Viraj terdiam membisu. Dia langsung mengalihkan pandangannya. "Mahi memintaku duduk di depan, " ucap Varsha memberi penjelasan kecil. Viraj menoleh ke belakang. Menatap Mahi yang tengah tertawa. Setelah semua siap, Viraj langsung bergerak menuju desa Bihar.
Di depan gerbang pintu masuk ke desa Bihar. Sebuah mobil hitam terparkir di luar. Dua orang dengan pakaian rapi dan culun berdiri di samping mobil tersebut. Yang satu bertubuh besar, perut buncit, rambut botak tengah, dan kumis tipis. Pria tersebut bernama Bose. Dan satu lagi, pria muda yang tubuhnya berbanding terbalik dari Bose. Jika Bose terlihat gendut, pria ini justru sedikit kurus. Pria tersebut bernama Jagad.
"Hey Bose. Apakah penampilan ku sudah terlihat tampan hari ini?"
"Masih sama seperti kemarin, "
"Apakah Nona Varsha akan tertarik padaku?"
"Pft. Nona pengacara itu tertarik pada mu? Cih, "
"Sampai itu terjadi dunia ini akan berakhir, " sambung Bose mengejeknya. Jagad hanya menatap Bose kesal. Dan tak berselang lama, mobil Viraj datang. Bose langsung menelan sisa samosa di tangannya. Bose juga mengelap tangannya, dan berdiri tegap dengan tatap serius, walau mulut masih penuh dengan makanan. Sementara Jagad dia langsung menyembunyikan cermin di tangannya, dan berdiri tegap.
"Sedang apa kalian di sini?"
"Menunggu, Sir, " jawab keduanya lantang dan tegas.
"Siapa yang kalian tunggu?"
"Inspektur Viraj Thakur, Nona Varsha Mehra, dan polwan muda Nona Mahi Thakur, " jawab kembali keduanya dengan tegas. Mahi tertawa kecil melihat kedua asisten ayahnya. Sejak kecil, keduanya suka memanggil Mahi dengan sebutan polwan muda.
"Bukan kah aku meminta kalian untuk masuk dan meminta izin pada kepala desa Bihar?" keduanya terdiam. Mata mereka bergerak saling lirik, namun badan tetap fokus tegap kedepan.
"Apa kalian tidak membaca pesan ku?" keduanya kembali saling lirik. Mereka kemudian sama-sama menggelengkan kepala mereka. "Ck. Sudahlah.. Ayo masuk, " Viraj menggandeng tangan putrinya dan berbalik masuk ke dalam mobil. Mobil Viraj berhenti sejenak di hadapan Bose dan Jagad. "Kalian masih mau berdiri terus di sini atau ingin masuk?" tanya Viraj menatap mereka tajam. Tatapan Viraj selalu saja membuat keduanya ketakutan, dan berlari masuk ke dalam mobil mereka. Mobil Viraj jalan lebih dulu, di susul mobil Jagad dan Bose. Mereka sudah memasuki pemukiman desa. Sebelum turun, mereka melepas segala atribut jabatan mereka. Karena nantinya mereka akan menyamar sebagai relawan yang ingin membantu desa.
Viraj turun mengenakan kurta lusuh dengan sorban kusut di kepalanya. Dia melirik ke sekeliling dengan awas, memastikan tidak ada mata yang mencurigai kehadiran mereka. Di sampingnya, Varsha—mengenakan salwar kameez warna lembut, dengan rambut di kuncir rapi, menyamar sempurna sebagai seorang guru sukarelawan yang dikirim untuk membantu pendidikan anak-anak desa.
"Apakah kamu yakin ini jalan yang benar?" bisik Varsha sambil membenahi selempang kainnya.
Viraj mengangguk, “Ini satu-satunya jalan jika kita ingin membongkar jaringan itu tanpa membuat mereka kabur lebih dulu.”
Mereka berjalan menyusuri jalan setapak menuju rumah panggung kecil yang akan menjadi markas mereka selama penyamaran. Dua anak buah Viraj—Bose dan Jagad—sudah lebih dulu menyiapkan sebuah pondok kecil yang di bantu satu warga desa Bihar. Mereka masuk dan mulai mengemasi barang-barang mereka di sana. "Aku terpaksa melakukan penyamaran ini. Sebab aku dengar, orang yang dulunya bertugas menyelidiki kasus ini, tidak pernah kembali sampai sekarang, " ucap Viraj sambil membenahi barang-barangnya.
Di luar pondok, penduduk desa mulai beraktivitas. Wajah-wajah lelah namun terbiasa dengan kerasnya hidup. Namun di balik semua itu, ada bayang ketakutan yang menyelinap di mata para ibu—ketakutan kehilangan anak perempuan mereka.
Sejak enam bulan terakhir, enam gadis muda telah menghilang tanpa jejak. Tidak ada mayat, tidak ada saksi, tidak ada penyelidikan yang benar-benar dijalankan. Mereka hanya "menghilang". Laporan ke kepolisian daerah hanya ditanggapi dengan anggukan dan janji kosong. Dan di sinilah Varsha dan Viraj masuk—tanpa lencana, tanpa pengadilan, hanya dengan keyakinan untuk mengungkapkan kebenaran.
...****************...
Hari pertama mereka dimulai dengan memperkenalkan diri sebagai pasangan relawan yang dikirim dari NGO pendidikan dan kesehatan. Varsha membuka kelas membaca di aula desa. Ia duduk bersila bersama anak-anak, mengajari huruf demi huruf, menyisipkan pesan kecil tentang keberanian dan pentingnya suara perempuan.
Viraj membantu di ladang, membaur dengan para pria. Ia berpura-pura sebagai pria miskin yang mencari pekerjaan karena gagal panen di kampung sebelah. Sikap tenangnya membuatnya cepat diterima, meskipun beberapa pria tua masih menatapnya penuh tanya.
“Pria itu punya tangan pekerja, tapi mata seperti macan,” bisik seorang pria kepada temannya. “Dia bukan orang biasa.”
...****************...
Hari berganti hari. Varsha dan Viraj mulai mengumpulkan potongan-potongan informasi. Salah satu ibu gadis yang hilang—Srivali—mengaku putrinya menghilang setelah malam puja di kuil belakang rumah kepala desa, Raghunath.
“Dia keluar untuk membeli minyak. Setelah itu, tidak pernah kembali,” kata Srivali sambil menahan air mata. Varsha menggenggam tangannya dengan lembut. “Anak mu pasti baik-baik saja. Berdoalah agar putrimu segera di temukan."
Walaupun mereka diam-diam menggali informasi, mereka tetap pada penyamaran sebagai relawan yang membantu desa. Dalam momen ini, Mahi bekerja sama dengan Bose untuk menyatukan Varhsa dan Viraj. Beberapa momen mereka buat agar keduanya nampak bersama. Tapi, karena keduanya sangat mengutamakan tugas, perasaan itu sama sekali tidak ada.
...****************...
Ditengah para warga yang mulai terbuka dengan kehadiran Varsha, Viraj, dan timnya. Tidak semua warga menyambut mereka dengan tangan terbuka. Raghunath—kepala desa—mengamati mereka dari balik balkon rumah besarnya. Ia berdiri tegak dengan dhoti bersih dan tilak merah di dahinya. Di mata masyarakat, dia adalah penyelamat—dermawan, murah hati, pemimpin keagamaan. Tapi Varsha dan Viraj melihat lebih dari itu. Ia terlalu bersih untuk tempat sekotor ini.
Suatu malam, dalam pertemuan tertutup dengan asistennya, Raghunath berbicara pelan namun penuh ancaman.
"Siapa mereka?"
“Mereka nampak bukan seperti guru dan buruh biasa. Carikan aku identitas mereka. Aku ingin tahu siapa yang berani mencampuri urusan desa ini.”
Anak buah Ragunath langsung bergerak mencari tahu identitas asli Varsha dan Viraj malam itu juga. Ragunath menunggu kabar. Varsha dan Viraj sudah membuat Ragunath tak tenang belakangan ini. Dalam waktu singkat, Ragunath berhasil mengetahui identitas asli mereka.
"Ternyata benar. Senyuman bisa menjadi racun, " gumam Ragunath dengan senyuman licik. "Siapkan pertemuan dengan warga desa besok pagi. Aku ingin lihat, apakah dua orang hebat itu bisa bertahan lama di desa ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments