Saat bersamaan Yunita masih kepikiran dengan Tiara. Ada sedal melepaskan gadis yang ingin ditolongnya itu. Ingin lebih tahu lagi tentang gadis keras kepala yang menolak tinggal dengan dirinya, padahal posisi keadaannya sangat terjepit dan membahayakan diri gadis itu sendiri.
"Aku harus datang ke orang tua angkatnya, dia tadi menyebut alamat rumahnya,"
Yunita segera menyetir mobilnya mencari alamat rumah orang tua angkat Tiara yang kabur menolak pertolongannya itu.
Di depan sebuah gang kecil.Yunita menghentikan mobilnya. Lalu keluar dari mobil. Menyusuri gang sempit mencari alamat yang disebut Tiara tadi.
Setelah beberapa belas menit mencari tibalah di sebuah pemandangan yang membuatnya tertegun.
Di depan sebuah rumah tua yang tertutup pintunya sepasang suami istri bersama sebuah koper besar tampak saling pandang seperti orang kebingungan.
Yang membuatnya terkejut adalah sosok lelaki yang tak pernah lekang dari ingatannya walau kini tampak ada perubahan yang sangat menyolok. Lelaki itu tak lagi semuda dulu dengan berjalannya waktu. Tampak kuyu dan lesu.
"Risman?!" Sentak batin Yunita.
"Yunita?!" Begitu pun batin lelaki bernama Risman itu langsung bergetar hebat
Sesaat mereka saling tatap.
Yunita yakin itu Risman.
Diperhatikannya lebih dalam lagi lelaki yang terlihat tak berdaya itu. Tetap sama tak berubah dengan rekaman raut muka yang selama ini sulit dienyahkan. Walau tersimpan dalam keadaan yang sangat membuatnya marah, tetap saja dirinya tak bisa lupa dengan sosok lelaki yang pernah dia impikan menjadi pendamping hidupnya.
Tapi sayang lelaki itu menjadi pecundang dalam kehidupannya. Pergi begitu saja saat dirinya hamil.
"Ya dia memang lelaki keparat itu!" Pekik hati Yunita yang telah menukar cinta pada lelaki itu menjadi benci.
Hatinya langsung mendidih. Tapi dia berusaha untuk tetap berdiri di tempatnya, menunggu mereka yang melangkah perlahan.
Jika enam belas tahun lalu Risman masih berupa lelaki muda tampan berumur dua puluh tiga tahun berbadan atletis. Sekarang sudah tampak lebih tua dari umur sesungguhnya yang memasuki usia tiga puluh sembilan tahun.
Lelaki itu stroke dipapah dengan susah payah oleh istrinya yang berwajah kuyuh mata sembab seperti berjam jam menangis.
Mereka melangkah tertatih. Karena tubuh suaminya cukup besar, maka sang istri sangat kerepotan memapah suaminya, sehingga koper besar tak bisa dibawanya sekaligus.
Yunita menyaksikan pemandangan itu dengan lekat dari tempatnya berdiri.
Hatinya tiba tiba tergetar saat kedua orang itu sudah dekat di depannya. Tapi dia bertahan untuk tetap berdiam sampai lelaki itu betul betul berada di depannya.
"Benarkah mereka orang tua angkat gadis belia tadi yang ditolongnya?" Batin Yunita bertanya tanya.
Suami istri itu menatap Yunita yang membisu. Jika sang istri merasa aneh dengan kehadirannya, namun tidak dengan si lelaki.
Raut muka yang menua dari umur sesungguhnya itu sangat yakin jika perempuan di depannya memang Yunita, yang tak membuatnya pangling walau perpisahan itu sudah berlangsung hampir enam belas tahun. Bagaimana mungkin dirinya lupa wajah cantik impian hatinya itu, yang setiap saat selalu diingatnya. Bahkan semakin berumur dia merasa Yunita semakin dewasa dan memiliki kecantikan yang tetap membuatnya terpesona. Apalagi kini penampilannya tertutup. Memenuhi kewajiban wanita muslimah..
Tapi lelaki itu segera sadar jika dirinya bukanlah yang dulu. Dan perempuan bernama Yunita yang sudah terpatri namanya di dalam sanubarinya itu, pasti sudah ada suaminya. Melihat penampilannya jelas berada di atas kasta keuangannya beberapa puluh tingkatan. Tentu saja karena mantan kekasihnya itu pewaris tunggal kekayaan Danudirja. Pengusaha yang tak menginginkan putrinya menikah dengan dirinya.
Perempuan yang membimbing suaminya itu menatap Yunita heran
"Assalamu'alaikum," sapa Yunita menahan amarah yang ingin dia luapkan pada lelaki di samping perempuan di depannya. Tapi dia tahu adab, tak seharusnya mengamuk pada Risman di tempat umum.
Mengamuk hanya membuatnya puas merasa menang sesaat. Namun dampaknya dia akan mempermalukan dirinya sendiri jika pemicunya diketahui orang lain. Maka sebisa mungkin dia tahan amarah yang bak lahar yang telah membuat panas dadanya.
Betapa tidak, lelaki yang diharapkan kehadirannya saat dirinya dalam keadaan hidup dan mati melahirkan buah cinta mereka tak ada. Bahkan tak pernah muncul, pergi membawa janji janji suci tapi palsu itu.
"Wa'alaikum salam ..." sahut perempuan istri dari lelaki yang telah mengantarkan Yunita punya anak tanpa suami. Sungguh memalukan!
Yunita membuang muka dari tatap lelaki yang ingin membuka mulutnya, tapi ragu itu.
"Yunita kamu di sini ... Maafkan aku maafkan..." seru Risman tapi hanya dalam hati. Tak sanggup untuk menatap mata pujaan hatinya yang terpaksa ditinggalkannya dulu. Dia menunduk dengan hati perih dan sedih.
"Maaf mengganggu," ujar Yunita menekan amarah dan gusar di dadanya.
"Ya tak mengapa," sahut perempuan itu ramah.
"Entah saya harus mulai darimana karena kita memang tak saling mengenal ..." sungguh Yunita bersikap layaknya orang asing tak mengenal salah seorang dari mereka.
"Yunita suaramu membuat aku teringat saat kita bercanda dulu ..." gumam hati Risman yang masih terpekur tanpa daya.
Menyapa bukan pada tempatnya, walau pun disematkan berjuta maaf. Maka lebih baik diam saja mengikuti permainan Yunita yang tak mau mengenalinya. Tapi dia yakin jika perempuan itu ingat pada dirinya. Sesaat tadi saat pertama mereka bertatapan ada geliat di sepasang mata yang dulu sangat membuatnya ingin berlama lama menatapnya. Geliat itu menandakan kenal, bahkan kemarahan yang besar. Tapi dia kagum ternyata perempuan yang sesungguhnya masih belum bisa dilupakannya itu bisa membendung lahar hingga tak meledak.
"Begini kedatanganku ingin menanyakan apakah kalian berdua memiliki anak yang kabur?" Yunita menunggu jawaban perempuan yang kini menoleh pada suaminya.
"Maksudnya?" Perempuan itu bertanya tak mengerti walau dadanya berguncang mengingat putri angkatnya entah kemana.
"Aku tadi menolong gadis belia, tapi sayang dia pergi kelihatannya dia tak petcaua jika aku mau menolongnya, namanya Tiara katanya rumahnya di sini,"
"Tiara?" Perempuan itu langsung bersemangat, berarti Tiara bisa kabur betulan dari lelaki tamak itu. Oh Tuhan maafkan kami, bersyukur Tiara bisa lolos, batinnya lega. Mendengar putrinya kabur bukan main senang hatinya. Berarti gadis itu lepas dari bandit, lelaki yang telah menjerumuskan suaminya pada ketidakberdayaan.
"Inikah gadis yang Anda tolong?" Perempuan itu menunjukkan foto Tiara pada Yunita.
"Ya persis," angguk Yunita.
"Alhamdulillah, Yah, ternyata putri kita terlepas dari cengkeraman manusia tamak itu ..." tahu tahu air mata perempuan itu mengalir.
Yunita merasa tangisan perempuan itu tulus. Jika sampai Tiara dijadikan jaminan pelunas hutang bikan mau mereka tapi paksaan karena tiada kuasa melakukan perlawanan, seperti yang dikatakan Tiara.
"Tapi Tiara tak percaya padaku dia memilih kabur dengan naik ojek," ujar Yunita membuat perempuan itu sangat sedih.
"Oh ..." Air mata perempuan itu semakin mengalir deras.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments