Aku Pulang

"Mbak Dena, bibik lupa. Kamar mbak Dena dikunci, disuruh sama mas Dana. Kuncinya bibik simpan di kamar." kata Bik Yun saat mereka hendak menaiki tangga menuju lantai dua di mana kamar Dena berada.

"Ya udah, bik Yun ambil aja. Aku masih ingat letak kamarku... Ya.. Jika belum diubah sama perempuan itu." ucap Dena sambil menahan kesal saat melihat isi rumah ini banyak berubah.

Beberapa furniture sudah diganti dan warna dinding yang dulunya berwarna putih kini sudah ada tambahan ornamen gold yang membuat Dena merasa sakit hati.

Rumah ini milik mendiang maminya. Wanita itu yang merancang dan mendesain bangunan yang berdiri kokoh ini. Tapi lihatlah wanita benalu itu berani mengganti dan merubah semuanya.

Bahkan berani memajang pigura besar berisi foto keluarganya.

Dena menatap foto itu dengan tatapan luka, berbanding terbalik dengan raut wajah empat orang yang terlihat bahagia dalam potret pernikahan seorang wanita yang dulu sering dikasihani nya dan lelaki yang begitu dikasihinya.

"Cih, tertawalah selagi bisa tertawa. Sudah cukup kalian bahagia diatas penderitaan orang lain." ucap Dena sinis sambil menatap tajam pada foto orang yang memberikannya luka begitu dalam.

Tak...tak... tak...

Suara hak sepatu terdengar memecah suasana sunyi rumah ini. Membuat Dena melengos malas saat melihat wanita yang berjalan ke arahnya

"D_Dena???"

Wanita itu tak dapat menyembunyikan rasa kagetnya saat melihat Dena.

Dia adalah Karnasih alias Kana, istri baru papinya.

"Ka_kamu ngapain disini?" tanyanya lagi yang masih belum bisa menghilangkan rasa kagetnya.

"Cih... Harus saya jawab pertanyaan yang sudah pasti jawabannya." sahut Dena sinis.

"Setelah buat malu keluarga, kamu masih berani kembali ke rumah ini. Nggak tau diri kamu, Dena." ucap Kana yang berusaha menyembunyikan kagetnya saat mendengar ucapan Dena.

"Rumah ini..... rumah saya dan Dana. Hanya mengingatkan anda jika lupa." balas Dena lalu tersenyum miring.

"Dan saya juga bisa menuntut anda karena berani merubah dan mengganti peninggalan mami saya dengan benda-benda jelek ini." ucap Dena lamat-lamat sambil menunjuk foto pernikahan Asta, putri Kana.

"Kurang ajar kamu, Dena. Saya akan bilang ke papi kamu, kalau kamu berani melawan saya." suara Kana yang sudah mulai meninggi menunjukkan jika wanita itu sudah mulai emosi.

Dena tertawa keras mendengar ucapan istri baru papinya itu. Ya, walaupun Dena tau kalau Kana berani melapor pada papinya tapi gadis cantik itu sama sekali tak gentar.

Papinya memang bodoh bisa cinta dan tunduk pada perempuan ular ini. Bahkan mengorbankan perasaan putrinya demi kebahagiaan putri dari wanita ini.

"Silahkan...." tantang Dena sembari tersenyum miring.

Matanya melirik dan mengkode Bik Yun untuk segera ke atas, membuka kamarnya.

"Ah... Jangan lupa sampaikan kepada papi jika Dena sudah kembali. Jadi, papi harus melakukan apa yang sudah tertera dalam surat wasiat mami." kata Dena sambil bersiap-siap mengangkat kopernya menaiki tangga.

"Apa maksudmu, Dena?!" suara Kana sudah meninggi namun Dena terlihat tak takut sama sekali pada perempuan ini.

"Ups... Anda belum tau?" ucap Dena lalu meletakan sebelah tangannya ke bibirnya seolah menyesal karena keceplosan.

"Padahal kami baru bertemu beberapa hari yang lalu dii kantor pengacara."

"Oh ya satu lagi, surat wasiat mami itu legal dan sah secara hukum, bukan cuma coret-coretan di selembar kertas." kata Dena dengan wajah mengejek Kana.

Sementara Kana mendadak pias mendengar kabar itu. Tedi tak mengatakan apapun tentang surat wasiat. Kana mengepalkan tangannya karena kesal mengetahui hal sepenting itu dari mulut anak tirinya.

"Jadi anda paham dong kenapa saya bisa ada di sini. Masa nggak...." ucap Dena dengan wajah penuh kemenangan sebelum berbalik menaiki tangga menuju kamarnya

Dena bertekad akan mengambil kembali semua haknya dan Dana, termasuk dari papinya. Bukan karena dia tamak, tapi itu memang hak Dena dan saudaranya.

Apalagi sekarang Dana sakit parah dan perlu biaya besar untuk pengobatan. Tak mungkin mereka membebani om Albert terus menerus. Walaupun Dena yakin om nya itu pasti selalu berada di garda depan untuk mereka

Dena berhenti di depan sebuah kamar. Manik coklatnya menatap sendu ke arah pintu berwarna hitam itu. Kamar ini milik saudara kembarnya, Ardana yang kini harus berjuang melawan penyakitnya.

Dana, saudara satu kandungannya divonis mengidap leukimia. Dan kini harus dirawat intensif di rumah sakit. Salah satu alasan kepulangan Dena juga karena ingin mendonorkan sel sumsum tulang belakangnya untuk Dana.

Karena hanya Dena yang cocok menjadi pendonor. Sedangkan paman Albert sudah tua, membuat Dena merasa tak tega jika lelaki itu melakukan transplantasi pada Dana.

"Mami.... Mas Dan... Aku pulang." ucap Dena sambil tersenyum sedih. Suaranya yang lembut menyebutkan nama panggilan kesayangan Dana sambil menatap pintu seolah-olah benda itu adalah kembarannya.

"Mas Dan, kamu harus sembuh, seperti janjimu. Maafin aku karena ninggalin kamu selama ini." ucap Dena sambil menahan diri untuk tak menangis walaupun matanya sudah mulai berembun.

Dena tak ingin menangis di rumah ini lagi. Sudah cukup dia lakukan lima tahun yang lalu. Tak hanya air mata, bahkan Dena meninggalkan rumah ini dengan berdarah-darah.

Namun, semuanya tak ada yang perduli. Kecuali Dana, saudara kembarnya dan juga Bik Yun.

Dena memasuki kamar lamanya, tak ada yang berubah. Bik Yun membuka gorden dan pintu balkon agar ada udara segar yang masuk.

"Mas Dan selalu minta bibi buat bersihin kamar mbak Dena. Katanya biar kalau mbak Dena pulang, kamarnya udah siap ditempati lagi." kata Bik Yun.

Dena hanya mengangguk mendengar ucapan Bik Yun.

"Nyonya Kara yang renovasi kebun samping, mbak. Biasanya Nyonya Kara pakai tempat itu kalau ada acara arisan atau kumpul sama teman-temannya." kata Bik Yun saat melihat mata Dena yang terpaku pada taman samping yang kini sudah berubah jauh.

"Stop panggil dia nyonya di depan saya, Bik. Dia bukan siapa-siapa, hanya orang tak tau diri yang menumpang di rumah ini." ucap Dena datar.

Bik Yun mengangguk paham.

Tak lama terlihat sebuah mobil merah keluar dari garasi.

Dena sudah menebak, akan pergi kemana si pengemudi mobil merah itu. Sudah pasti ke kantor suami laknatnya itu.

Ya memang keduanya sangat cocok, penghianat dan peselingkuh. Sungguh pasangan yang serasi.

"Bik, beresin baju aku ke lemari ya. Aku mau keluar sebentar."

"Iya mbak."

Bik Yun segera membereskan koper Dena. Gadis itu tak membawa banyak barang dari rumah om Albert.

Karena Dena tak akan lama tinggal di rumah ini. Beberapa minggu lagi dia harus menikah dengan lelaki yang sudah dijodohkan maminya.

Terpopuler

Comments

Susi Akbarini

Susi Akbarini

berdarah2 kwnapa??

ada apa??

❤❤❤❤❤❤

2025-06-27

1

Qhariestppe

Qhariestppe

Asta, Jangan-Jangan 11-12 ama ibunyaaa ...

2025-06-28

0

lihat semua
Episodes
1 Home Sweet Home ???
2 Aku Pulang
3 Dua Wanita Ular
4 Sampah Harusnya Dibuang
5 Maybe
6 Mungkinkah
7 Akan Bertemu
8 Mengembalikan Ke Posisinya
9 Bakal Calon Suami Dena
10 Kasih Sayang Si Kembar
11 Mahar
12 Sutedjo
13 Pendekatan
14 Cinta Tapi Selingkuh
15 S3 : Saran Seorang Sahabat
16 Tenda Jamed
17 Tobat Nggak, Tuh
18 Asta Yang Malang
19 Gula Gula Kapas
20 Main Kaki Juga
21 Tedi Oh Tedi
22 Gara vs Evan
23 Ijab Kabul Dengan Luka
24 Anggara Suaminya Dena
25 Kana Dan Tedi, Pasangan Yang Serasi
26 Strong Woman
27 Jangan Jadi Pengkhianat
28 Jadi Dena Yang Utuh
29 Ternyata Palsu
30 Pawang
31 Sahabat Sejati
32 Tetangga Baru
33 Kasih Tau Suaminya
34 Bukan Main Masak-Masakan
35 Malam Bersejarah
36 Bidadari Hati
37 Biar Berkah
38 Diculik
39 Kemana Dena Dibawa?
40 Rencana Evan
41 Titik Terang
42 Kabur
43 Pencarian
44 Kabur
45 Tertangkap?
46 Bantuan
47 Datang
48 Penyelamatan
49 Buta Hati
50 Maaf
51 Mereka Penjahatnya
52 Sidang
53 Kegelisahan Dena
54 Hamil
55 Papa??
56 Pertengkaran
57 Keputusan
58 Postingan
59 Kehamilan Simpatik
60 Awal Mula
61 Si Kecil Berotak Jahat
62 Perasaan Nyaman Itu Dimulai
63 Niat Gema
64 Menjual Kisah Sedih
65 Garis Batas
66 Flashback End
67 Buah Kebaikan
68 Ini Tante Dena, kan?
69 Rumah Korban Evan
70 Mulai Mencari
71 Bertemu
72 Permohonan Maaf Anggara
73 Menggapai Maaf
74 Tetap Ingin Berpisah
75 Menyelesaikan Satu Demi Satu
76 Oleh-oleh Tetangga Baru
77 Goyah
78 Keputusan Dena
79 Quality Time
80 Jadi Cerai Atau Nggak?
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Home Sweet Home ???
2
Aku Pulang
3
Dua Wanita Ular
4
Sampah Harusnya Dibuang
5
Maybe
6
Mungkinkah
7
Akan Bertemu
8
Mengembalikan Ke Posisinya
9
Bakal Calon Suami Dena
10
Kasih Sayang Si Kembar
11
Mahar
12
Sutedjo
13
Pendekatan
14
Cinta Tapi Selingkuh
15
S3 : Saran Seorang Sahabat
16
Tenda Jamed
17
Tobat Nggak, Tuh
18
Asta Yang Malang
19
Gula Gula Kapas
20
Main Kaki Juga
21
Tedi Oh Tedi
22
Gara vs Evan
23
Ijab Kabul Dengan Luka
24
Anggara Suaminya Dena
25
Kana Dan Tedi, Pasangan Yang Serasi
26
Strong Woman
27
Jangan Jadi Pengkhianat
28
Jadi Dena Yang Utuh
29
Ternyata Palsu
30
Pawang
31
Sahabat Sejati
32
Tetangga Baru
33
Kasih Tau Suaminya
34
Bukan Main Masak-Masakan
35
Malam Bersejarah
36
Bidadari Hati
37
Biar Berkah
38
Diculik
39
Kemana Dena Dibawa?
40
Rencana Evan
41
Titik Terang
42
Kabur
43
Pencarian
44
Kabur
45
Tertangkap?
46
Bantuan
47
Datang
48
Penyelamatan
49
Buta Hati
50
Maaf
51
Mereka Penjahatnya
52
Sidang
53
Kegelisahan Dena
54
Hamil
55
Papa??
56
Pertengkaran
57
Keputusan
58
Postingan
59
Kehamilan Simpatik
60
Awal Mula
61
Si Kecil Berotak Jahat
62
Perasaan Nyaman Itu Dimulai
63
Niat Gema
64
Menjual Kisah Sedih
65
Garis Batas
66
Flashback End
67
Buah Kebaikan
68
Ini Tante Dena, kan?
69
Rumah Korban Evan
70
Mulai Mencari
71
Bertemu
72
Permohonan Maaf Anggara
73
Menggapai Maaf
74
Tetap Ingin Berpisah
75
Menyelesaikan Satu Demi Satu
76
Oleh-oleh Tetangga Baru
77
Goyah
78
Keputusan Dena
79
Quality Time
80
Jadi Cerai Atau Nggak?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!