"Pindah....pindah gak lo!", teriak Kennan sambil melirik gadis yang duduk di belakangnya melalui spion depan tanpa sedikitpun menoleh ke belakang.
Sedikit terkaget Tita menyahut pelan, "Emang kenapa...?".
Adakah yang salah denganku yang menduduki bangku tengah seperti saat berangkat tadi, Tita membatin.
"Emangnya gue sopir lo...pindah depan!!!" seru Kennan.
Tita bergegas keluar dengan sedikit bersungut. Kemudian masuk ke bangku depan disamping Kennan dengan berjalan memutari mobil yang bermerek Toyota Alphard itu.
"Yang bilang kamu sopir siapa coba", Tita bergumam lirih.
"Aku denger ya...", Kennan sambil melajukan mobil keluar dari area parkir terminal bus Jombor.
Tita membuang nafas pelan lalu membuang pandangan ke luar jendela kaca di sisi kirinya.
...🍭🍭🍭🍭...
Mereka diam membisu, tidak ada sepatah katapun dari keduanya.
Bahkan Kennan seakan enggan menyalakan alat pemutar musik yang biasanya disetel untuk sekedar menemaninya merayapi jalan raya.
Membosankan, mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi kedua insan yang duduk berdampingan pada mobil yang sama itu. Mereka asyik dengan pemikiran masing masing seakan tidak mau saling mengganggu.
Kalau saja mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai, pasti tidak akan ada jeda untuk saling bicara.
Apalah daya.... Mereka hanya dua remaja yang disatukan dalam sebuah pernikahan yang mendadak tanpa peduli dengan rasa perasaan mereka.
Seakan dunia remaja mereka dipotong dengan paksa diganti dengan dunia pernikahan yang sama sekali masih awam untuk kedua remaja itu.
Dengan kebisuan keduanya, membuat jarak tempuh sangat lama.
Tita bingung harus memulai percakapan dari mana, dia juga takut untuk untuk bersuara, mengingat suara keras dengan nada marah setiap kali pemilik suara bariton di sampingnya itu berbicara.
Tita memutuskan menikmati pemandangan kota Jogja dari jendela kaca samping kirinya, tanpa peduli dengan cowok tampan yang sepertinya fokus menyetir disampingnya.
Hanya sesekali desahan lirih yang keluar dari mulutnya.
Seetttttt.....
Mobil berhenti pelan saat di depan lampu lalu lintas menyala merah.
Tita menatap sendu saat melihat dua anak kecil yang kira - kira usia sekolah dasar, membawa gelas plastik bekas air mineral seraya mengacungkannya kepada setiap pengendara yang sedang berhenti untuk menunggu lampu lalu lintas berganti warna hijau.
Sesekali ada pengendara yang memasukkan uang receh kedalam gelas plastik bekas itu dan anak tersebut sedikit membungkukkan badan sebagai tanda ucapan terima kasih dengan tersenyum.
Tak jarang pula yang menolak, bahkan ada yang menyentaknya sedikit kasar.
Tita meringis perih melihat itu. Diapun menggerayangi saku dicelana dan merogohnya, namun tidak menemukan apa - apa. Sekedar uang koin pun tidak ditemukan.
Kemudian menepuk keningnya pelan seraya mengingat kalau dia tidak membawa dompet ataupun Hp nya. Dia hanya melenggang tangan saat berangkat tadi.
Huuhhhh, sayang sekali....
Batin Tita menangis, sedikit teringat dengan adik - adik kecilnya di panti asuhan.
Dia mengingat wajah sendu mereka jika tidak ada uang untuk sekedar membuat makanan. Membayangkan bagaimana mereka menahan lapar dengan bibir memutih tanpa sesuap nasi yang masuk ke dalam perut mereka .
Tita menyesal mengingat kebodohannya, dengan lupa membawa dompet ataupun beberapa lembar uang sekedar untuk mengisi kantong celananya.
Sedikit berfikir serta melirik cowok tampan disampingnya, Tita ragu. Akhirnya memberanikan diri untuk berbicara, "Bang.... Bang Kennan...."
"Hemm......", tanpa mengalihkan pandangan Kennan mendesis pelan.
Tita memilin ujung pasminanya, "Abang bawa uang?"
"Hemm....", jawaban yang sama diterima Tita
"Boleh Tita minta?", sedikit ragu Tita menengok pada cowok disamping kanannya itu.
"Buat apaan.....?" Kennan masih memandang ke arah depan sambil mengetuk ngetuk kemudi dengan jarinya.
"Itu.....emmm....buat adek kecil itu", Tita menunjukkan dua bocah kecil di luar mobil mereka dengan telunjukknya.
"Cek di laci....", dingin Kennan, tanpa mengalihkan pandangan ke arah dua bocah yang ditunjuk Tita.
Tita pun mencoba membuka laci dasbor mobil di depannya dengan hati - hati.
Ceklek...
Tita melihat beberapa lembar uang dua ribuan serta satu lembar uang dua puluh ribuan.
Tita memilih mengambil lembaran uang dua puluh ribuan itu seraya menunjukkan nya kepada Kennan.
"Tita ambil yang ini ya.....?" dengan menutup dasbor itu kembali.
"Hemm.....", jawaban itu lagi yang diperoleh Tita
Heeehhhh, emang dasarnya kulkas.
Tita membuka kaca pintu mobilnya, sedikit melongok keluar memanggil dua anak kecil yang masih setia berpanas - panas mendekati satu persatu pengendara yang sedang berhenti, menunggu lampu hijau menyala.
"Deeekkkk.....sini...." dengan sedikit berteriak dan melambaikan tangan, Tita memanggil kedua anak itu.
Saat kedua anak itu mendekat, Tita memberikan satu lembar uang dua puluh ribuan kepadanya.
"Maaf ya Dek....Kakak hanya punya ini, semoga bisa membantu" dengan senyum Tita memberikan kepada bocah itu.
"Gapapa Kak... ini pun sudah sangat banyak. Ter.....", kedua anak itu berhenti bersuara....
Sreeetttt.....
"Ini...Kakak tambahin", Kennan memberikan dua lembar uang berwarna merah ke arah dua bocah itu.
Dengan kaget dan tergagap, mereka menjawab serempak, "Terima kasih Kak, semoga Allah membalas kebaikan Kakak", mereka menerima dengan tersenyum tak lupa berterima kasih. Kemudian berlalu dari sisi mobil Kennan dam Tita.
Sikap Kennan yang tiba - tiba itu membuat Tita kaget.
Posisi Kennan yang ada di depannya begitu dekat pada saat memberikan uang kepada kedua anak kecil itu, membuat Tita sedikit melotot dan menegang.
Bau parfum maskulin Kennan menguar seketika membuat degup jantung Tita berdebar kencang.
Apalagi saat Kennan sedikit menarik tubuhnya untuk kembali ke sisi kemudi membuat tubuh mereka sedikit bersentuhan, tak ayal tubuh Tita meremang.
Maklum Tita jarang sekali bergaul, dia tidak punya banyak teman. Jangankan teman laki - laki, teman perempuan saja bisa dihitung dengan jari.
Pun juga dengan Kennan, harum wangi strobery dari parfum yang Tita pakai membuat dia berhenti sejenak untuk menghirupnya dalam, hatinya berdesir.
Tin...tin...tiinnn....
Bunyi klakson dari mobil dibelakangnya membuat Kennan buru - buru kembali ke belakang kemudi dan menancapkan gas untuk melaju menapaki jalan raya Jogja yang cukup padat.
Untung Tita tidak menyadarinya, Kennan membatin
...🍭🍭🍭🍭...
Suasana kembali sunyi.
Tita mencoba menetralisir degub jantungya yang sempat tak beraturan dengan kembali menatap jendela kaca disampingnya.
Semoga saja Kennan tidak menyadari debaran jantungku yang sempat berdegub kencang, Tita membatin sambil meraba dadanya.
Beberapa saat ketika mobil Toyota Alphard itu melewati sebuah kedai ice cream di sisi kiri jalan, Tita mendongak menelan ludah seakan merasakan betapa segarnya jika dia bisa menikmatinya.
Dia membayangkan memegang sebuah cone yang berisikan ice cream rasa durian disertai lelehan coklat cair serta sprinkle warna warni kesukaannya.
Tita mendengus kesal, saat kedai itu sudah berlalu dari sisinya.
Aksi Tita tak luput dari sudut mata Kennan, diapun membayangkan segarnya ice cream itu jika membasahi kerongkongannya.
Dengan sigap Kennan memutar balik arah mobilnya menuju kedai ice cream yang telah dilaluinya.
Seettt....
Mobil berhenti di area parkir depan kedai.
"Turun!", Kennan berujar sambil membuka pintu mobilnya. Bergegas masuk ke kedai di depannya.
Sedikit bingung....apakah Kennan bisa membaca pikiranku, batin Tita. Namun tak urung Tita menyusul agak jauh di belakang Kennan.
"Dasar gadis manja.....lelet....", desis Kennan lirih.
Kennan mengambil tempat duduk tak jauh dari pintu masuk, berdampingan dengan tembok kaca yang sebagian tertutupi stiker desain logo kedai itu.
Tita masuk kemudian duduk dihadapan Kennan, karena tempat duduk itu hanya cukup untuk berdua dan saling berhadapan.
Jika dilihat mereka seperti sepasang remaja yang sedang berkencan.
Sayangnya bukan.
Tapi kan mereka suami isteri. Lebih sah kan....
Seorang pramusaji mendekat.
"Mau pesen apa mas...mbak..?", seraya meletakkan tangan di atas papernote untuk mencatat pesanan.
Tita membolak balikkan buku menu kemudian menyebutkan pilihannya, "Metto gelato with sugar sprinkle 1 mbak".
Kemudian menyerahkan buku menu ke arah Kennan.
Kennan pun membukanya, "Primo gelato mateo 1, yang jumbo ya mbak".
Pramusaji menerima buku menu dari Kennan dan berlalu untuk menyiapkan pesanan kedua remaja itu.
Hah...jumbo!!!
Gak takut melar apa perut sixspacknya.
Tapi, gak aneh sih badan setinggi itu mesti ususnya panjang berliku. Tita membatin sambil memindai patung bernyawa dari es batu di depannya itu, kemudian memalingkan wajahnya ke luar kedai.
Demen banget sih liat luar, emangnya wajah nan tampan bak pangeran Dubai ini kagak menarik apa, pikir Kennan sambil mengeluarkan gadget dari saku celananya.
Kennan menyalakan Hp dan memainkan salah satu game di dalamnya tanpa ada keinginan berbicara untuk mencairkan suasana.
Beberapa menit setelahnya, pesanan pun datang.
"Ini metto gelato with sugar sprinkle pesanan mbaknya", sambil menyodorkan ice cream itu ke hadapan Tita.
"Dan ini primo gelato mateo jumbo untuk masnya, Selamat menikmati. Happy nice mood", ucap mbak pramusaji ramah.
Tita mencicipi ice creamnya yang berbentuk cone dengan dua bulatan ice gelato berwarna coklat dihias lelehan cream kental manis berwarna putih serta taburan sprinkle warna warni dan kepingan karamel gula putih tertancap diatasnya.
Sesekali tersenyum tipis dan semangat menikmati ice cream yang sudah lama tidak menyentuh lidahnya itu.
Sedang Kennan, menyendok ice cream yang terdiri dari bulatan gelato warna warni tertata apik di atas cone yang berbentuk mangkok jumbo serta hiasan meses warna warni. Tak lupa lelehan krimer vanila dengan wipecream di atasnya. Dengan piring berwarna hitam lonjong sebagai alas tentunya.
Kennan menikmati gelato dengan tenang dan menatap heran gadis di depannya, yang sumringah. Seperti bocah kecil yang bertahun tahun tidak pernah dibelikan ice cream oleh ibunya.
"Makannya pelan - pelan Ta, gak ada yang akan merebut", pelan, tegas namun tetap saja cool...Kennan
"Eh...iya", terkaget Tita karena mendengar cowok kulkas dua pintu itu bersuara.
Tak ayal itu membuat ice yang dipegangnya tak sengaja menempel ujung bibirnya, meninggalkan jejak belepotan disana.
Melihat itu, Kennan menahan senyum. Mengambil tisu yang ada di atas meja.
Sreeettttt....Kennan menyapu ice yang tertinggal di ujung bibir pink muda gadis di depannya.
Titapun menunduk menghadapi kejadian tak terduga itu.
Haduh, kok si kulkas dua pintu perhatian sih. Pipi Tita kan jadi merona merah semerah tomat.
"Gak usah baper, cepet abisin....", titah Kennan
Huh.... baru aja hati Tita sedikit merekah, langsung ambyar deh.
Dasar kulkas dua pintu berhati beku.
Sesaat suasana kembali hening dan canggung.
Mereka berdua menikmati ice cream dalam diam. Tita memakan ice cream dengan menyenderkan punggungnya pada kursi sambil menatap arah luar. Sedang Kennan menghabiskan ice cream primo gelato mateo jumbonya sambil sesekali main game PUBG
Kennan beranjak menuju meja kasir untuk melakukan pembayaran sedang Tita keluar kedai ice cream dengan lesu tanpa menunggu Kennan.
🍨🍨🍨🍨
Like
Vote
Komen
Tambahkan favorit❤
Tengyu so much sudah mau mampir😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 276 Episodes
Comments
༄༅⃟𝐐•ωαƒєяqυєєη❤💜
ngebayangin ice cream nya,bikin ngiler 🤤🤤 kan jd pengen makan ice cream juga...🤭🤭
2021-08-17
3
ErNika_Nika
visual nya donk😅
2021-01-01
5
V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷
Kulkas dua pintu Nan Tampan
2020-12-17
6