Shadow Of Justice [S.O.J]
03.Mata kebenaran??
Malam pun berlalu dengan tenang
setelah Elgar dan kaizar makan malam
Elgar pergi ke kamar nya untuk tidur, dia berbaring di atas kasur, masih teringat dengan kejadian tadi, namun Elgar memutuskan untuk segera tidur dan melupakan ingatan mengerikan itu
????
"M-mohon... jangan bunuh aku... m-mohon.... j-jangan...." *ucap wanita itu dengan suara bergetar, pada pria bertopeng di hadapan nya*
๐
"Hmm...mm...hm... haha" *pria bertopeng itu bersenandung lalu tertawa, dengan tawa yang menakutkan, sambil menatap wanita di hadapan nya, dengan memainkan pisau di tangan nya*
๐
"Haha... hahah.... hahahaha..." *pria bertopeng itu tertawa setelah berhasil membunuh wanita itu*
๐
"sekarang giliran mu" *ucap pria bertopeng pada Elgar*
seakan waktu terhenti seketika
๐ฐ๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐
"apa ini... ugh... ini mimpi kan..." *gumam Elgar dengan nafas menggebu*
pria bertopeng itu bersenandung sambil memainkan pisau di tangan nya, berjalan mendatangi Elgar
Elgar ingin lari, namun kaki nya tidak bisa bergerak, seakan-akan ada orang yang menahan nya
๐ฐ๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐
"ugh... kenapa... kenapa kaki ku tidak bisa bergerak... sial..." *gumam Elgar, berusaha untuk bergerak*
pria bertopeng itu berjalan dengan santai, langkah demi langkah mendekati elgar
hingga dia berhenti di hadapan Elgar, Elgar langsung terduduk, mendongak menatap pria bertopeng di hadapan nya
๐ฐ๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐
"ini hanya mimpi... hanya mimpi..." *batin Elgar meyakinkan dirinya sendiri*
namun jantung nya terus berdegup kencang
nafas nya yang seakan tertahan
pria bertopeng itu ber-jongkok di hadapan Elgar, menatap Elgar yang terduduk di tanah
๐
"hmm" *pria bertopeng itu memperhatikan Elgar dengan seringai di balik topeng* "mata kebenaran"
Elgar ingin bicara, namun seakan suaranya tertahan, "mata kebenaran? apa maksud nya?" batin Elgar
sementara itu, pria bertopeng itu menatap Elgar dengan sangat dekat
๐
"kau..si mata kebenaran... bagaimana jika aku merenovasi sebelah matamu?" *ucap pria bertopeng itu sambil menodongkan pisau ke arah wajah Elgar*
nafas Elgar semakin tertahan, tubuh nya gemetar hebat, Elgar menggeleng cepat, mencoba untuk lari, namun tubuh nya tidak bisa bergerak
๐
"jangan melawan sayang" *pria bertopeng itu menusuk sebelah mata Elgar*
Elgar langsung terkapar lemas, merasakan sakit di sebelah mata nya
๐
"sakit ya? tenang saja, sebentar lagi akan jadi lebih baik" *ucap pria bertopeng itu sambil mengelus kepala Elgar yang terkapar di tanah, lalu pria bertopeng itu pun tertawa dengan tawa menakutkan nya* "aku menyukai mu, kau anak baik, elgar" *bisik pria bertopeng itu pada Elgar*
terdengar suara tawa mengerikan dari pria bertopeng itu, Elgar tidak bisa melihat dengan jelas, pandangan nya menjadi rabun, "bagaimana dia tau nama ku? sebenarnya siapa pria ini? sial... aku tidak bisa melihat dengan jelas lagi... sebelah mataku sangat... sakit" batin Elgar
๐
"sampai jumpa lagi, darling" *ucap pria bertopeng itu, setelah itu berjalan pergi*
๐ฐ๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐
"ini hanya mimpi... tapi kenapa sakit nya terasa sekali.." *batin Elgar, menatap pria bertopeng yang sudah berjalan pergi*
banyak pertanyaan di benak Elgar saat ini "kenapa dia memanggilku mata kebenaran?, lalu? kenapa dia tau namaku?, dia sebenarnya siapa?, kenapa? kenapa dia melakukan ini padaku?"
perlahan-lahan Elgar kehilangan kesadaran
mendengar suara alarm berbunyi, membuat Elgar terbangun dari tidur
Elgar langsung duduk dari posisi tidur nya, jantung nya masih berdegup kencang, nafas nya yang belum teratur, juga keringat di dahi
Elgar melihat sekitar lalu menghela nafas sedikit lega
๐ฐ๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐
"ternyata benar hanya mimpi.."
๐ฐ๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐
"ahh... ini membuat ku gila" *ucap Elgar sambil mengatur nafas*
kini Elgar sudah mulai tenang
Elgar melihat jam di dinding
๐ฐ๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐
"ahh aku lupa, harus sekolah" *Elgar menghela nafas, lalu beranjak dari kasur nya dan mulai bersiap untuk ke sekolah*
setelah selesai mandi dan memakai seragam
Elgar pun keluar dari kamar menuju dapur, terlihat kaizar, paman Elgar yang sedang memasak sarapan di dapur, tapi "eh.. apa itu.. ada angka di atas kepala paman?" batin Elgar
๐ถ๐๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐
"Eh.. Elgar.. kamu makan duluan saja sana, sarapan nya sudah ada di meja makan" *ucap kaizar menunjuk ke arah meja makan dengan dagu*
Elgar duduk di salah satu kursi meja makan, menatap paman nya yang sedang fokus memasak, namun pandangan nya tertuju pada angka yang berada di atas kepala paman nya -6 ๐๐ฒ๐ซ๐ฆ 2025- [2]
Elgar mengernyit kan dahinya, sambil berulang kali mengucek mata nya, memastikan angka yang dia lihat itu nyata atau tidak
๐ถ๐๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐
*kaizar yang sedang memasak itu pun berhenti sejenak dan menatap Elgar dengan heran*
"kenapa? kamu belum pernah melihat pria tampan sedang memasak? paman tau, paman memang sangat tampan"
๐ฐ๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐
*ekspresi Elgar langsung merubah geli* "aku bahkan heran, kenapa paman masih sangat percaya diri di usia tua"
๐ถ๐๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐
"tua?! aishh.. dasar bocah ini... umur ku masih 20an" *ucap kaizar sedikit kesal*
Elgar hanya tertawa, sementara kaizar menggeleng kan kepala sambil kembali mengaduk adonan kue
๐ฐ๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐
*Elgar kembali menatap angka di atas kepala paman nya itu*
"angka itu beneran nyata, apa paman tidak bisa melihat nya ya?"
*batin Elgar memperhatikan angka di atas kepala paman nya, -6 Juni 2025- [2]*
karena Elgar yang tak kunjung sarapan, kaizar menatap Elgar tajam dengan kedua tangan berada di pinggang
๐ถ๐๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐
"ada apa dengan mu! makan! atau kau akan terlambat ke sekolah nanti!" *ucap kaizar mengomel*
๐ฐ๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐
*mendengar omelan kaizar, Elgar menghela nafas dan mengangguk*
"ya aku akan sarapan sekarang"
Elgar berhenti menatap angka di atas kepala paman nya, meskipun dia masih sangat penasaran angka apa itu
Elgar menatap makanan di atas meja
๐ฐ๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐
*beberapa kali Elgar akan mencuri pandang, menatap angka di atas kepala kaizar*
"eh angka nya bertambah" batin Elgar
-6 Juni 2025- [3]
"apa mungkin karena paman tadi marah ya?" batin Elgar
๐ฐ๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐
"aku yakin itu akibat paman terlalu cerewet" *batin Elgar sambil memakan makanan nya*
๐ฝ. ๐ฒ. ๐๐๐
apa sebenarnya itu? angka kemarahan kah???
Terimakasih sudah membaca
Comments