DI CINTA PRIA-PRIA TAMPAN 2

Tania masih tak bergeming saat benda pipih yang menempel di kupingnya tak lagi mengeluarkan suara. Ponsel itu mulai terasa panas dalam genggaman tangannya yang putih dan halus mulus.

"Nggak mungkin, mau nyari kemana tuh calon suami? Mama kok nyiksa aku banget sih..., Ah, sebel!" keluh Tania mendesah galau.

Keringat dingin mulai mengucur di keningnya yang mulus tanpa jerawat. Permintaan Mamanya barusan lewat ponsel sungguh diluar logikanya, sangat tidak masuk akal.

"Tania, kenapa belum pulang?"

Tania kaget, mendengar suara pimpinannya Pak Rudi menegurnya dari belakang.

Pak Rudi, pria tampan berwibawa, berumur 35 tahun, punya kharisma kepemimpinan, adalah pemilik perusahaan tempat Tania bekerja. Pria itu menyandang status duda beranak satu. Tak heran, saat ini ada banyak pekerja wanita dikantor itu, bermimpi untuk bisa menjadi pengganti Nyonya Rudi yang kabarnya kabur dengan pria lain.

Tapi Tania beda, dia bukan jenis perempuan yang suka berkhayal menjadi istri orang kaya. Walau miskin, Tania punya harga diri tinggi. Menurutnya, jadi istri orang kaya itu menakutkan. Kebayang, kalau ada pertemuan keluarga, Tania nggak mau dirinya ataupun keluarganya jadi bahan cemoohan dan dipermalukan.

"Hei, Tania, apa kamu dengar!?" Pak Rudi menjentikkan jarinya keras didepan hidung Tania yang mancung.

Tania jadi gelagapan melihat Pak Rudi yang memperhatikannya dengan dahi berkerut heran. Beliau pasti bingung melihat Tania yang sedari tadi melamun sambil memegang ponsel.

Buru-buru Tania menaruh ponselnya yang sudah tidak menyala ke atas meja kerja.

"Oh, itu Pak, saya, saya baru saja menyelesaikan pengisian data konsumen yang belum selesai saya kerjakan." Jawab Tania gugup karena terpaksa berkata bohong.

Pak Rudi manggut-manggut mengangguk senang. Dia tak menyadari kebohongan yang diciptakan Tania. Dimatanya, Tania adalah karyawan wanita yang cantik, pintar, berdedikasi tinggi dan terkenal pekerja keras.

"Hmm, oh iya, dari tadi saya tidak melihat Chiko. Kamu tahu nggak, Chiko pergi kemana?" tanya Pak Rudi dengan mata tertuju ke arah tas dan laptop yang masih ada diatas meja kerja Chiko.

"Enggak pak, saya nggak tahu." Tania menggeleng lemah dan menundukkan wajahnya takut ketahuan jika dialah penyebab kepergian Chiko yang ngambek sejak tadi siang.

"Aneh, nggak biasanya anak itu pergi tanpa izin," gumam Pak Rudi jadi heran dengan sikap Chiko yang tak biasa.

Kerutan kembali muncul di dahi pak Rudi. Beliau seakan memikirkan sesuatu. Sesekali matanya melirik kearah Tania yang jadi grogi dan salah tingkah.

"Mendingan kamu pulang Tania. Udah sore. Bisa-bisa kamu kemalaman di jalan." Ujar pak Rudi perhatian menyuruh Tania segera pulang.

Tania mengangguk patuh, walau hatinya sedikit keberatan karena masih ingin menunggu Chiko.

"Iya pak, saya pulang dulu. Permisi Pak." Jawabnya buru-buru menyambar tas selempang dan handphone yang tadi ia taruh diatas meja kerja.

Tanpa melihat wajah Pak Rudi yang kebingungan dengan sikapnya, Tania bergegas pergi meninggalkan kantor membawa perasaan gundah tentang keberadaan Chiko yang tak juga muncul-muncul.

Baru saja mau keluar dari pintu kantor, tubuh Tania malah tabrakan dengan seseorang yang tiba-tiba masuk pintu kantor dengan nafas terengah-engah seperti habis berlari.

BUGH!

"Aduh!" Tania mengusap hidung mancungnya yang nyaris bengkok karena menabrak dada bidang seorang pria.

Detak jantung yang berdegup kencang disela deru nafas yang terengah-engah, membuat Tania mengangkat kepalanya memandang sosok tinggi jangkung yang baru saja menabraknya. Mata indah Tania seketika mendelik membesar dan wajahnya pun berubah masam menyadari siapa pemilik dada bidang yang beraroma wangi maskulin itu.

"Chiko!" hardik Tania kesal bukan kepalang.

Ada rasa senang, dan ada rasa kesal berkecamuk dihati Tania saat itu juga.

Pemuda itu hanya cengengesan saat melihat hidung Tania yang berkulit putih terlihat merah jambu karena menabrak dadanya.

"Sakit ya?" tangan Chiko bergerak cepat hendak menyentuh hidung mancung Tania.

Namun, jemari lentik Tania keburu menepis tangan Chiko dengan kasar.

"Ya iyalah sakit. Nabrak kamu berasa nabrak tembok!" jerit Tania jengkel setengah mati.

Chiko tertawa geli. Seperti biasa, kemarahan Tania dan sikap ketus Tania, ia tanggapi dengan senyuman dan tawa.

"Tungguin aku disini sebentar, kita pulang bareng. Aku mau ambil tas dan laptopku sekalian laporan sebentar sama Pak Rudi." Ucap Chiko tanpa bisa dibantah oleh Tania sama sekali.

Pemuda itu sudah keburu pergi masuk kedalam kantor meninggalkan Tania yang jadi kebingungan sendiri.

"Ngapain dia ngajak pulang bareng? Rumahnya ke ujung sana, rumah kontrakan ku ke ujung sini, 'kan beda arah," kata batin Tania penuh tanda tanya.

Tania menggelengkan kepala sendiri, tak mau ambil pusing. Masa bodo dengan kelakuan Chiko yang memang terkadang sulit ditebak. Kadang becanda, kadang serius, kadang riang, kadang ngambek, kadang kekanak-kanakan, kadang kumat dewasanya. Dan itu menyebalkan, meski kerap kali dirindukan juga oleh Tania.

Hampir sepuluh menit menunggu, Chiko belum juga keluar dari kantor. Tania mulai jenuh menunggu kehadiran Chiko yang tadi berpesan untuk menunggunya agar bisa pulang bareng.

Detik demi detik terus berlalu, menit demi menit telah terlewati. Setengah jam sudah, Tania sabar menanti. Kesabarannya hilang sudah, Tania yang merasa dikerjain Chiko, menggerutu pelan dan menarik tas selempang yang melintang di dadanya dengan kesal.

"Awas kamu Chiko, lihat saja besok!" gerutu Tania marah dalam hati.

Diapun melangkahkan kakinya meninggalkan kantor tanpa menunggu Chiko keluar. Langkah kakinya yang berjalan cepat di iringi rasa kesal dalam hati, membuat langkah Tania yang menggunakan high heels nyaris terpeleset jatuh karena tumit sepatunya yang mendadak patah.

Caci maki dan umpatan, serta merta meloncat dari bibirnya menyesali tindakannya yang berjalan tanpa hati-hati.

"Semua gara-gara si kutu kupret itu. Aku jadi telat pulang, tumit sepatu ku patah, sial, nasibku selalu saja sial!" umpat Tania membanting sepatunya yang rusak ke jalanan.

Wajah cantiknya mulai memerah menahan tangis. Entah kenapa, hari ini terasa hari yang buruk baginya. Banyak masalah yang datang bertubi-tubi. Rasa kesalnya kembali datang saat memandang kedua kaki putihnya yang mulus, kini berjalan tanpa alas kaki.

Kakinya pun melayang cepat menendang sebelah sepatunya yang tidak rusak hingga terpental ke jalan raya yang beraspal.

CIIIT...

Bunyi rem mobil berdecit disampingnya, membuat Tania terkejut bukan kepalang.

"Sepatuku!" Tania spontan menjerit dan memandang kearah jalan raya dimana sepatunya tadi terlempar berkat tendangan kakinya.

Sepatunya yang malang tak lagi terlihat. Yang tampak hanya sosok Pak Rudi yang penuh kharismatik, terlihat turun dari mobil yang berhenti disampingnya.

"Kamu kok belum juga pulang? Apa yang kamu lakukan disini? Mana sepatumu? kenapa nggak pakai sepatu?" Pak Rudi mencecarnya dengan banyak pertanyaan saat menyadari Tania tak memakai alas kaki apapun dibawah telapak kakinya.

Namun, tak satupun pertanyaan Pak Rudi yang Tania jawab. Matanya terus berputar dan melongok ke kolong mobil milik Pak Rudi untuk mencari sepatunya yang hilang.

"Tania!" bentak Pak Rudi jadi dongkol karena merasa diabaikan.

"Iya Pak, itu, sepatu." Jawab Tania gugup bercampur kaget karena bentakan Pak Rudi.

"Iya, saya tanya, sepatumu kemana?" desak pak Rudi tak sabaran dengan sikap kebingungan Tania yang terus menunjuk ke kolong mobilnya Pak Rudi.

"Itu Pak, anu, sepatu saya sepertinya terlindas mobil Bapak." Sahut Tania agak ketakutan sembari menunjuk ujung sepatunya yang sedikit mencuat dari bawah ban mobilnya Pak Rudi.

Pak Rudi nampak terkejut. Tubuhnya membungkuk, melongok kearah ban mobil miliknya yang ditunjuk Tania. Duda tampan dan kaya itupun menepuk jidatnya pelan dan tersenyum simpul seolah menahan tawanya.

"Tania, Tania. kenapa sepatumu bisa ada disitu?" tanya Pak Rudi heran bercampur geli.

Tania nyengir terpaksa. Dia tak mampu menjelaskan pada Pak Rudi, tentang rasa kesalnya yang membuat ia melempar sepatu miliknya itu ke jalanan.

"Sudahlah, cepat masuk mobil! Biar saya antar kerumah kontrakan mu." Perintah Pak Rudi berinisiatif untuk mengantar Tania pulang.

Tania tercengang, mimpi apa dirinya di antar bosnya pulang. Tidak, Tania tak mau jadi korban gosip lagi. Gosip baru pasti datang, jika ada yang melihat dia pulang diantar Pak Rudi yang punya pesona sugar daddy itu.

TIT TIT...

Sebuah klakson motor terdengar panjang memekakkan telinga mereka berdua. Chiko dengan sepeda motor maticnya, terlihat berhenti didepan mobil Pak Rudi.

Tania langsung bersorak dalam hati. "Akhirnya sang dewa penyelamat datang juga." Walau hatinya masih kesal dan marah pada Chiko, namun disaat genting seperti ini, Tania sangat membutuhkan Chiko sebagai penyelamat harga dirinya dari segala gosip yang bisa mencemarkan nama baik yang selalu ia jaga dengan susah payah.

"Maaf Pak, saya pulang sama Chiko saja. Permisi Pak," pamit Tania dengan cepat berlari kearah Chiko walau tanpa alas kaki.

Pak Rudi hanya termangu melihat Tania yang langsung naik keatas sepeda motor Vario yang dikendarai Chiko. Tania yang memilih naik sepeda motor dari pada naik mobil, membuat Pak Rudi jadi panas sendiri. Apalagi saat Chiko melambaikan tangan kiri sebelum sepeda motornya membawa Tania pulang. Pak Rudi jadi makin dongkol.

Mendadak ingatannya melayang pada sepatu milik Tania yang berada dibawah ban mobilnya. Setelah menggeser mobilnya sedikit jauh, Pak Rudi memungut sebelah sepatu Tania yang sudah penyok dan rusak karena terlindas ban mobil miliknya.

"Sebelahnya lagi mana?" gumam Pak Rudi bicara sendiri menanyakan keberadaan sepatu Tania yang cuma sebelah.

Matanya berkeliling mencari sepatu Tania yang sebelah lagi. Diapun melihat sepatu itu agak tersembunyi dipinggir jalan. Tanpa ada rasa malu, jika ketahuan siapapun, Pak Rudi memungut sepatu itu, menentengnya dan menaruhnya ke bagasi mobil sebelum akhirnya dia melesat pergi membawa rasa yang aneh dalam hatinya sambil senyum-senyum sendiri.

****

POV RUDI

Aku tak berdaya saat gadis yang kusukai selalu ditempeli karyawan pria yang sudah ku sayangi seperti adikku sendiri. Keakraban mereka berdua seringkali mengundang rasa penasaran dan cemburuku. Begitu sulit bagiku untuk mendekati Tania.

Padahal aku bosnya, aku bisa memperlakukan gadis itu sesuka hatiku. Tapi aku tak ingin egois, memaksakan semua keinginanku padanya.

Aku cukup sadar diri, walau seorang penguasa diperusahaan milikku sendiri, aku tak berhak menguasai seluruh kehidupannya. Dengan statusku sebagai duda beranak satu, aku belum tentu layak untuk menjadi pendamping hidupnya.

Haruskah aku berubah menjadi pria yang arogan dan egois untuk bisa mendapatkan Tania?

******

Kira-kira apa yang dirasakan oleh Pak Rudi setelah kejadian itu ya?

BERSAMBUNG

Jangan lupa kasih tahu author lewat komen, siapa yang cocok buat Tania. Pak rudi atau Chiko?

JANGAN LUPA,, HABIS BACA WAJIB LIKE dan KOMEN 🤭🤣✌️

Yang udah kasih Like, Komen, Vote juga Gift apalagi ⭐⭐⭐⭐⭐

Author ucapin THANK U SO MUCH🌹🌹🌹🥰

Terpopuler

Comments

≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©

≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©

Yuhuuuu Daddy gula, dimana kamu/CoolGuy/

2025-07-06

2

R 💤

R 💤

aku sih milih Chiko aja deh Oma hehe

2025-07-03

2

Aksara_Dee

Aksara_Dee

tapi chiko nama majikanku yg berbulu. nama Chiko emang bikin kesel, nyebelin, gemes sekaligus.

2025-07-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!