Chapter 4 - Koharu Omamori

Cahaya senja telah menembus dari balik jendela besar yang ada di ruangan kepala sekolah, tak terasa sudah hampir malam kami menghabiskan waktu membahas tentang keluarga besar yang lain. Banyak konflik yang terjadi dengan mereka semua dan juga termasuk keluarga ku.

Omamori-san bilang bahwa disetiap keluarga mereka hanya menyediakan buku sejarah tentang keluarga mereka saja agar para generasi penerus berikutnya bisa mewujudkan impian leluhur mereka dan semangat mereka akan terus berlanjut hingga ke generasi yang akan datang.

Tapi sayangnya tidak untuk keluarga 10 besar yang lain, mereka mempunyai sejarah dari setiap keluarga dan itu ditulis dari sudut pandang masing - masing setiap anggota keluarga yang lain. Jadi yang kubaca pada waktu masih kecil itu adalah sejarah yang terjadi dalam sudut pandang keluarga Amagiri. Dan saat ini aku sangat tertarik bagaimana tentang sejarah keluarga lain menurut sudut pandang dari keluarga tersebut.

Bagaimana keluarga lain memandang keluarga Amagiri, tapi sayangnya itu sangatlah mustahil untuk bisa mengetahui apa yang mereka pikirkan tentang keluarga yang lain. Pasalnya jika salah satu keluarga melihat hal itu kemungkinan 90% mereka akan terlibat dalam pertarungan antar keluarga. Maka dari itu semua berjanji tidak akan melihat catatan sejarah keluarga masing-masing sebelum keluarga tersebut mengizinkannya.

Saat aku menanyakan dimana buku sejarah keluarga Omamori, kepala sekolah bilang saat ini buku itu telah dipegang oleh putri keduanya, dan itu adalah orang yang akan dijodohkan dengan ku. Ini cukup sulit, mungkin aku harus menyerah untuk melihat buku sejarah keluarga Omamori-san. Lebih baik aku pergi ke perpustakaan akademi besok jika ada waktu.

Setelah percakapan itu usai, aku pun izin pamit ke Omamori-san dan akhirnya aku keluar dari ruangan kepala sekolah.

Saat ini aku berjalan menuju ke gedung asrama, banyak para murid akademi yang pulang dari sekolah mereka, dan sesekali ada orang yang sedang melihat ku dan membicarakan ku. Ya.. sepertinya ini memang hal yang wajar karena mereka sedang membicarakan ku sebab aku adalah murid pindahan yang hampir memasuki semester baru.

Sampainya digedung asrama aku pun mulai menuju lift asrama dan seperti yang aku pikirkan, ada banyak murid yang mengantri menggunakan lift saat ini. Aku mungkin harus pergi lewat tangga, itu yang aku pikirkan.

Kamar 202 bertepat di lantai 3, aku memerlukan waktu 10 menit untuk bisa menuju lantai 3. Aku senang karena staminaku terlatih dengan baik.

Setelah sampai di depan kamar ku, aku pun membuka pintu tersebut dan melihat ada sebuah tas yang berada di atas kasur sebelah kasur milikku. Apa mungkin teman sekamarku?. Baiklah… kesan pertama adalah yang paling utama tapi sepertinya dia sedang mandi, sambil menunggu aku akan berbenah terlebih dahulu.

Aku pun mengambil koper yang berisi baju santai ku dan membuka lemari yang berada di dekat jendela dan seperti yang aku duga, lemari ini tidak bisa dibuka, sepertinya ini dikunci oleh teman sekamar ku. Saat menyadari itu aku pun menaruh baju ku di meja yang berisi banyak sekali buku berserakan. Mau tidak mau aku juga menata buku itu setelah menaruh baju ku di meja.

Sepertinya teman sekamar ku menyukai buku sejarah, banyak sekali buku sejarah di meja ini yang berserakan dan juga ada beberapa novel yang pernah aku baca juga saat menghabiskan waktu di rumah. Tak kusangka ada yang menyukai genre sejarah seperti ini selain aku dan kakakku.

Setelah menata buku itu kembali, terdengar suara pintu kamar mandi terbuka dan aku pun secara otomatis menoleh ke arah suara tersebut dengan maksud untuk langsung memperkenalkan diri agar tidak terjadi kesalahpahaman.

" Ah… salam kenal, aku adalah….. "

Belum sempat aku menghabiskan perkataan ku, aku di perlihatkan suatu pemandangan yang jarang aku temui di dunia nyata ini. Paling tidak pemandangan seperti ini hanya bisa aku baca di novel saja. Ya… kali ini di hadapan ku terdapat seorang perempuan yang hanya memakai handuk putih saja untuk menutupi tubuhnya.

Dia pun menyadari keberadaan ku dan melihat ke arahku dengan pandangan kosong nya. Aku punya firasat buruk tentang hal ini tapi tubuhnya yang putih serta kulitnya yang sepertinya halus itu telah menghipnotis ku agar tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Ini adalah sebuah berkah seumur hidup sekali.

" Kau… "

" Maaf aku bisa jelaskan tentang hal ini, pertama - tama mari kita duduk dan saling menjelaskan tentang keadaan kita masing - masing, bagaimana?. "

" Keluar!!!!. "

Dia pun langsung menghempaskan tubuhku keluar dari jendela yang tertutup rapat tersebut. Dewa… apakah ini sebuah kehidupan? Mati dari lantai 3 setelah melihat tubuh indah dari seorang perempuan, apakah ini berkah darimu?.

Tidak.

Ini adalah hukuman bagiku karena tidak menanyakan kepada Omamori-san tentang siapa yang menjadi teman sekamar ku!!.

Selamat tinggal semuanya, aku akan menyusul Hina di akhirat sana…

Dan…

" Jadi… kenapa kau berbuat seperti itu?. "

" Ayah!! Dia tiba - tiba masuk dan- dan- dan.. dia melihat tubuh ku!!. "

" Hah~ maafkan putriku, Yuuto, dia sepertinya terlalu berlebihan menanggapi masalah sepele ini. "

" Tidak… aku tidak apa - apa, itu adalah hal yang wajar untuk seorang perempuan yang tubuhnya dilihat oleh lawan jenisnya secara tiba - tiba, tapi pertama - tama… bukankah seharusnya aku berada di UKS atau ruang perawatan? Sepertinya tulang ku ada yang patah. " Kataku dengan memegang punggung ku yang terasa sakit ini.

Setelah terjatuh dari lantai 3 tadi, entah kenapa ajaibnya aku masih hidup dan disaat yang bersamaan Omamori-san melihat ku saat dia menuju ke asrama yang aku tempati. Aku yang menyadari keberadaannya langsung berdiri dan menyapanya tapi reaksi yang dia berikan kepadaku adalah takut setengah mati, terlihat dari wajahnya yang khawatir itu hingga hampir menangis sedang memeriksa tubuhku.

Kepala sekolah sampai seperti itu kepada ku, jika ada orang yang melihat hal ini mungkin akan menjadi berita besar besok.

Dan saat ini aku berada di kamarku bersama dengan Omamori-san dan seorang perempuan yang telah membuatku hampir mati tadi. Ini benar-benar hal yang tak terduga, di hari pertama ku masuk akademi ini aku hampir mati ditangan seorang perempuan, namun sepertinya karena tubuhku yang telah terlatih ini aku bisa selamat dari ketinggian tersebut. Mungkin ini adalah hal yang mustahil tapi aku juga masih bingung tentang kejadian ini, kenapa aku tidak mati saat terjatuh dari ketinggian tersebut?. Seharusnya aku telah mati tadi.

Atau jangan-jangan kerena 'dia?'

" Kalau begitu maafkan ayah karena terlambat memperkenalkan murid pindahan ini, perkenalkan dia adalah teman sekamar mu sekaligus teman sekelas mu, Yuuto Makabe, hari ini dia pertama kalinya datang ke akademi ini dan kesalahan ku adalah aku tidak memberitahu tentang putri ku yang akan menjadi teman sekamarnya. "

" Kenapa ayah mau aku sekamar dengan laki - laki yang tak punya sopan santunnya seperti dia ini!?. " Katanya dengan menunjuk ke arah ku.

Maaf saja jika aku belum mencapai kriteria sopan santun yang kau bicarakan tadi, tapi bukankah aku telah mencoba untuk sopan kepada mu saat melihat tubuh-maksudku saat kita bertemu secara tidak sengaja di kamar tadi.

Ngomong-ngomong aku sudah bilang kepada Omamori-san untuk menyembunyikan identitas asliku dari putri maupun murid-murid dari akademi miliknya ini.

" Aku tidak mau berbagi kamar dengan anak laki-laki mesum seperti dia. "

" Tunggu dulu, aku tidak sengaja melihat mu dan lagi pula aku juga tidak tahu kalau teman sekamar ku adalah anak perempuan, jika aku tahu aku mungkin akan pergi keluar saat mengetahui kalau kau sedang mandi. "

" Ayah... Pilih! Dia atau aku!?. " Katanya dengan lantang.

Sesaat Omamori-san melihat ke arahku dengan ekspresi rumitnya itu, aku tahu apa yang dipikirkannya, mungkin dia memikirkan bagaimana kalau aku menolak perjodohannya jika mengetahui sifat anak perempuannya seperti ini, begitulah yang bisa aku tangkap dari ekspresi rumitnya itu.

Tenang saja Omamori-san, aku masih belum memutuskannya, nampaknya aku harus melakukan sesuatu dengan hal ini.

" Baiklah… bagaimana kalau kau yang membuat peraturan di sini? Aku akan menuruti apa yang kau mau, jadi bolehkah aku bermalam disini sampai aku lulus? Bukankah itu bukan penawaran yang buruk?. " Kataku menjelaskan bagaimana cara mengakhiri pembicaraan yang tidak akan habisnya itu.

" Tunggu Yuuto, apa kau yakin?. " Tanya Omamori-san khawatir.

" Ya... Itu tidak apa - apa dari pada membuat nama kepala sekolah tercoreng akibat masalah sepele seperti ini. " Kataku.

" Baiklah, aku akan membuat peraturan di kamar ini, dan kau orang mesum, jangan berani-berani memegang benda milikku satu pun!. " Katanya.

" Ya, aku akan berusaha, tapi jika ada hal darurat aku mohon izinkan aku untuk menyentuhnya. "

" Baik, aku terima. "

" Kalau begitu kita bicarakan peraturan selanjutnya setelah ini, Omamori-san, kau bisa meninggalkan kami berdua, tenang saja aku tidak akan berbuat macam-macam kepadanya. " Kataku dengan mengacungkan jempol.

" Selamat berjuang Yuuto, maafkan aku karena tidak bisa membantu mu. " Katanya dengan membalas acungan jempol ku dengan miliknya.

" Ayah… besok aku ingin membicarakan sesuatu, aku ingin menanyakan hubungan kalian berdua, kenapa kalian bisa sedekat ini? Kau harus memberitahu ku semuanya. "

" Selamat malam… " Kata Omamori-san dengan menutup pintu kamar kami tanpa menghiraukan perkataan putrinya.

Baiklah, sekarang apa? Aku sudah mengorbankan hak ku sebagai salah satu penghuni kamar ini, dan sekarang aku ingin kesetaraan diantara kami berdua. Aku harap dia tidak membuat peraturan yang menguntungkan sebelah pihak saja.

" Kita lanjutkan… " katanya dengan duduk di kursi yang berada di dekat meja.

" Sebelum itu bukankah lebih baik kita saling memperkenalkan diri? Namaku Yuuto Makabe, aku baru saja pindah hari ini dan memulai debut ku sebagai pelajar pada esok hari, salam kenal. "

" Koharu Omamori, panggil saja aku Koharu. "

Koharu Omamori, dia adalah putri dari Omamori-san. Dia memiliki perawakan tubuh yang sangat ideal bagi kebanyakan perempuan serta rambutnya yang panjang berwarna hitam dan ia ikat kuda itu menambahkan kecantikan yang dimilikinya saat ini.

Siapa yang tidak mau dijodohkan dengannya? Dan juga… dadanya lebih besar dari yang aku kira... Mungkin sebanding dengan Hina.

" Apa kau yakin? Koharu?. " Kataku dengan cepat agar dia tidak berpikiran macam-macam setelah aku melihatnya dari ujung kaki hingga rambutnya.

" Ya… karena kau memanggil ayahku dengan Omamori-san maka setidaknya kau harus memanggilku dengan nama depanku, lagi pula kita seumuran kan?. "

" Ya… kau benar. "

Dia tidak marah lagi? Dimana sifat pemarahnya tadi? Ya lebih baik seperti ini dari pada menyulut api yang padam, aku lebih senang jika dia tenang dan bersikap sedikit ramah seperti ini.

" Lalu? Bagaimana peraturannya?. "

" Oh soal itu, ada 3 hal yang harus kau taati. "

" 3?. "

" Apa itu kurang?. "

" Tidak, itu sudah cukup. "

" Pertama, jangan menyentuh barangku, kedua saat aku mandi kembalilah kemari setelah 30 menit berlalu, ketiga jika kau melakukan hal aneh kepadaku lagi, aku akan meminta ayahku untuk mengeluarkan mu dari akademi ini, apapun caranya agar ayahku berkata iya maka akan aku lakukan, ingat… jika kau melanggar ketiga peraturan ini silahkan keluar dari akademi ini sebelum kau dipermalukan di muka umum. "

Sepertinya aku salah menilai Koharu, dia tidak ada belas kasihan sama sekali. Tapi peraturan yang disebutkan tadi cukup masuk akal karena itu adalah privasi anak perempuan, ikut campur kedalamnya kau akan mati seketika.

Tidak ada salahnya untuk menyetujui peraturan yang dibuat olehnya, tidak ada pihak yang diuntungkan di dalam peraturan ini. Dia hanya membuat peraturan yang sekiranya menguntungkan bagi dirinya sendiri, itu adalah keputusan yang bijak.

" Baiklah, akan aku terima peraturan yang kau buat itu, sepakat?. " Kataku dengan mengulurkan tangan kanan.

" Kalau begitu aku akan pergi ke ruang makan asrama, kau istirahat saja di sini dan ingat, jangan sentuh apa - apa jika tidak ingin dikeluarkan dari akademi ini. " Katanya menghiraukan jabatan tanganku dan akhirnya dia keluar.

Dia memang perempuan dengan harga diri yang tinggi. Tapi maaf, mungkin soal pengeluaran yang kau katakan tadi tidak akan mungkin terjadi, karena baginya aku adalah asset berharga sama seperti kakakku.

Sekarang apa yang harus aku lakukan? Pergi ke ruang makan atau langsung mengistirahatkan tubuhku? Sepertinya pilihan kedua adalah yang terbaik, aku sudah cukup lelah dengan kejadian hari ini. Apalagi saat ini punggung ku terasa sakit semua, hah~.

Aku pun bergegas ke kasur ku dan merebahkan tubuhku diatasnya, hanya dalam hitungan beberapa detik saja aku akhirnya tidur dengan lelapnya, mungkin karena banyak yang telah terjadi hari ini seperti penjodohan yang tiba - tiba serta dihempaskan oleh perempuan yang hanya memakai handuk dari lantai tiga. Itu sudah cukup membuatku kelelahan hari ini, hanya masalah kecil seperti itu saja sudah membuatku lelah, apalagi dengan membasmi para iblis seharian? Aku tidak pernah membayangkannya kalau aku akan menghadapi para iblis itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!