Keesokan harinya....
Seperti biasa, Alesha kecil sudah bangun dan mulai membereskan rumah. Kamila terbangun kala mendengar suara ponselnya berdering dan tertera nomor yang tidak dikenal.
📞"Halo, dengan siapa ini?" tanya Kamila.
📞"Maaf, apa benar ini dengan istrinya Pak Farhan," sahut seseorang di seberang sana.
📞"Iya, benar. Ini dengan siapa?" tanya Kamila mulai panik.
📞"Maaf Bu, saya dari pihak kepolisian. Suami ibu yang bernama Farhan tadi malam mengalami kecelakaan, mobilnya masuk jurang, dan kondisi korban sudah tewas ditempat bersama sopirnya," jelas Pak Polisi.
📞"Apa!" teriak Kamila.
Ponsel yang dipegang Kamila terjatuh, air matanya langsung mengalir dengan derasnya. Alesha yang mendengar teriakan Kamila, langsung berlari dan masuk ke dalam kamar Kamila.
"Mama kenapa nangis?" tanya Alesha.
Kamila tidak menjawab, dia segera berganti baju dan pergi begitu saja tanpa memikirkan Alesha dan juga Dandi. Alesha bingung dengan Mamanya yang terlihat panik itu. Sedangkan hari itu Alesha terpaksa tidak masuk sekolah karena harus jaga Dandi.
Menjelang sore, jenazah Farhan sampai di rumah duka. Kamila terus saja menangis begitu juga dengan Alesha yang merasa sangat kehilangan Farhan. Walaupun Farhan adalah Papa sambungnya, tapi Farhan sangat baik kepadanya dan selalu membelanya kala Kamila memarahi dan memukul Alesha.
"Pa, kenapa Papa tinggalkan Alesha," batin Alesha dengan deraian air matanya.
***
Sepeninggalnya Farhan, kehidupan Alesha semakin menderita. Kamila semakin leluasa menyiksa Alesha tanpa ada yang membela Alesha lagi. Tubuh mungil itu setiap hari penuh dengan luka lebam, tapi Alesha tidak berani lapor kepada siapa pun karena takut Mamanya di penjara dan dia dan adiknya akan terlantar maka dari itu Alesha memilih diam.
"Mulai sekarang, sepulang sekolah kamu harus bantu-bantu di kedai dan Mama tidak akan memberi kamu makan jika kamu belum beres-beres di kedai!" bentak Kamila.
"Iya, Ma," sahut Alesha.
Kedai Kamila sekarang sudah tambah luas karena uang asuransi Farhan, Kamila gunakan untuk memperluas kedai ramen itu dan sisanya untuk biaya sekolah Dandi. Sedangkan Alesha sudah tidak dipikirkan lagi karena selama ini Juan masih rutin setiap bulan mengirim uang untuk Alesha. Sepulang sekolah, seperti kata Mamanya Alesha langsung ke kedai untuk membantu Mamanya.
"Kamu cuci piring dulu, habis itu baru kamu bisa makan," perintah Kamila.
"Iya, Ma," sahut Alesha.
Alesha selalu ikhlas melakukan semua yang diperintahkan Mamanya. Alesha sangat menyayangi Mamanya tapi sebaliknya, Mamanya selalu menyiksanya dan seakan benci kepada dirinya. Alesha tidak tahu jika dia sebenarnya bukan anak Kamila dan dijadikan sebagai alat balas dendam Kamila.
***
9 tahun kemudian....
Waktu berjalan dengan sangat cepat, seperti biasa Alesha lulus dengan nilai yang sangat memuaskan bahkan Alesha lagi-lagi mendapatkan beasiswa karena dia sangat pintar. Kamila selama ini secara diam-diam menyelidiki kehidupan anak kandungnya, setelah tahu jika Jovanka sekolah di SMA xxx maka dia pun mendaftarkan Alesha di sekolah itu juga. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan karena supaya dia bisa melihat anaknya.
"Alesha!" panggil Kamila.
"Iya, Ma." Alesha berlari dari dapur menghampiri Mamanya itu.
"Ini formulir pendaftaran sekolah kamu, besok kita daftar," ucap Kamila sembari memberikan selembar formulir kepada Alesha.
Alesha membelalakkan matanya kala melihat sekolah mana yang akan menjadi sekolah dia nanti. "Ma, ini sekolah mahal bahkan yang sekolah di sini anak-anak orang kaya, mama serius mau masukin Alesha ke sini?" tanya Alesha tidak percaya.
"Kamu anak pintar, sayang kalau sekolah di sekolahan yang biasa-biasa," ketus Kamila.
Mata Alesha berkaca-kaca, dia begitu sangat bahagia. Tanpa sadar, Alesha pun langsung memeluk Kamila membuat Kamila kaget. "Terima kasih Ma, Alesha janji akan lebih rajin lagi belajarnya dan tidak akan membuat Mama kesal lagi sama Alesha," ucap Alesha dengan menitikkan air mata bahagia.
Untuk sesaat Kamila terdiam, dia terharu dengan kata-kata Alesha tapi sekelebat bayangan Juan kembali hadir dan Kamila lagi-lagi emosi. Kamila mendorong tubuh Alesha. "Jangan peluk-peluk, Mama tidak suka dipeluk," kesal Kamila.
Kamila pun pergi dan masuk ke dalam kamarnya. Alesha tersenyum, meskipun Kamila selalu bersikap kasar tapi Alesha yakin jika Kamila sebenarnya menyayangi dirinya.
"Terima kasih Ma, impian Alesha memang ingin sekolah di sini," gumam Alesha dengan senyumannya.
Sementara itu, di kediaman Juan. Jovanka baru saja pulang, dia baru pulang dari Mall bersama teman-temannya. "Jovanka, kamu dari mana saja jam segini baru pulang?" tanya Daddy Juan dengan wajah marah.
"Jo habis jalan-jalan sama teman-teman, Daddy," sahut Jovanka.
"Remaja seperti kamu itu tidak pantas pulang malam seperti ini, bagaimana kalau ada apa-apa di jalan," kesal Daddy Juan.
"Ada Pak Tono yang jagain Jo, jadi Daddy jangan khawatir," sahut Jovanka dengan santainya.
"Tetap saja, remaja perempuan seperti kamu tidak pantas jalan-jalan sampai malam apalagi baju kamu seperti itu!" bentak Daddy Juan.
Jovanka langsung merengut. "Mommy, Daddy bentak-bentak Jo!" teriak Jovanka sembari memeluk Mommynya.
"Sayang, kenapa kamu membentak Jovanka?" geram Mommy Raina.
"Kamu harus bisa nasihati Jo, dia itu anak perempuan gak pantas keluyuran sampai malam kaya gini. Pokoknya kalau kamu ulangi lagi, Daddy akan stop memberimu uang saku lagi," ancam Daddy Juan.
"Ih, Daddy jahat." Jovanka menangis dan berlari masuk ke dalam kamarnya.
Juan hanya bisa menghela napasnya, entah mirip dengan siapa anaknya itu padahal selama ini dia dan istrinya selalu mendidik dengan benar. Jovanka tumbuh menjadi anak yang pembangkang, bahkan dia sudah berani melawan kedua orang tuanya.
"Sayang, kok kamu bentak Jovanka sih?" kesal Mommy Raina.
"Itu akibat kamu terlalu memanjakan Jovanka akhirnya dia seperti itu," sahut Daddy Juan.
"Kok Mas jadi nyalahin aku sih? Mas, Jovanka itu putri kita satu-satunya, jadi wajar jika aku memanjakan dia karena untuk mendapatkan dia butuh waktu yang tidak sebentar," kesal Mommy Raina dengan mata yang berkaca-kaca.
Juan paling tidak suka melihat istrinya menangis, akhirnya Juan pun memeluk istrinya. "Iya, aku minta maaf. Tapi aku minta, mulai sekarang Mommy jangan terlalu memanjakan Jovanka ya, biar dia tidak terlalu manja," ucap Daddy Juan lembut.
Raina mengangguk. Tiba-tiba Juan ingat dengan Kamila. "Anak Kamila sekarang pasti sudah seumuran dengan Jovanka, bagaimana wajah anak itu?" batin Daddy Juan.
Selama ini Juan hanya mengirim uang saja kepada Kamila, tanpa ingin tahu bagaimana kondisi anaknya. Bahkan Juan belum pernah sekali pun melihat anaknya itu. Bagaimana pun anak itu adalah darah dagingnya, dan Juan selalu berdo'a semoga dia hidup bahagia bersama Kamila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔
lu kagak tau aja jovanka anak lu dari Kamila ..dan anak lu dari istri sah malah di siksa ..makanya jadi laki2 jangan rakus ...anak yang jadi korbannya
2025-06-12
0
ꪶꫝNOVI HI
itu di depan matamu anak nya gundik mu itu😤😤
2025-06-12
0
Cindy
lanjut kak
2025-06-12
0