Hakim Anggana

Pov Hakim

Hakim Anggana, laki-laki berusia 25 tahun yang kini bekerja sebagai penyidik di daerah Jalarega (daerah tempat Hara tinggal). Ia di pindah tugaskan ke daerah yang dalam waktu beberapa tahun ini tengah ramai dengan aksi pembunuhan, pemerkosaan, dan aksi kejahatan lainnya.

Menurut data yang ia dapati daerah tersebut kini menjadi daerah yang menduduki peringkat kedua dengan tingginya kasus kejahatan.

Hakim yang menjadi salah satu penyidik kompeten itu dipindahkan hari ini bersama dengan 2 temannya yang juga dari divisi yang sama, baru saja ia menyelesaikan kegiatan pemindahannya tiba-tiba handphonenya berdering menyiratkan nama ketua tim nya yang baru.

“Halo?”

“Hakim, ada kucing terbunuh di depan cafe Blue Eyes. Tolong kamu kesana ya, agak nya ini mencurigakan” ucap seseorang di seberang sana

“Oke pak!”

Hakim bergegas dengan seragam yang masih lengkap itu, ia mengambil kunci mobil dan mengajak kedua temannya yang lain.

Tak butuh waktu lama ia memang susah hapal jalan disini, ia menepikan mobilnya di bahu jalan lalu keluar dengan berlari menghampiri kerumunan yang sangat ricuh itu.

Ia berteriak sedikit meminta seluruh orang untuk menyingkir hingga ia bisa melihat keadaan kucing tersebut, namun yang ia pandang lebih dulu adalah manik mata seorang gadis yang sangat sayu juga tajam menatapnya juga dengan jemari yang memegang kertas berlumur darah.

Tak lama Hakim mengedarkan pandangannya menatap kucing yang tergeletak di jalanan dengan kepala dan tubuh yang hampir terbagi dua.

“Siapa saksi pertama?” tanya Hakim

Semua orang ricuh dan menunjuk kepada gadis dihadapannya yang masih memegang kertas itu.

Entahlah apa perasaan Hakim, namun hati nya benar-benar tak tenang saat menatap mata gadis itu. Lalu setelahnya ia meminta kedua temannya untuk memasang garis polisi dan menenangkan keadaan.

Sementara ia masih berbicara dengan tim forensik, ia menoleh sebentar ke arah gadis yang masih berdiri tak jauh dari tkp.

Ia menepuk bahu salah satu temannya mengajak untuk ikut mengintrogasi kedua gadis tersebut.

Ia menghampiri gadis yang tengah memainkan kain rok dan jemarinya.

“Kamu yang nemuin ini?”

Gadis itu mengangguk

Ia tak langsung menginterogasi, ia memperhatikan betapa tenangnya gadis itu sambil memainkan baju nya sembari menunduk.

“Bisa ceritakan kejadiannya?” tanya Hakim

Namun alih-alih menceritakannya gadis itu hanya berkata bahwa temannya juga sudah menceritakannya sambil menunjuk ke arah gadis yang tengah berbicara dengan tim nya.

Namun Hakim tetap meminta keterangannya lagi, sampai ia mau menceritakan kejadian sebenarnya.

Hakim memberikan nomor telpon nya memikirkan takutnya ini adalah sebuah teror maka gadis itu bisa langsung memberitahukannya.

Setelahnya ia melihat kalung yang menggantung di leher gadis itu terdapat liontin yang panjang dengan satu kata.

'Tahara? Oh namanya Tahara' batinnya

Hakim meninggalkan gadis itu dan kembali menghampiri teman-temannya.

Setelah selesai tubuh kucing itu dibawa ke forensik untuk di autopsi.

Hakim menunggu di ruangan sebelah yang mana terdapat kaca agar bisa melihat secara langsung, ia menunggu sambil memperhatikan ahli forensik mengamati tubuh kucing tersebut.

“Kim, tadi cewe yang gue tanyain itu oversharing banget anjir”

Itu suara temannya yang baru saja masuk dengan dua gelas kopi di tangan nya, Kala Wisnu Batara yang sering Hakim panggil Kala. Kala memberikan satu gelas kepada Hakim.

“Yang gue interogasi dia anak nya diem, gak banyak basa-basi, bahkan tenang banget” jawab Hakim

“Namanya Dewi, katanya masih SMA udah mau lulus sih terus dia kesana lagi nemenin temennya itu belajar buat tes ke universitas. Katanya pas keluar dari cafe itu tiba-tiba kucing jatuh dari atas tepat di depan mereka, terus juga dia bilang kalo dulu pas SMP juga ada kejadian yang sama di depan kelasnya.” jelas Kala

Hakim menoleh menatap Kala yang masih meneguk kopinya.

“Jadi ini bukan yang pertama?” tanya Hakim

“Tadi gue sempet nanya sih ke bagian arsip forensik, katanya emang bener dulu ada kasus ini juga dan nemuin kertas yang sama juga. Tulisan nya juga sama” lanjut Kala

Hakim mengernyitkan alisnya mendadak merasa bahwa ini bukan kasus tidak sengaja.

“Halo teman-temanku yang selalu membawa berkah, i’m coming darling”

Kali ini Alves Gio Andaru, satu lagi teman Hakim yang sering ia panggil Alves.

“Najis” sahut Kala

“Ada apa sih kawan, dibawa santai aja”

Hakim kembali fokus pada dokter yang kali ini tengah membedah tubuh kucing itu.

Setelah 2 jam lebih beberapa tim forensik sudah keluar dari ruangan tersebut, di susul oleh Hakim, Kala dan Alves ia menghampiri dokter untuk mendapatkan hasilnya.

“Hakim, kucing itu gue yakin dia dibunuh pake benang, karna setipis itu jarak potongnya. Dan juga gue rasa pelaku nya dua orang.” ucap perempuan yang baru saja menghampiri Hakim

“Dua orang?” tanya Kala

Dokter itu mengangguk.

“Ada bekas cengkraman erat di tangan dan kaki nya, dan itu cengkraman yang berbeda”

“Oh! Dan juga, kayanya sebelum di bunuh kucing itu juga di minumin es matcha, soal nya itu yang gue temuin dalem perutnya”

“Anjir, cewe yang gue interogasi itu dia juga bilang pesen es matcha disana” ucap Kala yang menepuk jidatnya

Hakim dan yang lainnya menoleh serentak

“Lo yakin Kal?” tanya Hakim

“Gue yakin banget Kim, tu orang gue bilang juga oversharing banget dan itu salah satu nya gue inget banget dia bilang dia pesen es matcha sama carbonara”

“Lo minta alamat rumah nya ngga Kal?” tanya Alves

“Ada, ada, gue catet”

Kala merogoh sakunya mengambil buku catatan kecil yang biasa ia pakai untuk mencatat di tkp.

Setelah mendapat alamat gadis itu, Hakim dan Kala pergi ke alamat yang di berikan tadi sedangkan Alves ia ditugaskan untuk ke cafe tersebut mencari siapa saja yang memesan es matcha hari ini.

Namun sayang ketika Hakim dan Kala sampai di rumah itu, rumahnya sepi seperti tidak ada orang. Atau mungkin memang melarikan diri?

“Gak ada orang Kim”

“Lo minta nomer nya juga kan?”

Kala merogoh catatannya lagi lalu mengetikan nomor yang ia tulis di buku itu. Namun Hakim tiba-tiba saja menahan tangan Kala sebelum ia memencet tombol panggilan, Kala menaikkan alisnya seolah bertanya.

“Jangan nunjukin kalo kita curiga ke dia”

“Iya, lo tenang aja Kim. Gue paham kok” sahut Kala sambil tersenyum

Lalu ia memencet tombol panggilan.

drrrttt … drrrttt

Ponsel Hakim bergetar dari dalam saku, ia merogoh saku dalam jaketnya lalu mengangkat tanpa basa-basi.

“Halo?” ucap Hakim

Hening tak ada jawaban apapun, Hakim melihat kembali ponselnya memastikan bahwa ia masih terhubung dengan penelpon.

“Halo?”

“Kakak”

Suara gadis di seberang telepon itu sedikit gemetar dan Hakim tau itu, ia mengingat-ingat dimana mendengar suara ini sebelumnya

“Halo? Siapa ya?”

“A-aku rasa orang itu meninggal.”

“Siapa? Siapa yang meninggal? Halo?”

“Jalan Harupat no. 11 Kak.”

Telepon itu terputus, lalu menepuk bahu Kala yang masih tak bisa menelpon gadis yang dituju nya.

Dewi dan Hara akan mulai terikat dengan kasus ini, kenapa bisa? Karna Hakim tahu suara siapa yang menelpon barusan. Itu adalah suara gadis yang ia interogasi tadi sore, gadis dengan kalung Tahara.

Kenapa semua serba kebetulan, sembari Kala mengemudikan mobilnya Hakim kini tengah menelpon seseorang yang ada di kantor polisi.

“Cari tau soal Asila Ayu Tahara dan Dewi Azzari, suruh Alves dan tim datang ke jalan harupat no. 11 ada mayat lagi disana”

Hakim mematikan teleponnya memandang lurus ke arah jalanan yang masih ramai meskipun sudah pukul 21.00 malam, sementara Kala ia menoleh ke arah Hakim merasakan gejolak yang sama dengan sahabatnya. Sama-sama ingin menuntaskan kasus ini dengan cepat dan akurat.

Terpopuler

Comments

Ryohei Sasagawa

Ryohei Sasagawa

Thor, ceritanya seru banget! Aku suka banget sama karakternya.

2025-06-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!