memerintahkan kedua penjaga itu mundur.
“Ayah, kenapa kamu ada di sini?” Sebastian juga melangkah maju dan bertanya dengan bingung.
Bastian mengabaikan mereka, tetapi menatap Evindro dengan pandangan yang sinis. Ketika semua orang melihat Bastian menatap Evindro, mereka semua bingung. “Tuan Evindro, kenapa Panglima Bastian melihatmu seperti ini?”
Gendis bertanya pada Evindro dengan suara rendah.
“Bagaimana aku tahu, mungkin karena aku tampan!” Evindro tersenyum ringan.
Gendis tidak percaya dengan apa yang dikatakan Evindro, tapi Evindro tidak mau mengatakan alasan sebenarnya, jadi Gendis tidak bertanya lagi.
Setelah menatap Evindro beberapa saat, Bastian membuang muka, lalu berkata kepada Sebastian, “Sebastian, kemarilah!”
Bastian memanggil Sebastian ke samping, lalu berkata dengan ekspresi muram.
“Dalam penjelajahan ini, engkau akan melihat saya menemukan kesempatan untuk membunuh Evindro.”
Sebastian tercengang. “Ayah, apa yang Evindro lakukan? Apakah orang ini telah memprovokasi kita sebagai Keluarga Pemerintahan?”
Sebastian bingung, bagaimana mungkin ayahnya tiba-tiba ingin menghadapi Evindro ini, mengingat Evindro tidak terlalu kuat, dan tidak ada yang istimewa darinya.
“Jangan membantah, sebaiknya kamu hanya melakukan apa yang aku perintahkan, tapi jangan bunuh dia, apakah engkau sudah memahami?” Bastian bertanya.
“Baiklah kalau begitu!” Sebastian mengangguk.
Merasakan kemarahan dan niat membunuh ayahnya, Sebastian tidak bisa mengerti bagaimana Evindro ini bisa memprovokasi ayahnya.
Setelah memberikan instruksi kepada Sebastian, Bastian mendekati Arya Dwipangga dan berbisik, “Direktur Arya Dwipangga, apa yang akan terjadi pada Evindro selama penjelajahan nanti, saya harap Anda tidak ikut campur.”
“Panglima Bastian, apa maksudmu? Kamu ingin membunuhnya?” Arya Dwipangga sedikit mengernyit.
“Tuan gubernur baru saja menjelaskannya. Jika kamu mencoba membunuhnya sekarang dan ternyata tidak berhasil, akan sangat sulit bagi kami untuk melakukannya.”
“Direktur Arya jangan khawatir, saya tidak akan membunuhnya, saya hanya menghilangkan keahliannya.” Bastian berkata, lalu mengeluarkan cincin bermatakan zamrud, dan diam-diam memasukkannya ke dalam saku Arya Dwipangga.
Arya Dwipangga sudah melihatnya, jadi dia mengangguk dan berkata, “Selama engkau tidak membunuhnya, aku akan berpura-pura tidak melihat apa pun.”
Bastian memelototi Evindro lagi lalu pergi.
Tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan Bastian, karena hanya Evindro sendiri yang tahu. Tampaknya Bastian sudah mengetahui sendiri tentang pembunuhan lima penjaga Keluarga Pemerintahan.
Mata Sebastian yang menatap Evindro saat ini juga penuh permusuhan.
Arya Dwipangga melihat jam tangannya, lalu membetulkan pakaiannya dan berkata, “Sekarang waktu pendaftaran sudah habis, setelah memasuki area pendaftaran, semua orang harus berhati-hati, didalam penuh bahaya, saya harap kalian tidak gegabah, lakukan urusan masing-masing, jangan berbelas kasih kepada yang lain."
"Jika anda menyentuh sesuatu, jika anda secara tidak sengaja memicu jebakan di dalamnya, tidak ada yang akan menyelamatkan anda, putuskan sendiri pilihan kalian apakah kalian ingin tetap hidup atau mati. …”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments