malam itu bulan terlihat sangat cantik, cahayanya menerangi seluruh bumi hingga tak terasa jam menunjukkan tengah malam
Riken dan juga Gavin pun memutuskan untuk pulang ke rumah masing masing
.
.
namun ditengah perjalanan, tiba tiba Riken berhenti lalu turun dari motor yang di kendarainya
ia menepi hanya untuk menyalakan sebatang rokok lalu memandangi lagi bulan cantik di atas kepalanya
seolah tak mau merelakan bulan itu hilang dari kontak matanya
lalu berkata lirih dalam hati
Riken Afizky
"bulannya masih sama, sama cantiknya sepertimu dan tidak akan berubah"
Riken Afizky
"aku tidak mau bulannya hilang tapi dia akan tetap pergi saat fajar nanti, dan aku hanya perlu menunggunya jika ingin melihatnya lagi walaupun harus melalui hari yang panjang"
Riken Afizky
"sayang, kamu lagi apa ya disana? aku bingung gak tau arah. rasanya kamu masih ada disampingku seperti waktu itu dan masih milikku"
Riken Afizky
"apa kamu tau sehancur apa aku sekarang? aku harus kemana? aku kehilangan semuanya"
ia tertunduk letih, air matanya mulai tak terbendung
sambil berkali kali memukuli dada dan kepalanya, lalu ia melepaskan tangisannya tanpa memedulikan sekitar
Riken Afizky
"sakittt!!!"
Riken Afizky
"sakit banget ay"
Riken Afizky
"aku cape nahan ini semua, aku mau di peluk kamu lagi pas nangis"
Riken Afizky
"aku mau ada kamu lagi dihidup aku"
ia terus mengucapkannya seolah mantan kekasihnya ada di dekatnya, sambil terus memukuli dadanya dengan tangis yang terisak isak
dan sesekali terpikir untuk melompat dari jembatan tersebut
kini Riken benar benar merasa berantakan, ia tak mampu mencerna apa yang di pikirkannya
dia ingin mengakhiri hidupnya, tetapi tidak ingin merepotkan orang lain dalam masalahnya
tangisannya semakin pecah, dan tak henti hentinya memukuli dada juga kepalanya
Riken Afizky
"di kehidupan yang hanya sekali ini kenapa aku gak bisa bersamamu"
.
.
.
waktu sudah hampir pagi, Riken baru saja sampai dirumahnya
ia hanya tinggal bertiga dengan ibu dan 1 adik perempuannya, ketika semua orang di rumahnya masih tertidur nyenyak ia malah baru memasuki kamar tidurnya
Riken terduduk di ranjang dengan menghadap sebuah kaca besar yang terpajang di kamarnya
setelah beberapa saat melamun lalu ia memandangi seluruh wajahnya di dalam kaca tersebut
matanya terlihat sayu seperti tak memiliki harapan untuk hidup lebih lama
dan kembali tanpa sadar air matanya menetes, sambil menatap sebuah gunting yang berada diatas meja dibawah kaca tersebut
tanpa fikir panjang ia pun berdiri dan menyahut gunting tersebut lalu pergi menuju toilet
tekadnya untuk mengakhiri hidup sudah benar benar tidak bisa ia lawan
lagi lagi ia menatap wajahnya sendiri dari dalam kaca di toiletnya
tatapannya sungguh dipenuhi oleh amarah
lalu ia mengucapkan sebuah kalimat dengan sangat lirih
Riken Afizky
"jika ingin tenang, maka matilah"
CLAAAPPPP!!!!
ia tancapkan gunting yang dibawa dari kamarnya ke arah perut sebelah kanannya
seketika darah mengalir hingga lubang pembuangan, kakinya mulai lemas kemudian secara perlahan ia duduk bersandar ditembok
matanya juga terasa berat lalu tak lama Riken pun menutup matanya dan tidak sadarkan diri
.
.
.
di pagi hari, adiknya bangun lebih dulu dan hendak ke kamar mandi. namun setibanya di kamar mandi ia di kejutkan dengan cairan merah yang meluber di dalam kamar mandi tersebut
sontak ia berteriak memanggil ibunya
Stefany Joehana
MAMAAAAAAAAAA!!!!!!
lalu menangis histeris setelah menyaksikan kakaknya tersandar dengan penuh darah dibawah tubuhnya
tak lama kemudian ibunya pun datang
Agitha Sandra
ada apa sih Stefany? masih pagi loh ini kamu kenapa?
Stefany Joehana
*menunjuk
Agitha Sandra
*mengalihkan pandangan
Agitha Sandra
RIKENNN!!!!
Agitha pun dengan segera menghampiri anak sulungnya juga disertai tangisan
Agitha Sandra
Stefany, kamu telfon ambulan sekarang nak cepet
dengan posisi lemas Stefany menguatkan diri untuk mengambil ponselnya
Agitha Sandra
astaga!! apa yang kamu lakukan
dengan tangan gemetar Agitha menyentuh pipi Riken yang sudah terlihat pucat, lalu ia melihat sebuah gunting yang masih tertancap di perut putra sulungnya
ibu dua anak tersebut kembali terkejut dan semakin histeris, ia memberanikan diri mencabut gunting dari perut Riken lalu melemparkannya.
Comments
Fatima Rubio
Duh, pengen jadi tokoh dalam cerita ini deh, setiap adegannya keren abis
2025-07-02
0