Nasehat Mama

Di Kediaman Ibu Elisa

Begitu tiba di rumah orangtuanya, Irgi langsung dibantu oleh dua orang asisten rumah tangga untuk menyiapkan dan membereskan barang-barang yang akan ia bawa ke rumah baru.

Setelah satu jam, beberapa koper pakaian serta sepatu-sepatu dalam dus sudah dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Irgi juga tidak lupa membawa serta alat-alat untuk membuat konten video dan aktifitas broadcasting yang sedang ia geluti.

Sedangkan Humaira, ia tengah berada di taman belakang rumah bersama mama mertuanya. Ibu Elisa ingin menyampaikan beberapa hal penting pada menantunya itu.

"Maira, apa ibumu udah pernah cerita semua tentang Irgi?"

Wajah sang mama mertua terlihat sedikit tegang. Ia khawatir jika Ibu Zaenab lupa menceritakan tentang kondisi Irgi pada putrinya.

Sebelum hari pernikahan Irgi dan Maira tiba, Ibu Elisa sering mengobrol dengan Ibu Zaenab melalui sambungan telepon. Ia tidak mau menutupi kekurangan Irgi tetapi juga tidak serta merta menjelekkan anaknya sendiri.

"Iya ma, ibu udah cerita semua tentang Irgi."

Ibu Elisa sedikit bernafas lega.

"Usia Irgi memang sudah dua puluh lima tahun sekarang, tapi kadang-kadang dia belum bisa bersikap dewasa. Nanti Maira jangan kaget ya!"

"Iya ma. Aku sedang mencoba mengenali sifat-sifatnya." Humaira tersenyum.

Ia tentu mengingat bagaimana Irgi dan dirinya berdebat beberapa kali hanya karena hal-hal kecil.

"Kamu benar-benar perempuan yang tulus. Irgi sangat beruntung punya istri seperti Kamu, Maira." Ibu Elisa tersenyum.

"Aku juga punya banyak kekurangan ma. Irgi pasti belum tahu banyak tentang aku. Tapi pernikahan memang untuk saling melengkapi kan? Bukan mencari kesempurnaan?"

Mama mengangguk setuju. Ia kagum pada menantunya. Meski Humaira baru berusia dua puluh dua tahun namun pemikirannya tentang pernikahan cukup dewasa. Ia pun sering mendengar cerita tentang sifat dan sikap menantunya itu dari Ibu Zaenab.

"Emm, Maira tahu kan kalo Irgi belum punya pekerjaan yang tetap?" tanya mama ragu.

"Iya ma. Aku tahu."

"Bahkan skripsi kuliahnya juga mandeg dua tahun."

"Itu juga aku udah tahu, Ma."

"Maafin mama, bukan maksud mama menjerumuskan atau memanfaatkan Maira di situasi ini. Tadinya mama juga ragu untuk menjodohkan kalian, tapi kemudian mama berpikir, apa mungkin ini takdir dari Allah yang harus coba dijalani?"

Wanita yang selalu tampil cantik dan modis itu merasa bertanggung jawab karena telah menyeret menantunya pada pernikahan yang mungkin tidak diinginkan.

"Aku juga cuma bisa bilang, Bismillah ma. Kata-Nya Allah akan memampukan orang yang menikah dengan karunia-Nya. Jadi kita gak perlu terlalu khawatir tentang rejeki. Yang penting kita mau usaha dan berdo'a pada Allah."

"Masyaallah, Nak!"

Ibu Elisa langsung memeluk erat tubuh menantunya yang ramping, seolah ingin menyampaikan beribu terima kasih.

"Makasih Nak, udah mau menerima Irgi apa adanya. Mama berharap, dengan menikah dan punya seorang istri, Irgi bisa termotivasi dan lebih bertanggung jawab lagi."

"Aamiin." Humaira mengelus pelan punggung Ibu Elisa.

Tanpa mereka sadari, dari jauh Irgi memperhatikan adegan haru itu. Ia bingung apa yang sedang dibicarakan oleh keduanya hingga mereka berpelukan sangat lama.

***

"Semua udah beres. Barang-barang udah masuk bagasi semua." ucap Irgi dengan nafas terengah.

Ia menatap istrinya yang nampak tenang. Sebenarnya ia kesal karena Humaira sama sekali tidak membantunya mengemasi barang-barang.

"Bagus kalo gitu. Duduk dulu Irgi! Mama mau ngomong sesuatu." Tangan mama menunjuk kursi kosong di sebelah Humaira.

Irgi pun duduk. Ia melirik lagi ke arah istrinya dengan wajah yang masam.

Bisa-bisanya Humaira tidak menyadari kesalahannya! Gumam Irgi dalam hati.

"Ini, mama dan Papa berikan hadiah satu rumah kecil buat kalian berdua." Mama meletakkan sebuah kunci rumah di atas meja, tepat di hadapan Irgi dan Humaira.

"Bangunlah rumah tangga kalian dengan landasan kasih sayang, atap cinta dan tembok kesabaran." Ibu Elisa menatap kedua anaknya secara bergantian.

Irgi meraih kunci itu.

"Iya ma. Makasih banyak ya hadiahnya!"

"Irgi, Kamu udah jadi Suami. Sekarang Kamu seorang pemimpin keluarga." ujar mama serius.

"Iya ma, aku tahu."

Irgi memasukkan kunci itu kedalam tas kecilnya.

Matanya tak begitu peduli pada ekspresi ibu Elisa yang penuh kekhawatiran.

"Ingat Irgi, kebahagiaan istri terletak pada sikap dan tanggung jawab suaminya!"

"Iya mama. Aku paham ko. Aku akan belajar jadi suami yang baik buat istriku ini. Iya kan, sayang?" Tiba-tiba tangan Irgi merangkul pundak Humaira sambil tersenyum manis.

Tentu saja Humaira terkejut. Ia tidak menyangka Irgi berani bersikap mesra padanya, bahkan di hadapan mamanya sendiri.

Humaira ingat, kontak fisik diantara mereka hanya sebatas tepukan kasar sewaktu dirinya membangunkan Irgi pagi tadi. Juga saat malam pertama mereka. Irgi tidak sadar menindih lengan kanan Humaira hingga ia merasa kesakitan.

Dengan terpaksa Humaira menarik sudut bibirnya. Ia masih merinding karena suaminya tidak melepas rangkulan tangannya.

"Nah, gitu dong! Mama seneng dengernya."

Irgi dan Humaira saling pandang lalu pura-pura tersenyum bahagia. Mereka sepertinya tahu apa yang harus mereka lakukan .

"Oiya ma. Janji mama yang waktu itu gimana?" Irgi melirik mamanya.

Ia menggeser posisi duduknya.

"Iya. Mama udah siapin semua ko." Ibu Elisa mengambil sebuah map berisi dokumen serta dua buah amplop coklat.

Sang Mama masih memegangi dua benda yang ia letakkan di atas meja tersebut.

"Ini Sertifikat rumah baru kalian. Jaga dan simpan ini baik-baik ya!" Tangan mama menyodorkan benda itu.

"Oke ma."

Kini sertifikat itu berada di tangan Irgi. Laki-laki itu amat bangga bisa memiliki sebuah rumah. Ya, sertifikat itu atas nama dirinya. Sehari sebelum menikah, Irgi menandatangani dokumen penting itu.

"Dan ini uang buat kalian. Jumlahnya gak banyak. Anggap saja ini amplop pernikahan dari mama dan papa." Kali ini mama menyodorkannya pada Humaira.

"Ambil, Maira! Mulai sekarang, Kamu yang mengatur keuangan rumah tangga kalian." lanjut sang mama.

Humaira masih terdiam. Dua amplop tebal itu berada tepat di tengah-tengah meja. Ia lalu melirik ke arah suaminya untuk mencari jawaban.

Irgi menganggukkan kepala. Meskipun ia sebenarnya kecewa karena mamanya lebih percaya pada Humaira untuk masalah keuangan.

"Makasih banyak ma. Kami akan gunakan uang ini dengan baik."

Humaira tersenyum pada mamanya. Uang itu kini berada di tangannya.

"Jumlahnya ada tiga puluh juta. Kalian bisa pakai uang itu untuk kebutuhan kalian."

Irgi mulai merasa tidak nyaman karena mamanya membahas masalah uang di depan Humaira. Meskipun sebenarnya itu hal yang wajar karena sekarang Humaira adalah istrinya.

"Tenang aja ma. Kita bisa kok atur sendiri rumah tangga kita!" seru Irgi sedikit sinis.

Ibu Elisa terdiam sesaat. Ia takut putranya akan marah tetapi ada hal penting yang ingin ia sampaikan lagi.

"Irgi, Kamu datanglah ke pabrik. Kata Papa dia akan beri Kamu posisi yang bagus." ucap mama hati-hati.

"Aku akan menafkahi istri dengan caraku sendiri ma. Mama percaya aja sama aku." Irgi terlihat semakin emosi.

Dia merasa, mama dan papanya tidak pernah yakin akan kemampuannya untuk mencari penghasilan sendiri. Hanya karena belum memiliki ijazah sarjana, ia seolah dianggap gagal.

Irgi tidak suka diremehkan.

"Ayo kita pulang! Banyak yang harus diberesin di rumah!" Nada Suara Irgi terdengar ketus.

Laki-laki itu kemudian berdiri sambil meraih tangan istrinya supaya ikut bangun.

***

Terpopuler

Comments

📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇

📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇

ambil aja humaira😭, kalau aku sih sudah aku ambil tanpa banyak pikiran/Facepalm/

2025-10-16

1

📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇

📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇

Biarkan saja dia mencari penghasilan sendiri, laki laki emang gitu nggak mau remehkan😌

2025-10-16

1

🔥Cherry_15❄️

🔥Cherry_15❄️

cepat ya, satu jam...

2025-08-14

1

lihat semua
Episodes
1 Tiba-tiba Calon Suami
2 Bukan Wedding Dream
3 Pagi Pertama
4 Nasehat Mama
5 Rumah Baru
6 Crush
7 Mengenali
8 List Belanja
9 Shopping Date
10 Sang Pemuja
11 Sisi Lain
12 Manyambut Mama
13 Mertua dan Menantu
14 Dialog Pagi
15 Alat Pengaman.
16 Permintaan dan Kompensasi
17 Cinta atau Nafsu
18 Jarak
19 Tetangga
20 Ide Konten
21 Ibu Sakit
22 Pesan-pesan
23 Pillow Talk
24 Menemui Bapak
25 Kopi KW
26 Gitar dan PR
27 Kisah Masa Lalu
28 Bianglala
29 Emosi dan Kembang Api
30 Hati yang Ragu
31 Dia Suamiku
32 Dapur, Sumur, Kasur
33 Cinta yang Halal
34 Isi Hati Seorang Istri
35 Pilihan Hati
36 Sebuah Rencana
37 Pesta dan Janji
38 Penyesalan
39 Lupakan Semuanya!
40 Tipu Muslihat
41 Istri Sah dan Pelakor
42 Menemui Perempuan itu
43 Titik Terang
44 Rinai Hujan
45 Say, I Love You
46 Semalam Bersama
47 Nyeri Haid
48 Gosip
49 Hadapi Saja
50 Disidang Papa
51 Mengulang Janji
52 Penyesalan Berulang
53 Menahan Rindu
54 Talak??
55 Klarifikasi??
56 Popularitas
57 Bucin
58 Firman dan Masa Lalunya
59 Pertemuan Keluarga
60 Sakinah Bersamamu
61 Terima Kasih, Sayang
62 Pagi yang Berbeda
63 Fitting Busana
64 Namira Ahmadi
65 Cemburu??
66 Raja dan Ratu Sehari
67 Awal Cerita Baru
68 Sarapan Bersama
69 Hari Pertama di Kantor
70 Rival??
71 Bu Angela
72 Jangan Terlalu Polos!
73 Aku Minta Maaf
74 Kerja Bakti
75 Week End Bersama
76 Hobi Lama
77 The New Irgi
78 Ibu Hamil
79 Di Swalayan
80 Suami Siaga
81 Motivasi
82 Bonus Bab - Kereta Singa Barong
83 Pandangan yang Kabur
84 Sirine Ambulan dan Rasa Sakit
85 Kiss dari Ayah
86 Pasca Kecelakaan
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Tiba-tiba Calon Suami
2
Bukan Wedding Dream
3
Pagi Pertama
4
Nasehat Mama
5
Rumah Baru
6
Crush
7
Mengenali
8
List Belanja
9
Shopping Date
10
Sang Pemuja
11
Sisi Lain
12
Manyambut Mama
13
Mertua dan Menantu
14
Dialog Pagi
15
Alat Pengaman.
16
Permintaan dan Kompensasi
17
Cinta atau Nafsu
18
Jarak
19
Tetangga
20
Ide Konten
21
Ibu Sakit
22
Pesan-pesan
23
Pillow Talk
24
Menemui Bapak
25
Kopi KW
26
Gitar dan PR
27
Kisah Masa Lalu
28
Bianglala
29
Emosi dan Kembang Api
30
Hati yang Ragu
31
Dia Suamiku
32
Dapur, Sumur, Kasur
33
Cinta yang Halal
34
Isi Hati Seorang Istri
35
Pilihan Hati
36
Sebuah Rencana
37
Pesta dan Janji
38
Penyesalan
39
Lupakan Semuanya!
40
Tipu Muslihat
41
Istri Sah dan Pelakor
42
Menemui Perempuan itu
43
Titik Terang
44
Rinai Hujan
45
Say, I Love You
46
Semalam Bersama
47
Nyeri Haid
48
Gosip
49
Hadapi Saja
50
Disidang Papa
51
Mengulang Janji
52
Penyesalan Berulang
53
Menahan Rindu
54
Talak??
55
Klarifikasi??
56
Popularitas
57
Bucin
58
Firman dan Masa Lalunya
59
Pertemuan Keluarga
60
Sakinah Bersamamu
61
Terima Kasih, Sayang
62
Pagi yang Berbeda
63
Fitting Busana
64
Namira Ahmadi
65
Cemburu??
66
Raja dan Ratu Sehari
67
Awal Cerita Baru
68
Sarapan Bersama
69
Hari Pertama di Kantor
70
Rival??
71
Bu Angela
72
Jangan Terlalu Polos!
73
Aku Minta Maaf
74
Kerja Bakti
75
Week End Bersama
76
Hobi Lama
77
The New Irgi
78
Ibu Hamil
79
Di Swalayan
80
Suami Siaga
81
Motivasi
82
Bonus Bab - Kereta Singa Barong
83
Pandangan yang Kabur
84
Sirine Ambulan dan Rasa Sakit
85
Kiss dari Ayah
86
Pasca Kecelakaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!