Kak Gwen

"si Zyle-zyle itu mana?"

"Noh di belakang lagi gamon. masih sedih kali."

"Emang Lo pada ngajak dia ke makam Ryan dua hari lalu?"

"kagak. Kata abangnya jangan dibawa, takut tantrum. Ntar minta dikubur bareng lagi."

Blablabla.

di telinga Zyle seenggaknya cuma terdengar seperti itu. Berisik, tidak jelas.

Gadis itu manyun di pojokan, melihat keluar jendela ke arah lapangan basket. Sambil mengulum permen rasa nanas.

tak terasa sudah hampir lima hari setelah kepergian Ryan. Rasanya sepi, hampa, ada yang kurang. Zyle tak banyak bertingkah semenjak itu, dia tampak masih kesepian.

"Zi! Ada yang nyariin Lo tuh." tegur Jane, bosan melihat Zyle sok galau.

cewek-cewek di kelas mendadak ribut bisik-bisik ala ibu-ibu gang yang jago gosip. Zyle menatap ke pintu kelas.

"tumben banget kak Devano cari Lo?" Jane bertanya dengan muka meledek.

bukannya menjawab, Zyle langsung berdiri menghampiri Devano yang kelihatan seperti tiang lampu di matanya.

"Diva....boleh pinjem ini nggak?" tunjuknya kearah lengan kekar Devano.

Devano mengangguk pendek.

"tadi gue dititip nasi buat Lo."

"Dari Ren, dia ngasih ini sebelum pulang." Devano memberikan rice bowl berlauk ikan tuna tepung dengan saus.

ekspresi Zyle langsung berubah kecewa sekaligus memelas. "kenapa kakak pulang? Gue juga mauuu!! Mau pulang!"

"Ren sakit. dimakan ya nasinya." kata Devano.

"kenapa lauknya ini? Zizi mau siomay aja lah." Dengan kenakalan setingkat Zyle, masalah dimarahi kakaknya bukan apa-apa. Dipikirkan belakangan.

Devano dengan sigap menghalangi layaknya sebuah portal merah bergaris putih yang ada di gerbang tol.

inilah salah satu alasan Ren meminta tolong Devano yang memberikan nasinya. Karena untuk menangkal kejadian terprediksi seperti ini.

"jangan Zi. Makan nasi, nanti sakit." kesabaran Devano setebal pintu kayu.

Zyle tersenyum nakal, malah meletakkan nasinya sembarangan di meja barisan paling depan, lalu gadis itu kabur keluar kelas mencari Abang siomay di kantin.

alhasil terjadilah adegan kejar-kejaran ala-ala. Devano membawa nasi itu menyusul secepat mungkin ke kantin.

ternyata yang dicari sudah duduk manis sambil menikmati jus jambu kantin.

"hehe...D-devano..." Zyle nyengir, takut-takut.

kantin seramai ini Devano nggak mungkin teriak marah-marah kan?

Zyle was-was.

Kedua mata Devano yang biasanya kelihatan tenang kini berubah berapi-api (karena capek berlari, bukan marah).

piring siomay Zyle diambilnya langsung.

"hehe, yaudah ambil. Gue punya lagi, dong!" gadis itu tertawa kencang, bangga dengan taktik menyembunyikan siomay lain di plastik lalu dimasukkan ke saku roknya.

Tapi tangan Devano yang begitu cepat dengan mudah merebutnya.

"makan nasi dulu. Atau gue blokir ni kantin." ancam Devano.

Zyle cemberut. Memasang ekspresi malas sekaligus kesal.

"sedikit aja ya?"

"Lo udah kurus begitu, kalo makan dihabisin. Nanti gue balikin siomaynya." Devano lagi-lagi harus kucing-kucingan membujuk tuan putri satu ini.

"disuruh sabar lama-lama gue makan juga nih bumi." gumamnya pelan.

"oke. Janji ya? Kan Lo belum ajarin s-k-a-t-e-b-o-a-r-d..." Kata Zyle.

Devano mengiyakan pasrah.

Zyle tersenyum sambil duduk tenang di kursi mengambil nasinya.

"kok gak ngomel lagi?"

"udah gak ada energi buat gitu-gituan gue. Kalo Lo bilang Buto ijo warnanya kuning juga gue iyain, Zi."

Pecahlah tawa Zyle. "berarti Buto ijonya makan kunang-kunang."

Apapun itu, Devano jadi ikut duduk menunggu si princess bar-bar ini makan sampai selesai, kalau tidak, nasinya bisa-bisa malah dikasih ke anak lain atau yang lebih parah diletakkan di meja orang random.

meskipun makannya lama dan banyak gaya, plus sambil ngoceh nggak jelas, Devano tidak kelihatan risih sama sekali, dia mendengarkan ucapan-ucapan unfaedah itu sampai habis dan terkadang menjawab pertanyaan aneh yang diselipi di tengah obrolan.

"udah habis!" Zyle bicara dengan mulut penuh, bulat seperti bakpao.

"Telen dulu. Takut salah masuk ke hidung."

Devano berdiri, sekalian mengambil sampah bekas rice bowl Zyle.

"gue balik ke kelas dulu, ya. lo juga jangan pergi-pergi lagi, langsung ke kelas. Setau gue hari ini jadwal anak keamanan patroli."

"oke, bos!"

gadis itu hormat seperti tentara yang berjaga. Lantas dengan langkah girang (siomaynya udah dikembalikan), berjalan santai melewati belakang bangunan sekolah yang agak memutar.

karena niatnya Zyle mau melahap siomay sebelum langsung ke kelas.

Saat sedang asyik mengunyah sampai mulutnya belepotan, tiba-tiba ada lima cewek lain menghampirinya.

Cewek-cewek ini mukanya menor banget. Mereka kan yang sering nonton si Depan main basket dulu.

ngapain ya deketin gue? Pasti-

"Woi."

seruan tegas itu memutus dugaan aneh yang dipikirkan Zyle.

mereka berdiri dengan kaki yang tegak, menatap kearah Zyle tajam sekali, kemudian menunjuk-nunjuk dahi Zyle.

"Abis ketemuan ya sama kak Devano?" Sarkas Sana, cewek berjaket pink fanta yang kelihatan seperti ketua gerombolan.

Zyle dengan mulut penuh, menatap heran. "Mau siomay?"

"gue tanya Lo j*lang! Lo ngapain sama Devano? Lo kenapa deket-deket gitu seenaknya?! Genit banget!"

"jadi selama ini Lo pura-pura Deket sama anak-anak kelas dua belas buat beginian?!"

"cewek genit! gatel Lo!"

"Lo pikir Devano mau sama cewek gak bisa diem kayak Lo gitu?! Tch!!"

Zyle diam saja, wajah polos sekaligus herannya tak berkedut menghadapi gerombolan cewek aneh ini.

di matanya mereka terlalu dadakan untuk tiba-tiba melabrak orang yang bahkan tidak tahu apa-apa.

"sebentar ya gue makan dulu, nanti kita ngomong sambil duduk." ucap Zyle cuek.

'Plak!' tanpa aba-aba Sana memukul plastik siomay yang masih menempel di bibir Zyle sampai jatuh ke tanah, kotor, tumpah semua isinya.

"Lo masih makan juga? Cewek T*lol!!"

Zyle menunduk, menatap nasib siomaynya yang jatuh ke tanah bercampur pasir, omongan mereka sudah tidak didengarnya sama sekali.

"siomaynya...."

"Heh cewek t*lol! besok-besok Lo gak usah seenaknya deket-deket kak Devano! Lo pikir bisa semudah itu?!" bentak Sana galak.

Namun Zyle terus menatap siomay di tanah, membuat Sana makin kesal kemudian menendang kaki gadis itu sampai dia jatuh.

"Gobl*k! Rasain!"

mereka tertawa puas.

Sedangkan Zyle jatuh berlutut dengan bekas tendangan di kaki berwarna kebiruan tepat di daerah tulang keringnya.

Gadis itu tak bergerak.

Setelah puas mencaci-maki, gerombolan cewek-cewek aneh tadi berbalik untuk pergi begitu saja.

namun tidak semudah itu. mereka malah berhadapan dengan Daniel si OSIS dan Gwen anggota keamanan utama yang berdiri tepat di belakang menyaksikan kejadian entah sejak kapan.

Cewek-cewek itu berhenti, kaget.

Gwen mengeluarkan ikat pinggang berkepala besi senjata andalan.

"Angkat tangan!"

"ANGKAT TANGAN KALIAN!!" Gwen membentak tegas, melotot dengan tatapan mengerikan khas anak keamanan.

Zyle menyaksikan amarah Gwen yang dikiranya sebagai cewek judes nan pendiam. Ternyata dia anak keamanan utama, bahkan lebih galak dibanding kak Daniel sendiri.

Daniel maju, memelototi cewek-cewek itu satu-persatu.

"buat apa kalian begini?! hah?! Biar apa?"

"karena Devano lagi? Kalian pikir dia bakal suka kalau cara kalian begini?!" Daniel kelihatan benar-benar marah, wajahnya merah padam.

"gue muak banget lihat kalian lagi-lagi ngelabrak anak yang gak bersalah!! Devano punya kalian kah?! JAWAB GUE!!"

Sana gemetar menggeleng pelan. "enggak kak. Gue cuma..."

"sekarang bubar geng-geng kalian! ikut gue ke ruang BK. biar diurus surat sp buat kalian semua!!"

Insiden itu berakhir dengan geng cewek-cewek akhirnya mengikuti kak Daniel pergi. Setelah itu Gwen membantu Zyle berdiri

"ayo ke UKS." ujarnya pendek.

Zyle kepayahan berdiri akibat bekas memar di kakinya, Gwen menopang sebelah tangan.

"Sini pegang bahu aku."

suaranya ternyata lebih lembut kalau tidak sedang marah. Malah Gwen begitu hati-hati memegangi Zyle.

sampai di UKS Zyle segera di periksa, diobati se-care mungkin, memarnya dibalut. Lalu untuk sementara ia diminta istirahat sampai jam pulang.

entah bagaimana nasib geng cewek-cewek hits itu. yang pasti mereka tidak akan selamat dengan mudah kalau sudah sampai melibatkan kak Daniel.

Zyle bosan hanya duduk-duduk di ranjang UKS menatap keluar jendela dari lantai dua. Gadis itu tersenyum sendiri memikirkan akibat yang mereka terima nanti.

"Zyle. Aku minta waktunya boleh?" tiba-tiba Gwen datang di waktu selesai patroli keamanan.

dia duduk di kursi kecil samping ranjang dengan mata yang menggambarkan kekhawatiran.

"iya, boleh."

"Zyle, apa sebelumnya kamu pernah berurusan dengan Sana?" tanya Gwen langsung ke inti.

Zyle menggeleng mantap. Tahu kalau Sana hidup dan ada di sekolah ini saja nggak.

Gwen membuang nafas lega. "baguslah. Jangan pernah berurusan dengan anak-anak itu."

"tenang kak. Tapi kenapa kakak khawatir banget? padahal tadi gue mau bales pukul wajahnya."

Gwen tersenyum smrik. "jangan, kalau kamu lakukan itu bisa-bisa kamu ikut ditarik Daniel."

"dulu sebelum kamu, aku pernah mendekati Devano..."

"tapi Zizi kan gak dekatin Depan duluan!" potong Zyle, ribut.

"iya, aku tahu. Pokoknya dulu aku juga tertarik pada kak Devano sebelum dia berangkat ke kota lain untuk turnamen basket. Sekitar setahun lalu...kamu masih SMP ya.."

"Kak Devano itu bintang iklan sekolah sebelum Daniel. dia punya banyak prestasi, dan terkenal perhatian dibalik wajahnya yang tegas. Waktu itu dia masih menjadi anggota OSIS. Aku pernah sesekali membantunya menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan guru BK, karena sudah sore dan sekolah sepi, Devano tidak langsung pulang begitu saja. Dia keluar sebentar membeli martabak manis untukku, katanya sebagai balasan. Tapi..."

Kedua mata Zyle berbinar seolah senang mendengar cerita dongeng.

"terus apa kak??"

"aku didatangi geng Sana, Mereka dulu berjumlah lebih banyak dibanding sekarang. apalagi dulu aku termasuk pendiam yang tidak punya banyak teman, selalu sendirian."

"berarti kakak kuper!" potong Zyle sembarangan.

Gwen cuma tertawa sambil menyeka rambut yang menutupi telinganya.

"Memalukan ya? tapi sekarang aku kan tidak begitu." "yah... pokoknya mereka mendadak menampar wajahku sekeras menampar papan tulis. Kemudian Sana benar-benar meneriakiku dan melontarkan kata-kata kotor, dia marah mengatakan padaku kalau dia sedang mengincar Devano dan anak culun sepertiku tidak boleh menyainginya. aku ikut kesal dan balas bersikeras kalau aku hanya ingin membantu. Teman-teman Sana malah menendang sekujur tubuhku sampai aku merasa akan pingsan. Setelah itu mereka pergi, entahlah kemana."

"saat Devano datang, dia sangat cemas melihatku jadi kotor dan luka. Aku sudah muak saat itu, jadi langsung pergi tanpa memandang Devano sedikitpun. Esoknya aku dipanggil ke ruang BK dan melihat Sana. Aku jelas mengadu tentang perbuatan mereka, tapi sialnya mereka mengadukan aku duluan dengan tuduhan merobek seragamnya."

"wah si Sana gila." Spontan Zyle, terbawa emosi. "kak, kayaknya dia harus dikubur hidup-hidup."

"setelah itu aku dihukum, diskors dua pekan. kalau saja bukan karena Devano yang datang dan menjelaskan sendiri ke guru. Berkat itu aku diperbolehkan masuk kembali dalam waktu sepekan lebih."

"tapi kak! Masa kakak sekeren ini bisa digituin sih?!" Zyle jujur tentang itu. Karena Gwen adalah tipe cewek yang benar-benar tegas, dewasa, bahkan cantik berambut panjang belah samping, body goals pokoknya. Harusnya cocok sama Depan.

"iyakah? Dulu aku selalu dikuncir, pakai kacamata bulat berbingkai." balas Gwen.

"aku baru merubah penampilan setelah selesai masa skorsing. Dan menjadi lebih tegas dengan orang macam Sana. karena rekomendasi Devano, tahun berikutnya aku ditunjuk menjadi anggota OSIS, lalu sekarang di bagian keamanan. Aku paling rajin menegur setiap pelanggaran geng Sana itu."

Zyle tertawa puas. "balas dendam ya kak. gue juga mau dong jadi OSIS!"

"Lihat dulu, Zyle. Kalau kamu bagus mungkin bisa dapat rekomendasi. Omong-omong...."

"kenapa kak?"

Gwen menggeleng. "nanti saja. tanya Devano. Dan kamu harus hati-hati ke depannya. aku mau balik ya, ada urusan. Jangan lupa ikuti terus club sains!"

Selesai bercerita Gwen langsung pergi. Dia sibuk, Zyle tahu itu. Makanya Gwen jarang tertawa.

cara ngomongnya lucu, pake bahasa baku.

***

Terpopuler

Comments

Jeremiah Jade Bertos Baldon

Jeremiah Jade Bertos Baldon

Ngangenin

2025-06-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!