Sambil mendengus Inyoko masuk kedalam sungai mencari ikan untuk meredakan lapar yang sudah begitu menyiksa nya.
Sementara tetua Ho kembali ke perapian membakar ikan yang ada ditangan nya.
Inyoko berjalan memasuki sungai.
"Tak ada yang dapat kulihat didalam sungai dalam keadaan gelap seperti ini"
"Bagaimana caranya pak tua itu mendapatkan ikan tadi dengan semudah itu?"
Bisik nya dalam hati.
Inyoko mulai mengacak-acak sungai itu dengan tangannya,berharap ada keberuntungan untuk nya mendapatkan ikan untuk dapat dia makan malam ini.
Di pinggir perapian tetua Ho melihat apa yang dilakukan inyoko sambil menyantap dengan lahap ikan yang baru saja di bakar nya.
"Dasar bocah dungu"
umpat tetua Ho dalam hati.
Setelah menghabiskan ikan nya tetua Ho membuka jubah nya dan dijadikan nya sebagai alas tidur didekat api unggun itu.
Sambil menguap tetua Ho menjentikan kerikil kecil kearah inyoko dan tepat mengenai kepala Inyoko.
"Plaaaak..."
"Hei bocah sampai kapan kau akan mengaduk air sungai itu?"
"Gunakan instingmu,kau punya 5 panca indra bukan?"
"Satukan 5 panca indramu dan jadilah wadah seperti sungai,maka semua ikan disungai ini akan menjadi milik mu"
"Jika kau tak mau tidur malam ini dalam keadaan lapar segeralah dapatkan ikan itu"
"Bocaah...jangan lupa besok bangunkan aku saat matahari terbit"
Ucap tetua Ho sambil menguap dan kemudian langsung merebah kan kepala nya dan tertidur .
"Insting,panca Indra,wadah, apa-apaan tua bangka itu!!"
"Sebenarnya dia ingin menolongku atau ingin membunuh ku"
"krrriuuuk"
Suara perut kelaparan inyoko semakin membuat nya frustasi.
Inyoko mulai terdiam dan mencerna petunjuk yang tetua ho berikan pada nya.
Inyoko berusaha fokus dengan panca indra yang ada ditubuhnya,
Inyoko memejam kan mata berdiam diri ditengah sungai.
kaki nya yang berada didasar sungai mulai merasakan alur arus sungai,kulitnya mulai merasakan dingin nya udara malam itu.
Setelah satu jam berdiam diri inyoko merasakan ada sesuatu yang menyentuh kaki nya di permukaan air.
dalam hati nya berbisik
"Akhirnya kau aku dapatkan IKAAAN sialan" Dibarengi dengan suara teriakan seolah-olah dia baru saja memenangkan sesuatu.
Tangannya dengan cepat menangkap benda itu.
"Kurang ajar..brengsek...siaaaaaal"
Inyoko memaki setelah melihat apa yang barusan dia tangkap.
Yang dia tangkap ternyata memang bukan se ekor ikan seperti harapan nya.
Yang Inyoko dapatkan hanya sebatang ranting yang hanyut bersama arus sungai.
"Krriuuuuk...krriuuuk"
Suara perut nya seolah menjerit meminta nya untuk segera mencari pengisi nya.
"Iya sabarlah..aku juga tak ingin mati konyol karena lapar"
"Lebih enak hidup menjadi gembel dari pada ada didekat tua bangka itu"
Gumam nya dalam hati.
Beberapa kali Inyoko melakukan hal yang sama tetapi hasilnya juga tak berubah.
Yang Inyoko dapatkan hanya daun,ranting,dan sampah-sampah yang hanyut bersama arus sungai.
Inyoko mulai lelah bersama lapar nya yang semakin menjadi-jadi.
Inyoko segera keluar dari sungai dan merebahkan dirinya yang sudah kehabisan tenaga di pinggir sungai.
Tanpa disadarinya Inyoko tertidur ketika melihat langit malam yang luas malam itu.
Matahari pagi itu terbit dengan terang,cahaya nya menyilaukan mata,membuat Inyoko terbangun dari tidur nya.
"Sialan"
"Walaupun gembel aku tidak pernah tidur dalam keadaan lapar separah malam tadi."
"Kriiiuuuuuuk"
Suara perut nya kembali meronta dan mulai menjadi rasa sakit yang melilit.
Inyoko melihat sekeliling nya,dia melihat tumpukan kayu api unggun yang masih mengepulkan asap,sementara dia tidak dapat menemukan tetua Ho disekitar nya.
"Kemana tua bangka itu ??"
"Apakah dia pergi dan membiarkan aku mati kelaparan"
"Lebih baik aku kembali ke kota Mhi Nas"
"Walaupun hanya menjadi gelandangan,itu jauh lebih baik dari pada aku ada disini"
Bisik nya dala hati.
Saat akan bangkit dari tidur nya,Inyoko melihat ada gumpalan kain di dekat bekas perapian tetua Ho.
Inyoko mengambil dan membuka nya,setelah melihat isinya Inyoko sedikit tersenyum karena ada 2 buah persik didalamnya.
Kemudian di kain itu tertulis pesan
"*H**ei bocah bodoh,jangan punya pikiran untuk tidak melanjutkan tugas mu mencari ikan,buah persik ini hanya akan menunda lapar mu sampai tengah hari nanti,jika kau berniat kembali ke kota Mhi Nas percayalah maut akan menjemputmu lewat tangan mai chen,sebelum matahari terbenam aku akan kembali,aku harap kau menyisakan se ekor ikan untuk makan malam ku nanti.
ingat..jadilah wadah maka isinya akan jadi milikmu*"
Inyoko menelan ludah,dan sedikit gemetar, bukan karena rasa lapar,akan tetapi terbayang wajah Mai Chen ingin menghabisi nya.
Inyoko mengurungkan niatnya untuk kembali ke kota Mhi Nas.
Setelah memakan habis 2 buah persik yang ditinggalkan tetua Ho, Inyoko mencoba mencerna kembali petunjuk dari tetua Ho.
menjadi wadah seperti sungai.
Kalimat yang terus berputar di kepala Inyoko.
Inyoko mencoba mencerna dan memahami maksud pesan tetua Ho dan menggabungkan nya dengan panca indra seperti sebuah puzzle.
"Petunjuk tetua Ho jauh lebih sulit
dari pada mencuri ilmu sastra disekolah bangsawan di kota Mhi Nas"
Bisik Inyoko dalam hati.
Ditengah kebingungan nya Inyoko ingat sebuah syair,
"jika kau ingin tau rasanya mati jangan mencoba untuk hidup".
"Aku harus bisa menyatu dengan sungai itu dan menjadi sungai pula"
Bisik nya dalam hati.
Setelah mencoba berpikir Inyoko kembali masuk kedalam air,dia memejamkan mata nya,berusaha fokus kembali dan merasakan semua yang ada disekitarnya menggunakan batin nya.
Semakin lama Inyoko memfokuskan panca indra nya pada sungai itu semakin dia tidak merasakan keberadaan sungai yang kini merendam kaki nya.
"Ini rumit dan membuat ku semakin bingung,semakin aku mengasah indra ku semakin jauh perasaan ku dari sungai ini"
"Atau aku harus membalik kan semua nya"
"Mematikan panca indra ku!!!"
"Ahhhhh...baiklah tidak ada salah nya aku mencoba"
Bisik Inyoko dalam hati.
Dikejauhan dari atas pepohonan tetua Ho tersenyum melihat Inyoko berusaha menangkap ikan dengan tangan kosong.
"Ya begitu...bocah"
"Sedikit lagi kau akan mengerti"
Ucap tetua Ho yang kemudian membaringkan badan nya diatas pohon itu dan terlelap tidur.
Inyoko kembali memejamkan matanya ditengah sungai,kali ini Inyoko berusaha tidak menghiraukan semua yang dirasakan oleh panca indra nya,gelap dan hampa cuma itu yang kini dia rasakan.
Cukup lama,hampir selama 2 jam gelap dan hampa itu kemudian berubah menjadi terang. Inyoko seperti bermimpi,dia melihat bebatuan, pohon-pohon di pinggir sungai, hewan-hewan kecil yang ada dipinggir sungai,melihat matahari yang terang,dan benda-benda yang terbawa arus sungai.
Tak lama Inyoko melihat hewan-hewan yang ada di dalam sungai.
"Dimana ini?"
"Tidak salah lagi,ini sungai tempatku berdiri !!!"
"Dan kini aku lah sungai itu"
Ucap Inyoko dalam hati.
Ketika itu Inyoko dapat merasakan semua kehidupan yang ada didasar sungai,bahkan benda tidak hidup yang ada di sungau itu pun dapat dengan jelas dilihat dan dirasakan Inyoko.
Inyoko mulai menjulurkan tangannya mencoba menyentuh hewan-hewan sungai itu,dan hewan-hewan sungai itu pun tidak merasakan apa-apa.
"Sekarang aku mengerti"
Bisik Inyoko.
Dengan kedua tangan nya Inyoko berhasil menangkap 2 ekor ikan ukuran sedang dan melemparnya ke pinggir sungai.
Setelah itu inyoko membuka mata nya dan berteriak dengan kencang.
"Pak tuaaaaaaa....aku berhasiiiil..."
Terlihat wajah Inyoko yang penuh dengan rasa puas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Dzikir Ari
Rasa lapar yang Akirnya menemukan kebahagiaan sendiri
2023-06-28
0
Bobbye Agues
1604 up
2021-01-13
0
bekok
Mntp
2020-10-25
0