Pagi ini ka faisal membantuku merapihkan pakaian nazwa untuk di bawa ke rumah ka faisal, tidak cukup banyak hanya beberpa saja. Ka faisal pun teroaksa harus ijin dari tempat kerjanya.
"Ka kalo nazwa tidak betah bagaimana?" Tanya Nazwa.
"Insya Allah nazwa akan betah. Kalo tidak betah kita akan bangun rumah yang gak begitu jauh dari rumah orang tua kaka. Di sana ada lahan kosong yang dulu kaka beli di dekat pondok." Jelas ka faisal.
"Lalu bagaiamana dengan rumah ini?"tanya nazwa sembari merapihkan baju nya kedalam koper.
"Itu kita fikirkan nanti yah. Lagian bukannya nazwa bilang sama kaka, tidak ingin tinggal disini lagi karna terlalu banyak kenangan yang bikin nazwa selalu menangis."tegas faisal.
"Iya bener apa kata ka faisal. Apa mungkin nazwa jual aja yah?"tanya nazwa.
"Jangan di jual. Kan bisa nazwa kontrakin atau sewa. Lagian ini peninggalan orang tua nazwa."jelas faisal.
"Hemmpp, nanti nazwa akan fikirkan lagi,"ucap nazwa.
Kini pakaian nazwa pun sudah tersusun rapih dalam koper. Dan ka faisal pun bergegas untuk memasukanya dalam mobil.
"Ka masih ada yang nazwa ingin bicarakan,"tegas nazwa menarik tangan suaminya.
Apa yang ingin nazwa bicarakan, sepertinya serius?"tanya faisal penasaran.
Kemudian nazwapun menuntun suaminya ke dalam satu ruangan yang sudah terkunci rapi.
"Tempat apa ini? Tanya faisal.
Seketika nazwa menyalakan lampu ruangan dan yang tak lain adalah ruangan khusus yang biasa ayah nazwa pergunakan.
"Ini ruang kerja ayah ka,"saut nazwa.
Faisalpun merasa heran dan bertanya-tanya karna nazwa membawanya ke ruang kerja yang termasuk privasi ini. Lalu nazwa menyuruh ka faisal duduk dan nazwapun mengambil sembuah map besar.
Tak lama nazwapun membuka suara.
"Ka, dulu sebelum ayah meninggal ayah pernah berpesan sama nazwa. Kalo ayah ingin ka faisal mengelola perusahaan ayah, ayah juga percaya kalo ka faisal bisa mengelolanya."
"Bagaimana mungkin?"saut faisal heran.
"Tidak ada yang tidak mungkin. Awalnya ayah yang akan bicara langsung sama ka faisal. Tapi ka faisal tau sendiri, musibah datang menimpa kami," ucap nazwa tertunduk.
"Maafin kaka, karna sudah mengingatkab kembali kesedihan itu,"ucap ka faisal merangkul nazwa.
"Gimana apa ka faisal bersedia?"tanya nazwa.
Seketika ka faisal terdiam kembali, dengan apa yang di ucapkan nazwa.
"Kaa!! Nazwa akan bantu ka faisal, kaka tidak sendiri. Nazwa janji akan bantu ka faisal sampai mengerti tentang perusahaan ini,"tegas nazwa.
Tetap saja ka faisal masih diam dengan apa yang di ucapkan nazwa.
"Nazwa mohon. Ini menyangkut kelangsungan hidup banyak orang. Ada karyawan yang harus menghidupi keluarganya."
Seketika faisalpun mengembuskan napas panjang perlahan.
"Baiklah ka faisal akan mencobanya, demi kelangsungan banyak orang. Tapi kaka butuh bantuan nazwa mengurus semua ini. Dan kaka juga harus mengurus surat resign terlebih dahulu."tegas faisal.
"Alhamdullilah. Pasti ka, pasti nazwa akan bantu ka faisal."saut nazwa.
Setelah panjang lebar membicarakan masalah perusahaan. Kini nazwa dan faisal pun berangkat ke rumah orang tua faisal.
Seperti yang sudah mereka rencanakan sebelumnya.
"Ka trimakasih banyak,"kata nazwa.
"Trimakasih untuk apa?"
"Trimakasih untuk semua hal yang sudah ka faisal berikan untuk nazwa, dan trimakasih karna ka faisal sudah bersedia mengelola perusahaan ayah,"
"Ka faisal juga mau berterimakasih pada nazwa,"
"Untuk?"tanya nazwa penasaran.
"Trimakasih untuk semalam dan tadi pagi," ucap ka faisal sembari tertawa.
"Ikhhh jahatt banget sih. Udah akh jangan bahas itu malu tau," grutu nazwa.
"Masih sakit gak?"tanya faisal.
"Ini nanya apa mau ngeledek nazwa yah!"
"Yah nanya donkkk!! Masa ia ka faisal meledek nazwa. Ka faisal serius masih sakit gak?"
" hemmmp masih dikit ,"saut nazwa memasang senyum manisnya."
"Maaf yah,"ucap faisal sembari mengusap pangkal kepala nazwa.
Tak terasa kini mobil merekapun sudah terparkir tepat di depan rumah faisal. Ka faisal pun bergegas mengambil koper yang di berada di bagasi mobil.
umi yang sedang duduk di kursi depan rumahpun, melihat faisal dan nazwa datang ke rumah langsung di sambut dengan hangat oleh pelukan umi.
Assalamualaikum umi,"ucap nazwa. Langsung mencium kedua tangan umi dan seketika di peluk oleh umi.
Wa'alaikumsalam sayang. Umi dari tadi nungguin kalian, umi fikir nazwa tidak jadi kesini,"saut umi.
"Yuk masuk,"ucap umi sembari menggandeng nazwa.
"Abi mana umi?"tanya nazwa.
"Biasa abi lagi di pesantren. Umi udah siapin kalian makanan. Kalian harus makan dulu, umi gak mau tau,"tegas umi.
"Pasti lah umi kita makan, orang paisal udah laper banget, gak di kasih makan sama nazwa udah 1 bulan,"ledek ka faisal.
"Ihhh apaaan sih bohong banget mi, orang ka faisal tinggal di rumah nazwa aja baru 8 hari gimana jadi 1 bulan bohong itu mi,"saut nazwa sembari menggandeng umi.
"Yaudah gih sana makan. Tar makanannya keburu dingin,"tegas umi.
"Yasudah faisal panggil abi dulu biar kita bisa makan bareng,"ucap faisal.
Kini faisal pun bergegas menghampiri abi untuk mengajak makan bersama.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
Cie yang dari tadi nungguin up dari akoh..
Jangan lupa like dan komen. Wajib
Ditunggu.
ig. ayyana haoren.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
yaniaqila
jadi pengen digombalin🤣🤣🤣
2020-06-27
1
Nadia_HIATUS BYE
senangnya nazwa udh ceria
2020-06-26
1
Daffodil Koltim
balada pengantin baruu,maux nempel terus
2020-03-17
3